Vivi yang tadi pergi, kembali berkumpul bersama teman-temannya sambil membawa kopi.
"Ini," ucap Vivi meletakkan kopi itu di depan Arga.
"Iya makasih," sahut Arga.
"Kalian udah siap?" Tanya Yoga.
Duduk berkeliling di sebuah meja Cafe, mereka siap mendengarkan Yoga sambil makan.
"Acaranya bakal di adain disini," kata Yoga menunjukkan sepotong peta dan menunjuk ke arah perbatasan kota.
"Di situ ada kerangka bangunan konstruksi yang lagi di bangun, tapi sebenernya emang sengaja di bikin gitu. Tiap sisi di jalanan di tutupin, jadi ga bakal ada yang liat mereka ngepain di dalem," kata Yoga.
"Terus?" tanya Clarissa.
"Pertemuan nya di mulai jam 8 malem ini. Yang ikut tiap tim cuman bisa 8 orang," kata Yoga.
"8 orang doang??" tanya Risa terkejut.
"Iya. Dan karna cabang Indonesia sama kita ikut, gua rasa peraturannya bakalan jadi kacau," jawab Yoga.
"Terus siapa aja yang bakal ikut?" tanya Rama.
Semua orang menoleh ke arah Putra.
"Vi-"
Kalimat Arga terpotong karna Vivi mencubit pahanya.
"Gua ikut," ucap Vivi ke Putra.
"Gua emang punya niatan buat ngajak elu. Sori Ga," kata Putra.
Arga mendesis kesal membuang wajahnya.
"Jadi yang bakal ikut Risa, Rama, Tyar, Fetri, Maheswara, Yoga, Arga sama Vivi," ucap Putra.
"Lah gua?" tanya Adam.
"Sori, slot nya terbatas. Gua ga milih elu bukan karna elu lemah, tapi gua ngerasa kayanya arena nya nanti bakal susah buat elu," kata Putra.
"Hadeeh.. Yaudah deh, gua ikutin kata bos aja,"
"Kalo gitu giliran gua yah,"
Semua orang menoleh ke arah Tyar yang mengeluarkan sebuah koper kecil. Dia membukanya, lalu kebalik nya ke arah yang lain.
"Waah.." dengan mata terbinar-binar mereka melihat ada jam tangan dan microphone kecil disana masing-masing 10 buah.
"Kita bisa komunikasi, di sambungin sama alat pendengar nya. Buat jaga-jaga, kalo kita ke pisah, nanti kita harus pencet tombol buat ngasih tau kalo ada yang ke eliminasi salah satu dari kita," kata Tyar.
"Wih keren cuk.." kata Risa terbinar-binar.
"Terus ini. Gua juga bikin lensa buat semua orang. Sebenernya cuman bikin 10 juga," kata Tyar mengeluarkan sebuah tabung berisi cairan dan lensa kontak di dalamnya.
"Waktu gua ngelawan Fetri dulu itu cuman Prototipe, tapi yang ini udah jauh lebih jelas bisa liat sihir. Terus khusus buat Vivi, gua juga udah tambahin lensa minusnya. Mungkin bisa di pake pas kita berangkat biar elu bisa nyesuain diri," tambahnya.
"O-ooh iya.. terimakasih Tyar.." ucap Vivi tersenyum senang.
Duduk memperhatikan semua orang, Putra sedikit lega karna teman-temannya tidak terganggu dengan pengkhianat yang belum di ketahui.
"Masih jam 11, kita makan siang abis itu istirahat. Gua udah pesen kamar hotel. Istirahat, siapin diri, jam 5 kita berangkat. Jam 5 cukup kan kesana?" Tanya Putra.
Yoga mengangguk pelan sambil menguap dan meregangkan tubuhnya.
"Oh satu lagi,"
Mereka semua menoleh ke arah Yoga yang memberikan sebuah foto 6 orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kami (Part 12)
Novela JuvenilCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tolong jangan di lanjutkan. Karna peristiwa perekrutan Big Star palsu, pimpinan atau Big Star nomor 1 mengumumkan akan menyiapkan sekolah bagi mereka yang memiliki bakat dan di sari...