Balikan Ke Mantan

28 3 0
                                    

Satu nama yang di benci oleh Shanum adalah Reyhan. Ya, nama itu sangat dibenci oleh perempuan itu meskipun kejadian yang membuat dirinya patah hati sudah lebih dari lima tahun.

"Atasan kita baru." Bisik Lisa saat melihat Shanum tengah berjalan ke arahnya. "Maksud lo?"

"Iya, Pak Budi mau penisun dini digantikan anaknya." Shanum terkejut karena pria yang menjadi atasannya itu adalah pria paruh baya dengan fisik yang sehat.

"Memang Pak Budi sakit apa?"

"Enggak sakit, beliau hanya ingin menikmati masa tuanya dengan sang istri."

"Oh... Kirain sakit."

"Bukan." Lisa berjalan menjauh menuju ke pantry kantor untuk membuat kopi sedangkan Shanum berjalan menuju ke meja kerjanya. Sebagai salah satu staff akuntansi Shanum harus sigap dan teliti untuk merekap semuanya.

Saat dirinya sudah sibuk dengan layar laptop, ada pengumuman dimana penganti Pak Budi telah datang dimana semua karyawan diwajibkan datang ke ruang meeting.

Baik Lisa dan Shanum berjalan menuju ke ruang itu sesekali bergosip ria. "Katanya masih single, ganteng."

"Lo tahu dari mana?"

"Dari Mba Lala, kan dia asisten Pak Budi otomatis pernah bertemu, kan?" Shanum mengangguk paham, ternyata memiliki teman dengan banyak teman ada untungnya juga.

Dua perempuan itu masuk berbaris untuk melihat atasan barunya, hingga beberapa menit selanjutnya seorang pria masuk dan memperkenalkan dirinya sebagai penganti Pak Budi. Pria yang tak lain masa lalu Shanum, Reyhan.

"Perkenalkan nama saya Reyhan Ahmad, putra dari Budi Ahmad. Saya akan melanjutkan jabatan yang Papa saya tinggalkan."

Shanum yang berada di pojok ruangan hanya bisa menunduk dalam dan berdecih. Sungguh ini momen yang tidak pernah terlintas di benaknya. Mantan menjadi atasan?

Reyhan menyapa semua orang yang hadir dan berjabat tangan dengan bawahan yang seolah menegaskan jika dirinya buka pria otoriter, kaku, dan sebagainya.

"Senang berkenan denganmu Lisa." Sontak Shanum menoleh dan untuk kali pertama keduanya bertemu kembali.

"Hallo Shanum, nice to meet you." Sapa Reyhan dengan menyodorkan tangannya, dimana Shanum hanya bisa terdiam hingga Lisa menyenggol lengan Shanum dan berbisik. "Salamin, jangan buat onar Shanum."

Seketika Shanum menerima uluran tangan Reyhan sebelum pria itu mengedikan satu mata sebagai tanda bahagia.

Reyhan kembali pada posisi semula. "Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik." Tekan Reyhan yang menutup acara perkenalan ini.

Membuat semua orang yang ada disana berjalan perlahan keluar sebelum teriakan Rayhan menginterupsi. "Untuk Bu Shanum tolong ke ruangan saya."

Sialan. Maki Shanum yang mendengar ucapan Rayhan yang ingin ia bantah. Tapi Shanum sadar sekarang dirinya hanya bawahan yang jelas posisinya sangat lemah.

"Iya Pak." Shanum berbalik dan membungkukkan tubuh sebagai tanda hormat sebelum berjalan keluar.

***

"Pak Reyhan nya ada Mba?" Lala yang menjabat sebagai asisten menatap Shanum dan mengangguk. "Masuk gih, sudah ditunggu."

Shanum mengangguk sebelum berdiri sejenak di depan pintu bercat cokelat itu untuk menenangkan diri. "Bisa, lo bisa ketemu mantan tanpa baper."

Bagaimana hubungan keduanya dulu sangat tidak baik membuat Shanum enggan bertemu dengan Reyhan.

"Masuk!" Teriak Reyhan dari dalam ruang kerjanya. Dimana perlahan Shanum membuka dan berjalan masuk dengan kepala yang menatap ke bawah. "Ada apa dengan kamu Shanum? Kenapa tidak melihatku."

Bangke!

"Dimana percaya diri kamu!" Tekan Rayhan seolah mencemooh Shanum. Shanum mendongak perlahan dan menatap ke arah Rayhan dengan kedua tangan yang bertautan. "Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu." Mengubah raut wajahnya Shanum mencoba ramah.

Rayhan terdiam menilai mantannya itu sebelum bangkit dan berjalan ke arah Shanum. "Apa kabar?"

"Baik Pak." Rayhan berjalan mengitari Shanum seolah perempuan itu menjadi pusatnya. "Apa kamu tidak merindukanku?"

Pertanyaan macam apa itu? Bagaimanapun keduanya putus itu sangat menyakitkan untuk Shanum dimana Rayhan yang berselingkuh. Dimana pria itu berselingkuh dengan sepupunya sendiri membuat Shanum merasa tertipu akan hubungan keduanya. Hancur, kecewa menjadi satu membuat Shanum tidak lagi mau mengenal seorang pria. Hidupnya dilalui hanya dengan kerja dan liburan, di bayangannya tidak ada kata menikah, jatuh cinta.

Karena menurutnya hidup tanpa cinta jauh menenangkan.

Hingga tiba-tiba Rayhan memeluk tubuh Shanum dari belakang dan menyandarkan kepalanya di pundak perempuan itu.

"Aku merindukanmu. Sungguh." Dengan tangan yang melingkar di depan perut Shanum. Shanum memberontak, mencoba melepaskan belitan Rayhan. "Lepas Pak, saya tidak mau orang-orang melihat."

"Tidak akan aku lepas sebelum kamu membalas rasa rindu aku." Tekan Rayhan. "Pak, ini kantor." Tekan Shanum yang khawatir jika ada orang yang akan masuk dan melihat tingkah keduanya. Bisa-bisa ini akan menjadi rumor yang akan mencoreng nama baik Shanum sendiri.

"Tidak papa, ini kantor milik Papa. Jadi aku bebas melakukan apapun." Tegas Rayhan. Membuat Shanum murka. "Pak lepas, saya tidak mau saya melukai Bapak."

"Coba silakan." Pancing Rayhan membuat Shanum mengeluarkan jurus beladirinya yang sudah ia pelajari sejak bangku SD. Dimana Shanum langsung memutar badan dan mengalikan posisi di mana sekarang Rayhan yang tengah Shanum kunci dengan kedua tangannya.

"Kamu masih kuat Shanum."

"Dari dulu saya kuat Pak."

"Oke, sekarang lepaskan." Perintah Rayhan yang merasa tubuhnya terhimpit. Shanum memilih melepaskan Rayhan dengan kepala menunduk. "Maaf Pak, tapi sungguh tingkah Bapak kelewatan."

Rayhan berbalik dan menatap ke arah Shanum. "Aku tidak kelewatan, aku bahagia karena akhirnya aku bisa menemui kamu."

"Lebih baik kita duduk." Perintah Rayhan kembali dengan berjalan ke sofa. Dimana Shanum dengan hati yang kacau memilih untuk mengikuti keinginan atasannya.

"Kamu tambah cantik Shanum."

"Terimakasih Pak. Tapi apa yang Bapak butuhkan hingga mau bertemu dengan saya?" Shanum ingin lekas keluar dari ruangan ini. "Aku tidak membutuhkan apapun. Aku hanya bahagia akhirnya bisa bertemu dengan kamu. Kalau saja aku tahu kamu disini aku pastikan keinginan Papa akan langsung aku lakukan." Sudah tiga tahun Papanya ingin pensiun namun Rayhan selalu menolak keinginan Papanya untuk menggantikannya.

"Jangan pembual Pak. Baiklah kalau Bapak tidak membutuhkan saya, saya rasa lebih baik undur diri." Pekerjaannya masih banyak dan atasannya hanya berbicara tidak ada manfaat. "Baiklah, nanti setelah jam kantor aku ingin kamu mengikutiku."

Ajakan yang jelas ditolak, dimana Shanum memilih pulang terlebih dahulu meninggalkan Rayhan di lobby yang menunggu kehadiran perempuan itu.

"Kamu temennya Shanum, kan?" Tanya Rayhan saat melihat Lisa, membuat Lisa mengangguk mengiyakan pertanyaan Rayhan. "Dimana Shanum?"

"Sudah pulang Pak." Jawaban yang membuat Rayhan ternganga, meskipun dirinya atasanya nyatanya Shanum tidak takut akan dirinya.

"Boleh bagi alamat kos Shanum?"

"Buat apa Pak?" Sungguh Lisa bertanya-tanya akan hubungan apa yang dijalani keduanya. "Ada urusan. Kamu tahu.

Mau tidak mau Lisa membagi alamat apartemen Shanum, meskipun besok Lisa yakin Shanum akan memarahinya.

Sedangkan Rayhan tersenyum bahagia, langkahnya mendekat ke arah Shanum ternyata dipermudah.

"Tunggu aku Shanum."

Tbc

Kelanjutannya ada di Karyakarsa ya

Short Story II (Karyakarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang