Bab 32

3K 207 12
                                    

Cinta tumbuh pada diri seseorang karena sebuah kebiasaan. Cinta tumbuh pada seseorang tanpa disadari. Cinta tumbuh pada seseorang tanpa mampu unuk dihalangi kedatangannya.

Ariana duduk melamun di kelasnya sendirian. Ia masih memikirkan apa yang diucapkan Justin padanya tempo hari. Pernyataan lelaki itu benar-benar membuatnya bingung. Mengapa? Karena setelah Justin pergi dari hadapannya, ada perasaan bersalah yang menggelayut di dada Ariana saat melihat lelaki itu begitu terluka. Ada perasaan yang aneh seperti sebuah keraguan saat ia menolak perasaan lelaki itu. Apa Ariana sudah melakukan sesuatu yang tepat?

"Hai." Seseorang menyapa Ariana. Ariana menolehkan kepalanya, melihat orang itu. Ryan.

"Hai," balas Ariana seraya mengulas senyum. Ryan menarik kursi,lalu duduk disebelah Ariana.

"Kenapa kau melamun?"

"Aku tidak."

"Aaa jangan mencoba untuk membohongiku. Aku tahu kau melamun," kata Ryan tidak ingin dibantah. Ryan tahu sedari tadi Ariana duduk melamun tanpa mempedulikan keadaan disekitarnya.

"Bagaimana keadaannya, Yan?" tanya Ariana tanpa mau repot-repot menyebutkan nama orang yang dimaksudnya karena pastinya Ryan sudah tahu.

"Dia masih patah hati," lirih Ryan. Kentara sekali pada suaranya ia prihatin pada keadaan sahabatnya itu.

"Maafkan aku." Ariana tertunduk menyesal.

"Bukan salahmu sepenuhnya. Hanya saja, sangat berat untuk menanggung dua luka sekaligus." Ryan tersenyum pahit di akhir perkataannya.

"Dua luka? Maksudmu?" tanya Ariana bingung. Apa yang dimaksud Ryan dengan dua luka sekaligus?

"Kau sibuk siang ini?" Ariana menggeleng.

"Temui aku di Nagoya's Cafe setelah pulang kuliah. Akan ku jelaskan sesuatu padamu," kata Ryan penuh misteri.

"Kenapa tidak sekarang saja?"

"Karena..."

"Ari!" Mia datang dan menyela pembicaraan Ariana dan Ryan. Ryan tersenyum kecil, lalu pamit undur diri.

"Aku pergi dulu. Jangan lupa siang in." Setelah itu, Ryan keluar dari kelas. Ya, Ryan hanya sendiri karena Justin tidak masuk hari ini.

"Ada apa dengan, Ryan?" tanya Mia penasaran karena lelaki itu pergi saat kedatangannya.

"Entahlah aku juga tidak tahu. Ia hanya memintaku untuk menemuinya di Nagoya's Cafe setelah pulang kuliah," kata Ariana seraya menggidikkan bahunya.

"Apa ini ada hubungannya dengan Justin?" terka Mia.

"Entahlah Mi. Aku tidak tahu. Aku tidak ingin menerka-nerka apa yang akan dibicarakannya," kata Ariana tidak peduli. Ariana mengedarkan pandangannya ke arah jendela. Disana ia mendapati Carlos sedang tersenyum padanya.

"Bagaimana dengan Carlos, Ri?"

"Dia mengajakku berkencan besok malam," jawab Ariana malu-malu. Ariana jadi teringat percakapannya dengan Carlos semalam.

"Ari, kau belum mau tidur?" tanya Carlos melalui via telepon. Mereka berdua memang saling teleponan sudah sejak dua jam yang lalu.

"Belum, Carl. Belum mengantuk."

"Tidurlah. Kita besok ada kuliah pagi, bukan?" suruh Carlos lembut.

"Tapi aku belum mengantuk," rajuk Ariana. Carlos menggeleng kecil diseberang sana karena tingkah Ariana.

"Baiklah. Tetapi besok jangan sampai terlambat bangun, okay?"

(Fake) GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang