"Haha makasih Vi, yaampun kalo ga ada elu pasti gua ketinggalan catatan kelas terus," ucap Denis tertawa setelah menyalin catatanku.
"Iya gapapa,"
Sudah setahun berlalu sejak kejadian Big Star palsu, dan kami masih hidup damai berkat Arga sama keluarganya.
Akil sendiri bingung sejak kapan, tapi aku sudah menyukainya bahkan setelah beberapa Minggu mengenalnya. Dulu saat kelas 1 kami satu kelas, tapi di kelas 2 kami terpisah. Aku pikir saat di umumkan kalau aku kandidat Big Star, Arga akan sedikit mengenalku, setidaknya aku ingin dia tau aku ada disana. Itu yang selama ini aku aku pikir.
"M-Maaf.. bukannya gua ga peka, tapi gua gatau harus nanggapin kaya gimana,"
Aku terkejut saat Arga mengatakan ternyata dia juga memperhatikan ku sebelum aku pergi ke pulau Big Star palsu itu.
Bahkan setelah semuanya terjadi, aku dan Arga mencoba mengenal lebih dekat. Kami jadi bisa sedikit berkomunikasi meski tadinya terasa sangat gugup. Tapi sekarang kami sudah berbicara dengan lancar layaknya teman seperti biasa.
"Ujian kedua selesai, 10 peserta yang bertahan akan lanjut ke ujian ketiga di bulan depan!!"
Aku tau aku tidak bisa membebani Arga terus, makanya aku juga mencoba mendobrak batasan yang aku punya. Arga pernah cerita kalo dia ngerasa jadi beban di keluarganya, makanya dia pengen mati-matian latihan di sekolah ini. Itu juga alasan aku ga boleh nyusahin dia terus, kalo bisa malah aku pengen bantu.
Berat, tapi aku ga boleh nyerah karna Arga juga ga pernah nyerah meskipun rintangan di depannya tinggi banget. Malah rasanya Arga jadi lebih dewasa dan ganteng setelah di skors. Apa ini efek karna dia mulai mandiri sampe kerja yah?
Aku jadi bingung dan takut liat reaksi Arga kalau aku juga ikut ujian Little Star.
"Hati-hati.." ucap Arga sambil memegangi ujung meja saat aku membungkuk untuk mengambil buku yang jatuh.
Teman-teman sekamarku bilang kalau Arga orangnya ga peka, tapi aku ga mikir gitu. Tiap orang punya cara mereka sendiri untuk menunjukkan kasih sayang mereka kan? Aku yakin Arga juga begitu.
Kami belum resmi berpacaran. Meski aku sendiri dan Arga pernah menyatakan perasaan kami, tapi saat itu juga salah satu dari kami tidak menjawabnya.
Aku sendiri tidak menjawab pernyataan cinta Arga bukan karna aku tidak mau, tapi aku berfikir sepertinya aku belum pantas berada di sisinya.
Aku tau semua orang punya tujuan kenapa mereka sangat ingin menjadi Little Star, tapi bukan berarti tujuanku sesimpel ingin Arga melihat kalau aku setara dengannya. Ini lebih rumit jika di bicarakan lewat kata-kata, tapi aku juga punya hal penting yang harus aku perjuangkan.
Entah bagaimanapun kondisinya, aku merasa sangat nyaman saat tidur di dalam dekapannya seperti sekarang ini. Aku bahkan sempat lupa kalau tadi kami melakukan hal jorok yang memalukan kalau di ingat.
"Iya, iya bos serius? Terimakasih, terimakasih banyak.."
Aku menyarankan Arga untuk menelpon bos-nya saat jam cafe nya tutup, dan sepertinya ini berjalan lancar. Bos-nya menerima pengundurannya, dan juga menerima karna Arga ingin tetap bekerja disana meski hanya Sabtu dan Minggu.
Yang romantis nya lagi, Arga menunjukkan dan memberikan buku tabungannya di bank padaku.
"Ini pegang, itu tabungan uang yang gua dapet dari kerja kemaren. Gua pengen kalo.. suatu saat kita beneran nikah, gua pengen acaranya di bikin dari uang itu,"
Aku tidak bisa berucap lebih dan hanya bisa melompat ke pelukannya.
Udah seminggu sejak kejadian itu, Arga juga udah mulai masuk kelas. Meskipun udah ga di skors, bukan berarti kami jadi ketemu terus tiap hari. Malah sejak seminggu itu kami belum ketemu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kami (Part 12)
Teen FictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tolong jangan di lanjutkan. Karna peristiwa perekrutan Big Star palsu, pimpinan atau Big Star nomor 1 mengumumkan akan menyiapkan sekolah bagi mereka yang memiliki bakat dan di sari...