Vivi vs Arga

43 3 1
                                    

"Maaf Arga, aku berubah pikiran,"

Arga melihat Vivi menyingkap kain yang dia pakai sampai ke atas pahanya, dan menunjukkan ada berbagai macam ukuran jarum di pahanya.

"Eh, itu mereka kenapa?" Tanya Gilang menunjuk ke arah Arga dan Vivi.

Yang lain ikut menoleh, lalu mereka terkejut karna Vivi mengambil 5 jarum kecil dan melemparnya ke Arga. Arga yang ngeri, berhasil menghindar.

"W-Weh, elu kenapa?" Tanya Arga panik.

Vivi memakai sarung tangan di tangan kanannya, lalu melempar banyak kertas ke atas.

"Aku ga bakal biarin kamu ikut perang itu. Aku bakal bikin kamu tidur sampe ngelewatin tanggal 20,"

*DUAR!!!!

Putra dan lainnya terperanjat karna kertas-kertas yang di lempar Vivi meledak hingga menimbulkan asap yang tebal menutupi tubuh mereka berdua.

Maheswara yang ada di balkon, mengerutkan keningnya melihat ada kepulan asap. Tanpa pikir panjang dia langsung melompat turun menggunakan benangnya.

"Arga!! Vivi!!"

Putra dan lainnya berlari ke arah kepulan asap hitam itu. Mereka tersentak melihat Arga keluar dari asap, berlari ke arah laut. Tidak lama Vivi juga menyusul dan melemparkan jarum besar ke arah Arga. Karna tidak secepat peluru, Arga bisa mengambilnya, lalu menangkis rentetan jarum lainnya yang mengarah padanya.

Alis Arga berkedut melihat ada beberapa jarum kecil yang lolos dan menusuk lengan dan kakinya. Kedua kaki dan tangan Arga langsung terasa kebas.

Dengan nafas terengah-engah, dia melihat Vivi berjalan perlahan sambil melepas dan membuang kacamata nya.

"Vivi tunggu, tadi bukannya elu setuju?" Tanya Arga panik.

"Aku berubah pikiran. Dari cerita kamu, aku tau Dunia Bawah itu bahaya banget,"

Vivi menghentikan langkahnya, lalu dia berbalik dan melempar sebuah benda berwarna silver seukuran kelereng ke arah Putra dan lainnya yang hendak menghampiri mereka. Saat benda itu menyentuh air, benda kecil tadi meledak secara serentak dan mengeluarkannya asap putih.

Semua orang berhenti, lalu mereka menoleh ke arah Fetri yang tiba-tiba menjadi kaku dan memegang lehernya, bahkan sampai berkeringat. Bukan hanya Fetri, Tyar juga menunjukkan gelagat yang sama.

"MUNDUR!!! BAWA FETRI SAMA TYAR!!" teriak CLARISSA.

Dengan panik semua orang kembali berlari menjauh dari air. Setelah beberapa saat, Tyar dan Fetri menarik nafas panjang dan terengah-engah.

"G-Gua ga bisa nafas," ucap Tyar lemas.

"Iya, gua juga," gumam Fetri meremas kepalanya yang terasa sangat pusing sampai ingin muntah.

"Ternyata bener, dada gua juga sempet ngerasa berat. Benda yang di lempar Vivi tadi bakal bereaksi kalo kena aer. Asap tadi ngilangin oksigen yang ada di sekitarnya," ucap Clarissa kesal.

"Berarti kita ga bisa deketin mereka?" Tanya Risa.

Clarissa menelan ludah lalu mengangguk.

Putra menggigit jarinya kesal karna kekhawatiran yang dia rasakan pada Vivi akhirnya terjadi. Sejak awal Vivi mendapatkan misi, dia selalu melaporkan kalau dia membunuh orang secara tidak sengaja. Tapi lambat laun Putra sadar kalau Vivi tidak sepolos yang dia tau saat berada di sekolah lamanya.

Karna dia pemimpin, semua anggota Little Star mengirimkan laporan padanya, entah secara umum maupun pribadi.

"Tadinya gua mau ngajuin Vivi sama Maheswara buat ujian akhir. Gua juga ga nyangka, kalo orang yang punya angka ngebunuh paling banyak di antara Little Star lainnya itu Vivi," pikir Putra.

Kisah Kami (Part 12)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang