Episode 9

15 0 0
                                    


Selama sembilan bulan Rina menempati kelas tiga SMP dan menyandang status nya sebagai kakak kelas, pada bulan-bulan ini adalah bulan terakhir Rina belajar dan menimba ilmu di di sini. Karena di akhir bulan ini Rina akan menjalani ujian akhir semester. Dan di bulan berikutnya nya Rina akan pergi Study tour ke Jogja dan persiapan acara wisuda.

Minggu ini adalah Minggu terakhir Rina belajar di kelas ini. Setelah itu untuk semua kelas sembilan di liburkan, dan kembali beraktivitas sampai hari Study tour tiba. Perpisahan sudah di depan mata, tak terasa masanya di sini sudah hampir selesai.

Rina sudah sampai di parkiran sekolah yang berada di luar area sekolah. Berjalan menuju kelas, dengan semangat yang tinggi, ia sudah siap untuk menjalani kegiatan hari ini. Langkah nya membawanya menuju gerbang, di sana terlihat sudah ada beberapa guru yang menanti menyambut kedatangan para siswa.

Serangkaian senyum terukir indah di mimik wajah guru-guru yang berada di depan gerbang. Secara bergantian setiap siswa menyalimi sambutan tangan mereka. Rina berjalan menuju guru-guru tersebut yang sedang menyambut kedatangan anak-anak yang lain.

"Selamat pagi Bu Ary" Sapa Rina dengan tersenyum ketika sudah berada di depan guru yang kini telah menjadi wali kelas nya.

"Iya, selamat pagi Rina."

"Hari ini kamu terlihat sangat bahagia, ada apa?" Tanya Bu Ary sambil mengusap pipi Rina.

"Hhhh ga ada apa-apa bu, hanya saja setelah melihat Bu Ary, rasanya beban Rina seakan menghilang."

"Hhh, ah kamu bisa aja Rin." Tawa Bu Ary setelah mendengar jawaban Rina.

"Heheee." Begitupun selanjutnya Rina bersalaman kepada guru-guru yang lain. Kemudian melanjutkan langkah nya ke kelas.

"Assalamualaikum man teman." Ucap Rina dengan riang ketika sudah memasuki kelas.

"Waalaikumsalam, Rin. Tumben lo, pagi-pagi udah ceria banget wajah nya? Habis nemu uang kaget ya lo, di jalan." Jawab Winda, yang melihat kedatangan Rina dengan senyum yang mengembang di wajahnya.

"Eh, ngawur lu win, ya enggak lah, emang gue hamba apaan, ngambil hak orang lain."

"Hidup tuh harus di syukuri, dan dinikmati. Makanya gue seneng banget hari ini, karena gue bersyukur."

"Tumben banget lo pinter gini, habis dengerin kajian nya omah Dede lo ya? Ngaku lu."

"Enggak juga. Apaan sih, udah ah, gue mau piket dulu." Ucap Rina, kemudian bangkit dari duduk nya.

"Yaa, nyapu yang bersih sono! Biar dapet jodoh kayak pak Dafid."

"Iyaa, makasih ya doa nya. Tapi, bukan nya gue gak mau, gue pengen nya yang spek kayak Husain basyaiban."

"Hahaha ah lu mah, halu nya ketinggian!" Gelak Winda yang tak habis pikir dengan tingkat kehalusan Rina. Benar-benar sangat tinggi.

"Dih, biarin. Suka-suka gue dong.."

Setelah beberapa menit Rina membersihkan kelas, akhirnya ia sudah selesai dan beberapa teman-teman nya sudah banyak yang datang. Tapi satu yang belum datang. Yaitu teman sebangkunya dan juga sekelompok piket dengan Rina. Yaitu Rawahid biasa di panggil Wahid.

"Eh, gimana nih, hari ini kan kita ujian. Kalian udah belajar belum?"
Tanya Rania. Sekarang, Rina, Winda, Rania, dan Yaya tengah mengobrol bersama.

"Udah, gue semalem belajar sambil nonton film." Jawab Winda dengan singkat dan tanpa beban.

"Lo udah belajar gak Rin?" Tanya Yaya.

"Gue.. udah semalem." Jawab nya.

"Yang bener lu? Lu kan demen baca novel. Takut nya lo gak belajar cuman buka-buka buku doang lima menit, terus maraton baca novel."

My Teacher Is My Father Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang