Pertama

2.5K 189 1
                                    

안녕!!!

Happy Reading!

***

Cup

Kecupan yang cukup nyaring itu membuat Jazeel yang tengah berkutat membuat secangkir kopi melotot. Lantas menggeplak pelaku.

"Kebiasaan banget lo!" Yang dibalas kekehan oleh Haikala, si pelaku itu.

"Na, bikinin teh dong," pintanya. Lantas tersenyum lebar ketika adik kembarnya itu mengiyakan. "Makasih." Cup.

"HAIKALL!"

"Gue di ruang tv!" Mendengar pekikan kakak kembarnya membuat ia mendengus.

Diruang tv sudah ada Rendra yang fokus pada ipad, Jendral fokus pada laptop dan Marvin menonton tv, dua adiknya yang lain tak tau kemana. Ia duduk di samping Rendra, mas nya itu sedang menggambar.

"Mas."

Rendra bergumam.

"Mas."

Masih bergumam.

"Mas Rendra."

Rendra berdecak,"apa Haikala?!" Ia membalas tatapan sang adik dengan tajam.

Haikal mendengus, tapi kemudian tersenyum, "gue boleh bawa motor gak papa, ya." Itu pernyataan bukan pertanyaan.

Rendra lantas kembali fokus pada ipad nya, lalu membalas, "gak."

Anak itu mengubah posisinya dengan memeluk lengan Rendra, "yahh, mas." Lalu ekspresinya berubah melas, sedetik kemudian ada yang melemparinya bantal sofa.

"Jelek muka lo, dah diem, minum tuh teh nya." Haikal mendengus mengetahui Jazeel yang melemparinya bantal.

Setelah menyeruput teh, anak itu berpindah ke Marvin. "Kak-" belum selesai ia berbicara, sang kakak menutup mulutnya dengan memasukan apel ke mulut.

"Udah, dianter aja, kakimu belum pulih, Sa." Untuk kali ini ia diam, ikut menikmati tontonan bersama Marvin. Sedangkan tiga orang dibelakang terkekeh pelan.

"Dia kemarin waktu mau pulang dari kampus maksa pengen nyetir, gue iyain, tapi baru juga di pertigaan deket kampus udah minta gantian aja, kerasa sakit mungkin." bisik Jendral.

Iya, cedera kaki yang dialami Haikal kaki kanan. Tepat awal tahun ini kakinya sudah sedikit pulih. Setidaknya ia bisa berjalan, walau kadang tertatih.

"Sebenernya gak papa sih dia mau nyoba bawa juga, asal gak sendiri aja," balas Rendra, Jazeel manggut-manggut.

"Btw, dua bocah kemana, ya? Kok gak denger suaranya dari tadi?" Tanya Haikal, menyadari dua bungsu tak ada.

"Keluar mereka, ke lapang deket minimarket itu," jawab Marvin. Haikal mengangguk.

"Noh, libur tuh olahraga bukannya ngunyah mulu," sewot Jendral, dibarengi lemparan biji semangka.

"Dih, gue ngunyah juga buah-buahan bukan cemilan," balas Haikal, lalu memeletkan lidahnya.

Sialan.

"Sini lo," detik selanjutnya Haikal bangkit menjauhi Jendral yang akan melempar bantal. Terjadilah aksi lempar bantal dan kejar-kejaran. Praktis membuat Rendra menghela napas sedangkan Marvin terkekeh pelan. Jazeel sih kalem lempeng wae.

Pintu terbuka, memperlihatkan Aji dan Caden yang tertegun melihat keadaan rumah. Keduanya mengerjap, membaca situasi, dimana Haikal yang mencari perlindungan dan Jendra mengambil ancang-ancang untuk melempar bantal yang dipegangnya. Lantas terkekeh setelah paham.

"Udah-udah duduk kalian," suara Marvin memecah situasi itu. Haikal perlahan berjalan ke sisi Marvin sembari menatap Jendral, takut-takut nanti dilempar bantalnya. Lalu menyenderkan kepalanya di bahu Marvin, napasnya tersengal karena berlari tertatih.

Aji dan Caden duduk di karpet bulu. Dibawah saudara-saudaranya. Lalu meletakkan kresek yang mereka bawa di meja.

"Kalian beli apaan?" Tanya Jazeel, beringsut mendekati meja

"Kue pukis," jawab Aji, tangannya mengeluarkan tiga mika kue pukis itu.

"Mas Haikal jangan!" Pekikan Caden membuat yang lain membeku, lalu melirik Harsa yang mengerjap kaget. "Itu rasa kopi," kelima kakaknya menghembuskan napas.

"Kirain gue gak boleh makan," gerutu Haikal, yang diam-diam diiyakan oleh tiga kakak dan Jazeel dalam hati.

"Tapi serius, ini kopi bubuk di kue pukis?" Tanya Jazeel heran, baru pertama kali dia mencoba kue pukis rasa kopi.

"Cobain aja, kalo gak ada bubuk-bubuk gitu berarti pake pasta," mengikuti saran dari Rendra, Jazeel mencobanya.

"Kayaknya ini pasta deh," ujar Jazeel setelah menelaah rasa kue pukis itu.

"Berarti gue boleh makan dong?" Tanya Haikal antusias.

"Gak!"

Haikal membeku. 6 vs 1. Kalah dia. Lantas mendengus mengabaikan saudaranya yang terkekeh.

To be continued...

Haiii! Di awali dengan drama Haikal yang pengen nyicip-nyicip kopii.

Sebenernya ini tuh ada beberapa nama tokoh yang ku ubah, jadi maaf ya kalo membingungkan.

Kasih tahu aku kalo ada nama yang menurut temen-temen asing.

Makasihh!


Haikala dan Saudaranya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang