Bab 13

935 44 0
                                    

Hingga akhir permainan,  wajah Justin tetap sama. Pucat. Bahkan lelaki itu limbung saat baru  keluar dari wahana itu. Ariana harus memeganginya agar ia tidak jatuh.

"Sudah ku katakana, jika memang tidak bisa, tidak usah memaksa," oceh Ariana. Ia mendudukkan Justin di salah satu kursi panjang.

"Jangan banyak bicara. Aku pusing," ketus Justin. Di sela-sela sakitnya, ia masih saja bersikap sekasar itu kepada Ariana.

"Kau itu aneh sekali.  Ah, sudahlah. Kau tunggu disini. Aku akan membelikan air mineral  untukmu." Ariana melenggang pergi ke salah satu stan minuman yang tidak jauh  dari posisi mereka. Justin menatap kepergian gadis berambut coklat itu dengan lemah. Kepalanya benar-benar pusing dan perutnya berhasil  dikocok oleh wahana mengerikan itu.

"Justin!" Ah, bahkan di  sela-sela pusingnya, ia masih saja bisa mengkhayalkan suara Sophia.  Justin sepertinya terlalu memikirkan ketakutannya akan bertemu gadis  itu.

"Justin." Suara itu makin jelas. Justin mengernyit heran. Apa benar ia berhalusinasi?

"Just." Kini terasa sebuah pergerakan di sebelahnya. Justin menoleh ke kiri dan mendapati Sophia sudah duduk manis di hadapannya.

"Sophia?" Lelaki itu  nyaris berteriak kaget karena kedatangan gadis itu yang tiba-tiba.  Sophia terkekeh. Ia mengira Justin senang akan kehadirannya.

"Ya, ini aku. Surprise!" seru gadis itu ceria. Ia memamerkan senyum sumringahnya -yang terlalu sumringah.

"Kenapa kau bisa ada disini?" Tanya Justin bodoh.

"Tentu saja aku disini.  Ingat, kita sudah janjian kemarin," jawab Sophia enteng. Kita yang  dimaksud Sophia itu sebenarnya hanya dirinya karena Justin tidak pernah  menyetujui apapun perjanjian yang dibuat gadis itu.

"Aku tidak merasa  begitu," sahut Justin singkat. Lelaki itu menatap ke arah stan dimana  Ariana berada di dalamnya. Kenapa gadis itu lama sekali? Harusnya Ariana  berada disini, di saat-saat genting seperti ini.

"Jangan begitu  Just." Sophia merenggut manja. Ia mendekatkan dirinya pada Justin,  memeluk lengan kekar dan bertato lelaki itu. Justin yang risih berusaha melepaskan  pelukan Sophia pada lengannya.

"Soph, lepas..."

"Justin." Tiba-tiba suara  Ariana menyeruak memotong perkataan Justin. Lelaki itu segera menatap  Ariana dengan bahagia dan melepas paksa pelukan Sophia pada lengannya. Tanpa sadar, ia menghembuskan napas lega.

"Baby girl." Justin segera melompat ke sisi tubuh Ariana. Ia melingkarkan lengannya di pinggang Ariana, menarik gadis itu lebih dekat lagi.

"Sophia, kenalkan ini  Ariana. Kekasihku." Justin menekan kata kekasih dengan di sengaja. Ia  lalu menoleh pada Ariana, tersenyum lembut. Senyum itu adalah pertanda  bahwa sandiwara mereka harus segera dimulai.

"Hai Sophia, aku  Ariana. Kau teman Justin?" Ariana terlihat mengerti dan segera menyapa  Sophia lebih dahulu. Senyum manisnya terukir membuat Sophia berdecak  kesal.

"Bukan, aku tu..."

"Sophia, sepertinya kami  harus pergi. Masih banyak yang belum kami kunjungi." Justin berhasil  memotong perkataan Sophia. Jangan sampai gadis itu kembali menyebut  dirinya sebagai tunangan Justin, karena sampai kapanpun Justin tidak  akan pernah menerimanya.

"Tapi Just, malam ini  kau berjanji bersamaku," kata Sophia tidak terima. Gadis itu berdiri,  mendelik kesal pada sepasang kekasih gadungan itu.

"Tapi aku sudah  berjanji dengan kekasihku Soph, dia yang lebih penting." Justin berhasil  mengontrol suaranya agar tidak berubah menjadi sebuah bentakan. Lelaki  itu bahkan terpaksa meremas sedikit pinggang Ariana untuk mengontrol emosinya yang membuat Ariana  sedikit meringis. benar-benal lekaki yang tempramen.

(Fake) GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang