Bab 23

3.2K 220 15
                                    

Setelah penolakan Justin pada malam beberapa hari yang lalu, Sophia tidak pernah lagi mengganggu Justin. Gadis itu tiba-tiba saja menghilang dari kehidupan Justin. Bahkan di kampus, Justin tidak lagi melihat batang hidung Sophia. Justin cukup merasa lega, karena ia tidak perlu lagi selalu menghindar. Ia sudah bebas. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkannya.

"Just, bagaimana Sophia?" tanya Ryan. Mereka berdua sedang berada di apartemen Justin. Justin sudah kembali ke apartemennya besok pagi hari setelah kejadian itu.

"Entahlah. Dia menghilang. Tapi, itu bagus untukku," jawab Justin cuek. Lelaki itu memasukkan keripik kentang ke dalam mulutnya.

"Aku jadi kasihan padanya," desah Ryan. Ia menyandarkan dirinya ke sandaran kursi, merentangkan tangannya.

"Begitupun aku. Dia menangis hebat pada malam itu," cerita Justin. Justin mulai menyeritakan apa yang terjadi pada malam itu.

"Dia sangat mencintaimu, Just. Sebenarnya, kau rugi menolaknya," cibir Ryan. Ryan mengambil segenggam keripik kentang, lalu melemparkannya pada Justin.

"Tapi aku tidak mencintainya, aku tidak merasa rugi." Justin melempar balik Ryan dengan keripik kentang, jadilah mereka berdua saling melempar keripik hingga ruang tamu apartement Justin menjadi berantakan luar biasa.

"Lalu, bagaimana dengan Ari? Kapan kau akan mengakhirinya?"

"Entahlah, lihat saja nanti."

"Permisi." Suara ketukan pintu dan teriakan seseorang dari luar berhasil menghentikan perang bodoh Justin dan Ryan. Justin beranjak dari duduknya dengan membersihkan pakaiannya yang terkena keripik. Lelaki itu membuka pintu apartemennya.

"Ari?" Seru Justin kaget melihat Ariana berdiri dihadapan pintu apartemennya. Ariana mendadak jengkel melihat Justin seperti itu.

"Kau jangan pura-pura kaget Orion. Kau menyuruhku kesini semalam, remember?" sungut Ariana kesal. Bagaimana tidak, ia baru saja pulang dari kampus karena masih ada tugas yang belum selesai. Harusnya ia sudah beristirahat di kamarnya sekarang, bukannya berada di depan apartemen orang yang orang itu bahkan lupa jika menyuruhnya datang.

"Ah, iya. Aku lupa. Silahkan masuk." Justin membuka pintu apartemennya lebih lebar, membiarkan Ariana masuk. Ia memukul kepalanya pelan, bagaimana bisa ia lupa jika ia menyuruh Ariana datang ke apartemennya? Bodoh!

"Ari?" seru Ryan tidak kalah kagetnya saat melihat Ariana datang. Sebenarnya kekagetan Ryan itu ada dua aspek. Yang pertama, ia tidak menyangka Ariana akan datang karena Justin tidak mengatakan hal itu padanya. Yang kedua, kenapa Justin tiba-tiba saja memperbolehkan seorang gadis masuk ke apartemennya? Sebagai informasi, Justin tidak pernah membawa kekasih ataupun teman wanitanya ke apartment. Selalu saja ke rumah. Justin merasa, apartementnya adalah tempat pribadinya. Sangat tidak layak rasanya jika ada seorang gadis memasuki daerah pribadinya.

"Aku benci dengan nada terkejut itu," sungut Ariana kesal. "ASTAGA! Apa yang baru saja terjadi disini? Badai? Gempa bumi?"

Ryan dan Justin hanya menunjukkan cengiran khas mereka. Ruang tamu itu benar-benar berantakan. Keripik dimana-mana dan tidak ada satupun benda yang diletakkan di tempat seharusnya.

"Jangan berkomentar. Ini apartemen laki-laki, wajar saja begitu," potong Justin cepat saat Ariana baru saja membuka mulutnya. Ariana mendelik kesal pada Justin. Karena moodnya sudah benar-benar hancur, gadis itu memilih duduk di sofa yang masih sedikit bersih dari sofa lainnya.

"Kenapa Ariana bisa disini, Just?" bisik Ryan. Ia sedikit takut saat melihat wajah Ariana yang biasanya ceria berubah menjadi gelap.

"Aku lupa jika semalam aku menyuruhnya kesini," bisik Justin balik. Ariana mendelik saat mendapati dua lelaki itu saling berbisik.

(Fake) GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang