Jebakan

19 4 0
                                    

Kyara

Semua sahabat gue selalu mengatakan jika gue bodoh. Ya, bodoh. Bagaimana tidak? Jika dengan senang hati gue rela membayarkan biaya kuliah Abian.

"Mau banget sih lo bayarin kuliah Abian."

"Lo itu kerja, ya seharusnya uangnya buat diri lo. Bukan ke Abian."

"Bucin boleh bodoh jangan."

Dan masih banyak lagi ucapan yang jelas menilai diri gue bodoh.

Namun semua itu jelas mental di pikiran gue, bukannya gue nggak mau menerima pendapat tapi jujur saat gue dengan Abian duduk di bawah pohon menghalayal hubungan ini membuat gue semakin giat bekerja.

"Kalau aku lulus, kerja, pasti jabatannya juga akan bagus." Gue mengiyakan ucapan Abian apalagi di zaman seperti ini. "Setelah itu kumpulin uang deh baru lamar kamu. " Hati gue jelas bahagia karena gue tahu ternyata gue ada di rencana kehidupannya.

"Terus nikah, hamil, punya anak." Lanjut gue menghayal. "Iya apalagi anaknya lucu kaya kamu."

"Memang kurang berapa lama lagi sih?" Abian selain kuliah dia juga sama seperti gue yang kerja namun gajinya jelas belum menutup kekurangannya. Alhasil gue juga yang nombokin, sejauh apa yang gue rasakan kebanyakan di hubungan ini gue yang nombok. Tapi setelah ingat jika gue akan dinikahi kehilangan itu menjadi tak masalah.

Bahkan beberapa kali juga gue dikatakan bodoh.

"Kurang satu tahun."

Gue menganggukan kepala, menatap hamparan rumput yang sore ini kami kunjungi. "Kamu masih sabar, kan?"

Uang saja gue rela apalagi menunggu? Gue menatap ke arah wajah Abian dan mengangguk. "Sabarlah, kan kita nunggu kurang lebih tiga tahun lagi." Itu perhitungan gue, entah Abian.

Setelah acara kencan itu gue semakin giat bekerja, dari pagi sampai sore gue di pabrik setelahnya gue membantu teman gue yang memiliki usaha angkringan. Dimana gaji yang gue dapat juga lumayan.

"Ya Tuhan." Gue selalu bersyukur atas apa yang Tuhan beri kepada gue. Dari hal-hal kecil ini membuat gue sadar bahwa di dunia ini butuh perjuangan. Dan mungkin juga di hubungan gue dengan Abian gue harus berjuang membantunya.

Di setiap malam saat gue mau tidur, gue selalu mengkhayal akan hubungan gue dengannya yang sudah menginjak enam tahun lamanya. Gue dan Abian memulai hubungan saat kelas dua SMA, saat itu gue terpesona akan sikapnya yang santun di tambah dirinya pintar. Ya, Abian si kutu buku memang pintar sayang dirinya tidak seberuntung teman-temannya untuk kuliah.

Saat itu gue yang mendekati Abian karena dirinya cenderung pemalu ditambah ya introvert, dan syukurnya saat gue mengungkapkan isi hati gue Abian mengiyakan ajakan gue. Meskipun saat itu banyak temannya yang mengatakan jika dia menerima gue karena kasihan.

Tapi ternyata salahkan? Buktinya gue dengannya sudah jalan hampir enam tahun.

Namun beberapa bulan belakang ini gue sering mendengar jika Abian berselingkuh. Membuat gue selalu overthinking.

"Lo aja yang bego yang percaya banget sama dia. Eh asal lo tahu ya, gue kemarin lihat dia sama perempuan lain di restoran A."

"Serius?" Denada mengangguk.

Saat itu yang bisa gue lakukan adalah membuktikan ucapan teman-teman gue, ya, gue tipe perempuan yang tidak akan percaya kalau tidak ada bukti.

Hingga beberapa hari setelahnya gue di hubungi Denada untuk datang ke sebuah kedai kopi dimana Denada memberikan sebuah foto dimana ada Abian disana dengan seorang perempuan yang sama.

Kyara

Serius?

Denada
📷
Cowok lo kan? Cepet kesini sebelum dia balik.

Seketika gue langsung bergegas kesana dengan pikiran yang terbang memikirkan apa yang harus gue lakukan. Ya, hati gue sakit jika hal ini benar apa adanya, tapi membayangkan harapan gue gagal juga hal yang mengerikan.

Jantung gue berdetak tak karuan dengan perut yang melilit merasakan pikiran yang terus mengatakan seandainya.

Ya, seandainya ini benar?

Seandainya ini salah?

Ah... Rasanya gue pusing. Hingga motor yang gue kendarai sampai di kedai kopi yang dikatakan Denada dimana gue melangkah dengan langkah lebar untuk mengetahui yang sebenarnya.

Denada melambaikan tangan ke arah gue untuk duduk sejenak di posisinya agar bisa mendengar semuanyaa dari sini.

"Benaran kamu mau sama saya?"

"Iya Bu, saya serius, saya sudah suka dengan Ibu sejak pertama kali masuk kerja."

Deg!!

"Wah saya tersanjung sih, pria muda seperti kamu ternyata menyukai perempuan tua seperti saya."

"Ibu tidak tua, masih cantik." Pujian Abian yang membuat gue meremas kedua tangan gue melampiaskan rasa kesal. Dilihat bagaimanapun perempuan itu sudah tua karena menurut gue usianya sekitar empat puluhan. Tapi Abian mengatakan cantik? Sialan si kutu buku ini.

"Saya juga merasa bahwa effort kamu untuk menarik saya cukup besar. Jadi kita deal ya." Abian menjabat tangan perempuan itu sebelum gue berjalan ke arahnya dan mengambil segelas air mineral untuk gue siramkan ke arah Abian.

"Sialan lo ya Abian!!"

"Enak banget lo ginian gue! Dan lo Ibu terhormat maaf ya Bu, Ibu bodoh kalau Ibu percaya sama mulut laki-laki kaya Abian. Asal Ibu tahu Abian kuliah juga gara-gara gue Bu." Setelah mengatakan itu gue berbalik meninggalkan Abian dengan hati yang remuk. Ya, untuk kesekian kalinya gue merasakan patah hati.

Mengusap air mata yang keluar, gue menatap wajah gue di spion motor. "Kuat Kyara, kuat." Apa muka buluk gue yang membuat Abian berselingkuh? Ah, otak sialan. Bukan karena gue yang salah disini tapi Abian saja yang salah karena melakukan hal gila itu.

Menyalakan motor gue mengendarainya dengan kecepatan tinggi dengan hati yang remuk, syukurnya gue selamat sampai di kos. Karena ini akhir pekan gue berpikir untuk pulang ke rumah, ya gue butuh waktu untuk memenangkan hati gue.

"Kyara, mau kemana?" Suara Abian, seketika gue menoleh dan mendapati Abian berdiri di depan pintu kos dengan wajah yang sembab. Apa gue gak salah lihat? Sembab?

"Mau apa lo kesini?"

"Mau sama kamu."

"Lo gak ngaca habis ngapain sama tuh Tante?" Gue bangkit dan menghadap ke arah Abian dengan kedua tangan yang berkacak pinggang. "Maaf." Dengan kepala yang menunduk Abian mengatakannya.

"Iya Maaf jika ketahuan, kalau gak ketahuan ya lanjut." Setelah mengatakan itu gue mengambil tas yang akan gue bawa dan pergi meninggalkan Abian.

"Aku akan nungguin kamu kok." Ucapan yang terakhir gue denger sebelum sepeda motor gue membelah jalanan. Sialan memang Abian, laki-laki gak tahu diri.

Tbc

Yang mau baca silakan mampir di Karyakarsa, link ada di bio.

Short Story II (Karyakarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang