Pria besar tinggi yang terlihat sedikit membungkuk dengan jaket lab putih menggantung di punggungnya itu, menulis sesuatu di papan tulis putih yang ada didepan kelas.
"Nama saya Neutrasma Romania. Tapi sahabatk saya biasa menyebut saya Professor Neuro," ucapnya dengan lemas.
"Sama kaya anak yang di belakang pak?" Tanya salah satu murid mengangkat tangannya.
Professor Neuro melirik ke arah Arga yang masih terperanjat menatapnya.
"Iya.." sahutnya lesu dan panjang lalu dia berjalan kembali ke mejanya.
"Disini saya mengajar pelajaran matematika dasar sesuai ajaran yang di anjurkan oleh pemerintah. Tapi bagi kalian yang memiliki bakat dalam matematika, tolong ikuti saja pelajaran ini meski kalian merasa bosan," ucapnya.
"Baik pak.."
Tyar yang duduk di sebelah Arga, terkejut karna Arga meremas kepalanya.
"Ga, elu gapapa?" Tanya Tyar berbisik.
Arga menggeleng lalu dia pun bangkit berdiri dan pergi melewati orang-orang yang duduk di sepanjang meja sambil membawa bukunya.
"Kamu tidak akan berubah hanya karna terkejut melihatku Arga,"
Arga terdiam saat dia hendak membuka pintu. Dia berbalik dan melihat Professor Neuro sedang memakai lensa tunggal di mata kanannya, lalu dia mulai membuka bukunya.
Professor Neuro berjalan ke tengah-tengah, lalu menoleh ke arah Arga.
"Kamu butuh ke kamar mandi?" Tanya Professor.
"Aku maunya ngomong sama Professor,"
Professor Neuro terdiam karna raut wajah Arga tampak kesal menatapnya.
*BUK!!!
Professor Neuro menutup buku tebal yang dia pegang sampai suaranya menggema, lalu dia berjalan mendekatinya.
"Buka halaman 7, bapak akan tanya pada kalian nanti," ucap Professor Neuro dengan tenang berjalan melewati Arga keluar.
Arga yang dadanya terasa berat, perlahan melangkah keluar lalu mengikuti pria besar itu ke depan lift, tempat paling luas di gedung pembelajaran umum.
"Ada yang mau di tanya?" Tanya Professor Neuro.
"Aku gatau apa rencana kalian, tapi kenapa ayah keras kepala banget sampe-sampe ngirim SAHABATNYA SENDIRI BUAT MERHATIIN AKU!!!" katanya kesal sampai terasa ingin meledak.
"Sepertinya kamu salah paham,"
Arga yang terengah-engah, tersentak mendengarnya.
"Aku memang sahabat ayahmu, kami masih saling bertukar pesan, tapi hanya sekedar berbicara santai saja,"
Professor Neuro memiringkan kepalanya dengan wajah datarnya.
"Aku punya keluarga yang harus ku cukupi kehidupannya. Jadi aku butuh pekerjaan. Aku mendapatkan tawaran ini dari Alfa, dan aku melihat mu saat kau bertengkar dengan guru kelas khusus tanaman," jelas nya.
"Terus kenapa-"
"Kenapa aku membahas soal perkembangan? Mudah,"Professor Neuro berjalan beberapa langkah mendekati Arga dan berdiri di hadapannya.
"Trauma kamu masih melekat, di tambah baru kemarin peristiwa di Vaycan yang membuat umur ibu mu berkurang menjadi setengah. Ayolah Arga, apa ayahmu tidak memberitahu mu siapa yang pernah mengalahkannya dalam adu kepintaran? Menebak hidup seorang remaja, bagiku hanya seperti menyusun potongan puzzle murah yang beredar di pasaran,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kami (Part 12)
Ficção AdolescenteCerita ini mengandung hubungan sesama jenis, bagi yang tidak nyaman tolong jangan di lanjutkan. Karna peristiwa perekrutan Big Star palsu, pimpinan atau Big Star nomor 1 mengumumkan akan menyiapkan sekolah bagi mereka yang memiliki bakat dan di sari...