"Sophia! Sudah berkali-kali ku katakan padamu, aku tidak menyukaimu!" bentak Justin tepat di muka Sophia. Gadis itu mendengus tidak peduli. Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Dan berkali-kali juga ku katakan padamu, aku tidak peduli. Aku menyukaimu Just, dan aku akan terus berusaha untuk mendapatakanmu." Sophia menekan setiap kata yang terucap lancar dari mulutnya. Gadis itu tidak peduli akan Justin yang terus menolaknya. Yang ia tahu hanya ia akan terus berusaha mengejar cinta lelaki Kanada itu.
"Ah! Terserahmu! Tapi yang jelas aku takkan pernah menjadi milikmu Sophia, camkan itu!" Justin mengacungkan telunjuknya tepat di wajah Sophia, lalu meninggalkan gadis itu dengan perasaan kesal. Ia melewati koridor universitasnya dengan gerutuan sehingga ia tak berkosentrasi dengan jalan di hadapannya. Ia tak menyadari jika di depannya seorang gadis sedang berjalan ke arahnya dengan buku yang menghalangi pandangan gadis itu. Tanpa bisa dihalangi lagi, Justin dan gadis itu harus bertabrakan dengan menimbulkan suara yang cukup keras. Buku gadis itu berceceran dimana-mana.
"Kau bisa berjalan tidak?! Bisa-bisanya kau menabrakku! Pakai matamu itu jika berjalan!" bentak Justin pada gadis itu. Gadis itu membelalakkan matanya mendengar bentakan Justin. Ia menatap Justin marah dan membentak balik.
"Hei kau! Kau itu yang menabrakku. Kau tidak lihat jika aku sedang menggendong buku yang sangat banyak hah? Dan ku ingatkan kau, jalan itu pakai kaki, bukan mata," balas gadis itu. Ia bangkit dari duduknya dan memunguti seluruh bukunya yang berceceran. Gadis itu menggerutu dan itu berhasil di tangkap oleh Justin.
"Kau yang menabrakku! Kau itu bersalah, harusnya minta maaf. Lah, kau malah menggerutukanku. Dimana sopan santunmu, Nona?" perkataan pedas Justin membuat gadis itu memandangnya marah. Emosi itu jelas terlihat dimata coklatnya. Saat ia ingin membuka suara, ia teringat akan sesuatu. Gadis itu dengan cepat memeluk bukunya dan berlalu dari hadapan Justin. Tetapi, saat ia melewati Justin, dengan sengaja ia menendang tulang kering Justin hingan membuat lelaki itu berteriak kesakitan dan menyumpahi gadis itu.
"Sial! Dasar gadis gila," umpat Justin. Gadis itu hanya tertawa kecil lalu dengan cepat -walaupun sulit ia menjauh dari Justin.
Justin memandangi gadis yang sudah membuat suasana hatinya makin buruk dengan marah. Baginya cukup Sophia yang membuatnya kesal hari ini. Tapi sepertinya Tuhan mempunyai rencana lain hingga mengirimkan gadis pembawa sial itu padanya. Justin benar-benar kesal hingga ia menendang dinding koridor. Lelaki itu kembali mengumpat dan menyumpahi gadis itu. Kali ini ia harus benar-benar kembali ke apartemennya. Ia tidak bisa melanjutkan kuliahnya jika suasana hatinya buruk begini. Jika ia tetap memaksakan mengikuti mata kuliah selanjutnya, bisa saja semua orang yang berada di kelas yang sama dengannya terkena imbas.
Justin berjalan cepat kearah mobilnya yang terparkir di pelataran universitasnya. Ia menyempatkan diri untuk mengetik pesan pada sahabatnya, Ryan.
Ryan, aku tidak masuk hari ini. Izinkan aku. Katakan saja aku sakit.
Justin memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia meraih remote mobilnya, lalu menekan tombolnya hingga pintu mobilnya bisa terbuka. Justin duduk di balik kemudi. Ia mendapati ponselnya bergetar saat ia akan menghidupkan mobilnya.
Baiklah. Kau baik-baik saja?
Pesan dari Ryan. Justin memilih untuk membalas pesan sahabatnya terlebih dahulu bau menghidupkan mobilnya. Justin mengendarai mobilnya menembus jalanan kota yang padat. Lelaki itu mendengus kesal saat mendapati jalanan yang macet. Suasana hatinya benar-benar buruk hari ini. Ia memukul stir dengan kesal. Kenapa harinya harus sesial ini?
"Sial! Kenapa para gadis itu selalu menyulitkanku? Haruskah mereka selalu merusak hariku?" batin Justin pada dirinya sendiri.
Para gadis yang dimaksud Justin adalah semua gadis yang berusaha mendekatinya. Terlahir sebagai lelaki tampan nan mapan membuat banyak gadis ingin menjadikan diri mereka sebagai kekasih seorang Justin Orion. Mereka berlomba-lomba untuk mendekati Justin dan menarik hatinya. Berbagai cara dilakukan agar Justin dapat luluh. Tetapi semua itu percuma karena Justin tak tertarik pada mereka. Perlahan gadis-gadis itu mundur, menyisakan satu orang yang tetap berjuang untuk mendapatkan Justin. Sophia Tyler. Gadis itu merupakan anak dari sahabat orang tua Justin. Sophia tak pernah berhenti mendekati Justin, melakukan berbagai cara agar lelaki itu luluh padanya. Sophia sangat memanfaatkan statusnya sebagai anak dari sahabat orang tua Justin. Dengan itu aksesnya lebih besar dan leluasa untuk mendekati Justin. Gadis itu bahkan berani mengancam seluruh gadis yang mendekati Justin. Tetapi bagaimanapun juga Sophia berusaha, Justin takkan pernah luluh pada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Fake) Girlfriend
RomanceSebuah insiden kecil membuat Ariana William terpaksa harus terlibat dengan perjanjian konyol yang dibuat oleh Justin Orion. ©️2015 Vandesca