Matanya gemetar hebat, darah mendesir melewati pembunuh datarnya. Dengan wajah penuh noda darah, Yoga tertawa cekikikan melihat Arga yang tampak begitu murka menatapnya.
"Semuanya sudah terpasang, tolong bawa pasien dulu lalu cari darah yang golongannya sama. Kalau bisa cepat, atau mungkin cari penonton yang bisa mendonorkan darahnya. Tidak ada waktu banyak," ucap Kuro pada pada medis yang membawa Charles.
Arga langsung menerjang ke arah Yoga dan menyerangnya dengan sikut nya. Tapi Yoga berhasil menahannya dengan satu tangan. Dengan cepat Arga berputar dan melancarkan pukulan ke arah kepala Yoga dengan punggung tangannya.
Yoga tertawa lalu dia menunduk tapi Yoga baru sadar kalau itu hanya serangan tipuan. Dari bawah, Arga dengan segenap tenaga menendang wajah Yoga dengan lututnya.
Saat kepala Yoga terangkat sampai tubuhnya terpukul mundur, Arga mencengkram tangan Yoga lalu menariknya sekuat tenaga dan memukul wajahnya. Tapi tepat sebelum terkena pukulan, Yoga menyeringai dan memukul wajah Arga juga sampai membuat mereka terdorong ke belakang.
Dengan wajah kesal, Arga menyeka darah yang keluar dari hidungnya.
Keduanya terdiam lalu mereka sama-sama menerjang dan saling adu serang.
"Ayah serius, ini udah kelewatan. Ayah gamau pisahin mereka?" Tanya Jessika panik.
Jessika juga ikut menoleh dengan wajah penuh harap pada Gama yang berdiri dengan kedua tangan di lipat di dadanya, memperhatikan dengan serius anaknya yang ada di bawah.
"Jessika,"
Jessika dan Vivi menoleh ke arah Professor Neuro.
"Apa kamu tau kenapa ayah kamu bisa sampai sekarang?" Tanya Professor menyandarkan kepalanya di atas tangannya dengan wajah malas.
"Kenapa?" Tanya Jessika heran.
"Karna persentase ayah kamu bisa bertahan hidup sejak 30 tahun yang lalu itu, lebih rendah dari Arga sekarang. Aku yakin sekarang ayah kamu sedang mengutuk dirinya sendiri karna dia tidak tau harus berbuat apa karna ini yang di inginkan Arga. Jadi diam dan perhatikan saja atau kamu mau membuat hati ayahmu lebih sakit lagi karna terus di tekan seperti itu,"
Jessika melirik ke arah Wardi yang juga tampak cemas menatapnya.
*Cih..
Tyar dan Gilang yang cemas, menoleh ke arah Putra yang tampak sangat kesal.
"Sekuat apa sih jarinya itu. Arga aja kesusahan ngelawan nya," gumam Putra kesal melihat kedua tangan Arga terlihat seperti tercabik-cabik.
Arga dan Yoga melompat mundur dan menjaga jarak dengan nafas berat. Seluruh tubuh dan arena di penuhi dengan cipratan darah mereka.
Keduanya menarik nafas lalu Yoga kembali menyeringai lebar dan menerjang sambil menyerang Arga menggunakan kelima jarinya yang rapat dan menusuknya dengan segenap kekuatan.
"Arga bego!!" Teriak Putra langsung berdiri karna Arga tidak bergerak dari tempatnya dan malah memasang kuda-kuda.
Detik-detik sebelum serangan Yoga mengenai nya, Arga menyingkir sedikit untuk menghindar lalu menyerang wajah Yoga dengan sikutnya.
Para penonton tersentak dan berteriak karna pukulan itu sangat keras.
"Momentumnya pas, Arga pake kecepatan Yoga buat nyerang dia biar serangannya tambah sakit," ucap Fetri.
Arga mencengkram baju Yoga dan menariknya ke arahnya. Tapi Yoga menyeringai lebar lalu dia menyemburkan darah yang berkumpul di mulutnya. Arga yang terganggu pun terguncang lalu dia tersentak hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kami (Part 12)
Teen FictionCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tolong jangan di lanjutkan. Karna peristiwa perekrutan Big Star palsu, pimpinan atau Big Star nomor 1 mengumumkan akan menyiapkan sekolah bagi mereka yang memiliki bakat dan di sari...