Hihihi, suara tawa yang berasal dari kamar tidur seorang gadis berusia empat belas tahun. Gadis itu nampak bahagia saat melihat pria yang ia kagumi, ya, menurut Mama dia boleh menyukai laki-laki tapi ingat tidak boleh pacaran.
"Mas Suki." Ucapnya kembali dengan menatap pria yang tengah berbaris di depan rumahnya, kamar tidur Naina ada di lantai dua yang mempermudah Naina untuk melihat pria yang ia sukai. "Jangan nikah dulu ya Mas, tunggu Na besar."
Dalam hidup Naina dirinya hanya takut dua hal yaitu ditinggal kedua orang tuanya dan ditinggal nikah oleh Suki, pengawal ayahnya. Bagaimanapun Suki adalah pria yang ia inginkan.
"Naina! Ayo sarapan." Teriak Anita dengan mengetuk pintu kamar tidur. Naina berusaha bangkit dan langsung membuka pintu. "Ayo makan ini waktunya sarapan."
"Iya Ma." Anita menatap ke dalam kamar dimana jendela putrinya terbuka. "Kenapa jendela kamu dibuka? Bukannya kamu mau sekolah?" Anita masuk dan mengunci jendela sebelum keluar bersama putrinya.
"Hahaha, biar ada udara yang masuk Ma.... Ma?"
"Oh... Apa?"
"Boleh gak kalau Na suka sapa cowok beda usia?"
Pertanyaan yang membuat kerutan tercetak di dahi seorang Anita. "Maksud kamu apa nak?"
"Em... Na suka sama cowok tapi usianya jauh." Kejujuran Naina yang membuat Anita paham. "Cowok itu suka sama putri Mama?"
Naina tidak tahu, "Kayaknya belum sih Ma."
"Syukur kalau gitu, suka gak papa tapi ingat kamu boleh berhubungan dengan lawan jenis kelak jika sudah dewasa. Na kan usianya baru empat belas tahun masih panjang." Seperti diberikan lampu hijau, Naina memilih mengangguk.
Anita yang mendengar cerita putrinya hanya bisa tersenyum bahagia. Putrinya yang dulu ia timang ternyata sudah besar, tangan perempuan itu mengusap rambut Naina. "Setelah dewasa kamu berhak memilih hidup kamu seperti apa."
Pesan yang selalu Naina ingat, membuat hatinya bahagia. Hingga Naina tumbuh menjadi perempuan yang cantik, baik hati dan ramah seperti Anita dulu.
"Mas.... "
Suki yang berdiri tidak jauh dari Naina menoleh. Wajah Naina yang tersenyum menjadi pemandangan pertama yang Suki lihat. "Ayo pulang."
Suki mengangguk, memasukan kembali ponselnya Suki berjalan lebih dulu dari Naina. "Jangan cepat-cepat Mas."
"Kenapa?"
"Na kan pakai sepatu tinggi." Akhirnya Suki mengikuti keinginan tuan putri Andro ini, berjalan bersisian sesekali matanya yang tajam menatap ke kanan kiri untuk tahu kondisi.
"Mas."
"Apa?"
"Kenapa Mas belum nikah?" Mobil yang ditumpangi keduanya sudah berjalan di jalanan yang mulai lengah. "Belum kepikiran." Naina mengangguk. "Mas sudah punya pacar?"
"Kenapa?"
"Ih kenapa jawabannya kaya gitu sih. Jawab aja ada atau tidak." Naina geram. Posisi duduk Naina yang berada di belakang Suki membuat pria itu mampu melihat wajah jengkel putri dari tuannya itu.
"Gak ada yang mau sama saya."
Seketika wajah Naina berubah dengan senyuman yang tercetak jelas membuat Suki berpikir. "Kenapa tersenyum non?"
"Karena masih ada peluang buat aku." Jawabnya yang kelewat santai, "Non?"
Naina mengangguk paham. "Iya, aku suka sama Mas. Sudah lama sih, tapi berani ungkapin baru sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story II (Karyakarsa)
KurzgeschichtenSemua cerita lengkapnya bisa di baca di Karyakarsa