Sebuah Kesalahan

29 3 0
                                    

Syira pernah memanandang sebuah pernikahan itu adalah tujuan dari kehidupan. Menganggap bersatunya dua manusia menjadi keluarga adalah sebuah kebahagiaan yang utuh. Menerima semua kebaikan dan keburukan tanpa menyela satu sama lain.

Tapi apa itu yang terjadi di hidup Syira? Jelas jawabannya adalah tidak. Ya, Syira melakukan kesalahan yang membuat dirinya terikat dengan seorang pria bernama Athala, dimana keduanya sekarang menyandang status suami istri. Bukan kebahagiaan yang melingkupi hidup Syira tetapi rasa sepi dan tersingkirkan.

Syira harus berada di rumah yang besar itu tanpa bisa keluar karena tidak diberikan izin oleh Athala. Dimana kehadiran Syira sudah dianggap aib untuk pria itu.

Ya, Athala sebagai seorang manager ternama di sebuah perusahaan harus menikahi perempuan yang ia hamili karena kesalahan semalam dan jelas reputasinya dipertaruhkan disana

Athala tidak mau banyak orang yang tahu kalau dirinya sudah menikah dan Syira menginginkan hidup lamanya kembali. Membuat dua orang itu saling melukai.

"Sudah diminum susunya?" Tanya Athala saat Syira tengah duduk di kursi meja makan dimana Athala baru saja pulang dari bekerja. "Sudah."

"Bagus." Athala melangkah mengambil air mineral dan duduk tidak jauh dari posisi Syira. Dimana dilihat dari jauh pun keduanya layaknya atasan dan bawahan. "Pak... Sampai kapan Bapak perlakuan saya seperti ini. Saya hamil bukan sakit yang menular." Dua puluh empat jam setiap hari dihabiskan Syira hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun.

"Memang kehamilan kamu itu tidak membuat saya malu? Saya malu Syira." Jawab Athala dengan nada suara yang tenang.

"Kalau Bapak malu kenapa Bapak menikahi saya? Biarkan saja saya menggugurkan anak ini jadi permasalahan kita beres." Syira tidak memiliki banyak uang untuk membesarkan seorang anak. "Saya tidak mau membunuh anak saya Syira." Dengan membereskan gelasnya Athala bangkit dan berjalan menuju wastafel sebelum masuk ke kamar tidurnya. Meninggalkan Syira seorang diri.

Semua ini sudah berjalan kurang lebih enam bulan dan masih sama, hubungan keduanya tidak pernah meningkat. Meskipun kehamilan Syira semakin hari semakin membesar.

Syira menatap perutnya yang sudah membesar dengan perasaan bimbang, ada kalanya dirinya bahagia dengan anugerah ini tapi ada kalanya dirinya sedih karena sebagai orang tua dirinya merasa tidak layak.

"Kelak kalau kamu lahir dan tidak melihat Mama jangan pernah cari Mama ya." Sesuai kesepakatan bersama dimana Syira berada di rumah ini sampai melahirkan dan setelah semuanya selesai maka anak itu akan diberikan kepada Athala.

Entah mau dikemanakan anak ini, Syira juga tidak tahu. Tapi jujur selama mengandung Syira selalu bahagia saat janinnya menendang perutnya. "Maafkan Mama, tapi sungguh ini demi kebaikan kamu." Hidup dengan sang ayah akan membuat janinnya tercukupi sedangkan bersamanya jelas berbeda.

Syira bangkit dan berjalan ke kamar tidurnya dengan kesusahan karena beban yang ia tanggung di usia kehamilan yang ke delapan bulan.

"Kuat ya nak, demi Mama." Syira duduk di atas ranjang memandangi ruang kamar tidurnya sesekali menghela napas. Di kamar ini Syira merasakan sebagai tahanan dan mungkin di kamar ini juga Syira akan mendapatkan status baru yaitu seorang Ibu.

Syira mengingat saat dirinya pertama kali datang ke rumah ini dimana hal yang pertama ia rasakan adalah kesepian.

"Saya akan menikahimu tapi dengan syarat kamu tidak boleh menampakan diri kamu. Ditambah anak yang akan kamu lahirkan akan menjadi milik saya."

"Dan satu lagi pernikahan kita akan berakhir saat kamu sudah melahirkan. Karena bagaimanapun saya sudah memiliki tunangan."

Saat itu Syira mengiyakan tanpa berpikir panjang karena bagaimanapun dirinya juga tidak memiliki rencana lain. Syira bertahan disini untuk mengantarkan janinnya lahir sebagai seorang manusia. Dan berharap semoga anaknya tidak merasakan kejamnya dunia seperti dirinya.

"Jadi ini perempuan yang kamu hamili?" Tanya Felicia saat dirinya datang ke rumah tunangannya. Dimana Felicia sendiri sedikit terkejut. "Iya."

"Oh... Setelah dia melahirkan tolong tinggalkan anak itu. Saya akan merawatnya." Kalimat yang dikatakan Felicia membuat Syira terperangah. Bukan cacian atau tamparan yang mendarat di wajah Syira tapi sebuah keinginan.

"Kenapa tidak marah?" Tanya Syira dengan nada suara yang takut karena bagaimanapun keduanya sangat berbeda jauh. "Saat melakukannya tunangan saya mabuk, itu sudah menjadi alasan saya menerima anak itu." 

Dimana perkataan itu menjadi penjara untuk Syira.

Tidak ada pertanyaan yang mengkhawatirkan dirinya atau tanya akan tumbuh kembang janin yang setiap bulan Syira periksakan.

"Yang sabar ya neng, memang Bapak sama Bu Felicia itu sudah lama menjalin hubungan."

Syira mengangguk mengiyakan ucapan si Mbok. "Mbok besok kalau anak aku lahir tolong ya Mbok jaga, kayaknya aku tidak bisa berada di sisinya."

Mbok menatap Syira dengan prihatin tetapi perempuan paruh baya itu hanya mengangguk dan mengusap punggung Syira mencoba menguatkan.

"Jadilah anak yang baik." Syira mengusap perutnya sesekali mengatakan bahwa putranya beruntung memiliki ayah seperti Athala.

Tanpa bisa Syira tahan lagi kantuk itu datang membuat tubuhnya terlelap tidur. Untuk kesekian kalinya Syira tidur di atas ranjang yang empuk dimana hal ini akan segera ia tinggalkan.

"Syira mana Mbok?"

"Di kamar Pak." Athala mengangguk, dirinya duduk di kursi makan dan melahap semua makanan si Mbok. "Pak... "

"Apa?"

Mbok menatap tuannya dengan perasaan takut meskipun dirinya sudah ikut dengan Athala sudah lama. "Apa Bapak bisa pertimbangkan dengan mengusir Mba Syira. Em maksud saya setelah anaknya lahir."

"Kenapa tanya itu Mbok."

"Mbok hanya khawatir Pak, kan Bapak tahu Mba Syira tidak memiliki keluarga. Belum lagi setelah melahirkan harus nifas terus susu yang harus diberikan ke Tuan muda, membayangkan jika Mba Syira berjauhan dengan putranya rasanya Mbok dak kuat." Sebagai ibu Mbok paham betul akan apa yang akan terjadi ditambah semasa hamil Syira hanya dicukupi kebutuhan tanpa adanya perhatian.

"Itu urusan saya Mbok. Yang Mbok harus lakukan adalah mengawasi Syira." Tekan Athala. Dimana ini semua sudah menjadi keputusannya.

Tbc

Penasaran apa yang akan terjadi?

Short Story II (Karyakarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang