Bidara pernah menaruh rasa dengan Birendra saat di bangku sekolah dulu, namun karena kepopuleran Birendra membuat Bidara memilih untuk melepaskan perasaannya karena Bidara sadar akan dirinya sendiri.
Hingga sepuluh tahun setelahnya keduanya dipertemukan kembali dengan posisi yang jelas berbeda, dimana Birendra menjadi dokter yang merawat Nenek Bidara dimana cerita itu semua di mulai.
"Bidara! Dar!" Teriak Birendra saat melihat perempuan itu kembali setelah kemarin dirinya sekilas melihat Bidara.
Bidara berhenti dan menoleh ke belakang, dimana netranya untuk kali pertama bertemu dengan wajah Birendra. Tampilan Birendra tidak banyak berubah, hanya saja semakin bertambah usianya, Birendra semakin matang dan tampan.
Ah, jika saja dirinya bisa mendapatkan Birendra batin Bidara mencemooh.
"Ya Tuhan Dar, akhirnya kita ketemu ya." Birendra mengikis jarak hingga keduanya saling berhadapan. "Rendra."
"Iya, aku Rendra." Senyuman tercetak di wajah Rendra. Dimana kesempatan ini dimanfaatkan oleh Birendra untuk mengajak bicara Bidara di kantin.
"Gak akan ganggu, kan aku baru selesai shift malam." Jelas Birendra kepada Bidara. "Eh, sekarang kamu dimana?"
"Di rumah." Jawab Bidara dengan menyesap jus yang tadi di pesannya. "Kamu sudah menikah?"
"Belum. Em... Mana ada yang mau nikahin aku sih Ren." Jawab jujur Bidara, dimana Bidara sadar jika dirinya tidak menarik ditambah dirinya tidak memiliki lingkungan pertemanan yang begitu banyak. Ditambah Bidara juga bukan karyawan kantoran, Bidara hanya menjalankan usaha Neneknya.
Birendra terdiam sejenak sebelum mengumpulkan keberaniannya untuk mengungkapkan sebuah hal.
"Kamu cantik Dara, em... tapi kalau gak ada yang nikahin boleh dong kalau aku nikahin kamu."
Bidara yang mendengar hal itu sontak terdiam, ini pertemuan pertama kali setelah beberapa tahun tak pernah berjumpa dan dengan lantangnya Birendra mengajaknya menikah.
Bidara ingat jika ada laki-laki yang mengajaknya menikah mungkin karena dirinya ada di range dirinya, dan jika di tolak pasti pria itu akan mencari perempuan lain yang sesuai.
"Jangan gitu Ren, kan kamu sekarang jadi dokter masa gak ada yang tertarik kepada kamu."
"Nggak ada. Makanya aku mau ngajak nikah kamu."
"Rendra, kamu bicara apa sih." Bidara merasa jika Birendra mempermainkannya. "Aku serius Dara, ayo nikah sama aku." Wajah Birendra sudah berubah serius membuat Bidara merasa enggan. Namun bukan namanya Bidara jika tidak bisa mengurai kecanggungan ini.
"Sudahlah Ren, kan kamu ganteng, punya duit banyak, dokter, masa kamu mau pengangguran kaya aku. Kamu apa gak malu."
"Enggak. Aku suka." Jawab santai Birendra yang membuat Bidara sedikit terenyuh, tapi Bidara masih sadar akan apa posisinya di hadapan pria ini.
"Kamu suka tapi keluarga kamu? Mana ada yang mau mejadikan aku menantu."
"Mamaku mau."
"Itu jawaban dari bibirmu Dra. Ah sudah bicara sama kamu buat aku naik darah aja." Bidara menyelesaikan meminum jusnya sebelum bangkit dan berjalan keluar kantin. "Oke, berarti kita fix buat ngedate ya."
Membuat Bidara hanya bisa menelan ludahnya sendiri. "Aku gak pernah ngomong."
"Iya, maksudnya aku." Ucap Birendra yang mengikuti langkah Bidara. "Terserah." Bidara tidak mau pusing dengan kehadiran pria ini, dimana tujuan pertama dirinya kesini adalah bertemu dengan Neneknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/368456504-288-k954285.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story II (Karyakarsa)
ContoSemua cerita lengkapnya bisa di baca di Karyakarsa