Kelima

1.4K 139 6
                                    

안녕!

Happy Reading!

***


"Na, pengen keluar." Jazeel yang sedang bermain ponsel mengalihkan perhatiannya pada Haikal. Setelah mengecek suhu tubuh Haikal yang tidak sepanas dini hari tadi Naka memandang wajah sayu itu. Bahkan dini hari tadi bibir itu sedikit membiru karena dingin.

"Pusing?"

"Dikit."

"Masih lemes?"

"Dikit."

Setelah memastikan Haikal memakai jaketnya ia membantu anak itu berjalan keluar. Berjalan dari kamar ke ruang tv cukup membuatnya merasa lelah tak karuan. Selama berjalan pun ia bertumpu sepenuhnya pada Naka, karena sejujurnya ia masih lemas.

"Bosen?" Tanya Marvin. Haikal mengangguk, ia lelah. Jazeel ikut goleran disamping Marvin yang lain.

Dini hari tadi, Haikal terbangun karena dingin yang menyiksanya sekaligus nyeri dibagian kaki tungkai bawah. Dengan kesadaran seadaanya ia menelepon Jazeel. Nasib baik Naka tidak menyalakan mode pesawat dan mudah terbangun.

Dengan telaten adik kembarnya itu merawatnya. Hingga subuh tadi suhunya jadi lebih normal dari sebelumnya.

"Sini," Marvin merapatkan tubuhnya hingga memeluk Haikal. Tangannya mengelus dahi Haikal membuat sang empu memejamkan mata, tak tidur kok.

Tak lama, Ajie, Caden, Rendra dan Jendral masuk setelah membuka pintu. Keempatnya ikut nimbrung di ruang tv, lalu meletakkan barang bawaannya dimeja, setelah sebelumnya Rendra mengusap Haikal.

"Kalian abis ngeborong apaan? Gede bener," celetuk Jazeel ketika keempat saudaranya duduk di karpet bulu.

"Tau tuh mas Rendra," jawab Caden. Sedangkan Rendra tak mempedulikan, ia mengeluarkan sesuatu dari tote bag besar itu. Ternyata satu kotak makan yang cukup besar berisi sayuran dan lauk pauk. Jendral pula mengeluarkan beberapa botol yogurt dan susu.

"Dalam rangka apa nih?" Tanya Marvin setelah beberapa saat tercengang. Haikal sendiri membuka matanya, diam-diam tersenyum tipis dengan bibir pucatnya.

"Dalam rangka hidup sehat," celetuk Ajie. Mereka terkekeh mendengarnya.

Anak bujang menyantap makanan itu setelah Jazeel dan Rendra bersuka rela mengambilkan piring dan sendok. Anak tengah itu pun ikut mengunyah setelah sebelumnya didesak oleh Rendra. Walau hanya beberapa suap. Haikal sudah kenyang melihat saudaranya makan.

"Kayaknya energi mas disedot sama Ajie, deh," celetuk Haikal pelan, tapi mampu didengar oleh mereka. Praktis membuat Ajie mendengus dan mereka tertawa.

"Gue diem loh, mas," balasnya. Haikal tersenyum tipis.

***

"Bun, Yah, mas sekarang udah bisa jalan lagi loh. Walaupun agak pincang. Terus, kak Marvin, mas Rendra sama bang Jen juga belum ngijinin Ikal bawa motor atau mobil. Apalagi Nadhir, langsung ngambek dia Bun, Yah, kalo mas pengen nyetir."

"Oya, Ajie juga sekarang udah belajar deketin cewek, loh. Puas banget liat anak itu malu waktu dicepuin sama Caden." Haikal tersenyum, tangannya mengusap dua nisan itu.

"Bun, Yah, mas pulang, ya. Nanti kesini lagi, doain mas semoga bisa jalan lancar lagi. Biar bisa nyetir, hehe. Nanti mas kesini ngajak yang lain, assalamualaikum."

**

Rumah sepi, karena saudaranya sedang keluar kota. Hanya ia sendiri yang tidak.

Haikala dan Saudaranya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang