Episode 11

12 0 0
                                    


Malam hari Rina berada di kamarnya sedang belajar untuk ujian besok pagi. Secangkir coklat panas menemaninya belajar dengan potongan kue keju kesukaan nya. Buku-buku tebal membersamainya belajar, seolah menggoda Rina untuk terus membaca nya sampai habis. Namun bukan Rina yang akan membaca nya keseluruhan nya, pasti hanya akan di ambil yang penting-penting saja kemudian ia catat untuk di pelajari.

Sudah hampir 30 menit Rina belajar dan membaca buku. Lumayan cukup lama ia belajar karena besok adalah ujian mapel favorit nya yaitu tentang kesenian. Kini waktunya Rina untuk membaca novel, yang berjudul 00.00 mengisahkan kisah hidup Lengkara dan asmaranya bersama Masnaka.

Sampai pada bab yang di mana ini adalah bab yang menyakitkan untuk pembaca. Pada saat yang bersamaan hujan pun tiba-tiba saja turun seolah ingin menamai Rina saat membaca kisah hidup tentang Lengkara.

Malam yang dingin itu, dengan suara hujan yang bagaikan seperti alunan musik mengiringi Rina malam ini. Hawa sejuk menyelimuti tubuh nya, menambah kepiluan dari kisah yang dibaca.

Rina bangkit dari tempat tidur nya untuk mengambil handphone di atas nakas dan memutar lagu "Diary Depresiku". Musik ini semakin membuatnya merasakan apa yang di alami oleh sosok Lengkara, bukan karena cerita yang diciptakan dengan sempurna oleh penulis, tetapi karena mengingatkan pada kisah hidupnya sendiri yang hampir sama dengan yang dirasakan oleh Lengkara.

Pikiran Rina melayang pada kejadian masa lalu sebelum orang tuanya berpisah. Dalam benaknya, masih terekam dengan jelas peristiwa beberapa tahun yang lalu.

Flhasback on

"Prangg!" Suara benda dari dapur yang jatuh begitu keras. Pada saat itu Rina baru saja datang dari sekolah yang langsung menuju dapur ketika mendengar keributan."

"Sudah ayah, ibu. Cukup!" Teriak nya untuk menghentikan pertengkaran orang tuanya. Di usia nya yang masih kecil itu Rina harus melihat pertengkaran kedua orang tuanya. Berbeda dengan anak yang lain, yang di dalam keluarganya baik-baik saja dan harmonis.

"Aku lelah melihat ibu dan ayah bertengkar seperti ini setiap hari." Ucapnya dengan suara yang tercekat di tenggorokan.

"Hatiku hancur ibu, duniaku seolah runtuh ayah. Melihat kalian seperti ini. Yang aku inginkan adalah, ketika aku pulang sekolah ada yang menyambut ku di rumah. Aku ingin ada yang bertanya tentang aku. Bagaimana sekolah ku, bagaiman hari ku, ada cerita apa hari ini. Tetapi yang ku dapatkan adalah ibu dan ayah yang selalu bertengkar seperti ini." Ucap Rina dengan bercucuran air mata. Hal-hal sederhana yang ingin ia dapatkan dan rasakan seperti anak yang lain tidak ia dapatkan dari orang tuanya.

"Tidak bisakah kita menjadi keluarga seperti yang lain?" Tanya nya dengan menatap lekat kepada orang tuanya.

"Aku kecewa dengan ayah ketika ayah menyakiti perasaan ibu dengan kata-kata ayah! Dan aku juga terluka ketika melihat ibu menangis. Tidak kah ayah dan ibu memikirkan perasaan ku?" Rina mencurahkan semua isi hatinya di hadapan orang tuanya. Hati kecilnya sangat terluka menyaksikannya kejadian ini. Ia juga ingin hidup bahagia seperti keluarga dan anak-anak yang lain.

"Maaf Rina, tolong maafkan ayah."

"Sudah lah ayah, Rina ingin masuk ke kamar." Kemudian setelah mengatakan itu, Rina beranjak pergi dari dapur untuk menuju ke kamar. Rina melempar kan tas nya ke sembarang arah. Kemudahan menangis sekuat-kuatnya di balik selimut.

Kejadian enam tahun yang lalu di saat Rina masih kelas 5.

Flhasback of

Malam ini hujan turun lagi
Bersama kenangan yang ungkit luka di hati
Luka yang harusnya dapat terobati
Yang ku harap tiada pernah terjadi

My Teacher Is My Father Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang