Hingga akhir permainan, wajah Justin tetap sama. Pucat. Bahkan lelaki itu limbung saat baru keluar dari wahana itu. Ariana harus memeganginya agar ia tidak jatuh.
"Sudah ku katakana, jika memang tidak bisa, tidak usah memaksa," oceh Ariana. Ia mendudukkan Justin di salah satu kursi panjang.
"Jangan banyak bicara. Aku pusing," ketus Justin. Di sela-sela sakitnya, ia masih saja bersikap sekasar itu kepada Ariana.
"Kau itu aneh sekali. Ah, sudahlah. Kau tunggu disini. Aku akan membelikan air mineral untukmu." Ariana melenggang pergi ke salah satu stan minuman yang tidak jauh dari posisi mereka. Justin menatap kepergian gadis berambut coklat itu dengan lemah. Kepalanya benar-benar pusing dan perutnya berhasil dikocok oleh wahana mengerikan itu.
"Justin!" Ah, bahkan di sela-sela pusingnya, ia masih saja bisa mengkhayalkan suara Sophia. Justin sepertinya terlalu memikirkan ketakutannya akan bertemu gadis itu.
"Justin." Suara itu makin jelas. Justin mengernyit heran. Apa benar ia berhalusinasi?
"Just." Kini terasa sebuah pergerakan di sebelahnya. Justin menoleh ke kiri dan mendapati Sophia sudah duduk manis di hadapannya.
"Sophia?" Lelaki itu nyaris berteriak kaget karena kedatangan gadis itu yang tiba-tiba. Sophia terkekeh. Ia mengira Justin senang akan kehadirannya.
"Ya, ini aku. Surprise!" seru gadis itu ceria. Ia memamerkan senyum sumringahnya -yang terlalu sumringah.
"Kenapa kau bisa ada disini?" Tanya Justin bodoh.
"Tentu saja aku disini. Ingat, kita sudah janjian kemarin," jawab Sophia enteng. Kita yang dimaksud Sophia itu sebenarnya hanya dirinya karena Justin tidak pernah menyetujui apapun perjanjian yang dibuat gadis itu.
"Aku tidak merasa begitu," sahut Justin singkat. Lelaki itu menatap ke arah stan dimana Ariana berada di dalamnya. Kenapa gadis itu lama sekali? Harusnya Ariana berada disini, di saat-saat genting seperti ini.
"Jangan begitu Just." Sophia merenggut manja. Ia mendekatkan dirinya pada Justin, memeluk lengan kekar dan bertato lelaki itu. Justin yang risih berusaha melepaskan pelukan Sophia pada lengannya.
"Soph, lepas..."
"Justin." Tiba-tiba suara Ariana menyeruak memotong perkataan Justin. Lelaki itu segera menatap Ariana dengan bahagia dan melepas paksa pelukan Sophia pada lengannya. Tanpa sadar, ia menghembuskan napas lega.
"Baby girl." Justin segera melompat ke sisi tubuh Ariana. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Ariana, menarik gadis itu lebih dekat lagi.
"Sophia, kenalkan ini Ariana. Kekasihku." Justin menekan kata kekasih dengan di sengaja. Ia lalu menoleh pada Ariana, tersenyum lembut. Senyum itu adalah pertanda bahwa sandiwara mereka harus segera dimulai.
"Hai Sophia, aku Ariana. Kau teman Justin?" Ariana terlihat mengerti dan segera menyapa Sophia lebih dahulu. Senyum manisnya terukir membuat Sophia berdecak kesal.
"Bukan, aku tu..."
"Sophia, sepertinya kami harus pergi. Masih banyak yang belum kami kunjungi." Justin berhasil memotong perkataan Sophia. Jangan sampai gadis itu kembali menyebut dirinya sebagai tunangan Justin, karena sampai kapanpun Justin tidak akan pernah menerimanya.
"Tapi Just, malam ini kau berjanji bersamaku," kata Sophia tidak terima. Gadis itu berdiri, mendelik kesal pada sepasang kekasih gadungan itu.
"Tapi aku sudah berjanji dengan kekasihku Soph, dia yang lebih penting." Justin berhasil mengontrol suaranya agar tidak berubah menjadi sebuah bentakan. Lelaki itu bahkan terpaksa meremas sedikit pinggang Ariana untuk mengontrol emosinya yang membuat Ariana sedikit meringis. benar-benal lekaki yang tempramen.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Fake) Girlfriend
RomanceSebuah insiden kecil membuat Ariana William terpaksa harus terlibat dengan perjanjian konyol yang dibuat oleh Justin Orion. ©️2015 Vandesca