Prolog

123 6 4
                                    

"Kapan kamu wisuda, In?"

"Skripsimu udah kelar?"

Dua pertanyaan sekaligus dari mamah dan abangnya membuat Intan mencoba menstabilkan raut wajahnya. Terlihat biasa saja padahal dia mati-matian menahan kesal.

Tidakkah orang-orang mengerti bahwa mahasiswa akhir itu sangat sensitif dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu?

Abangnya mengusap wajah dengan gusar. Dia tahu ini menekan adiknya, tapi ada hal penting yang perlu dibahas malam ini. Ekonomi keluarga mereka kurang stabil sejak ayah meninggal setahun yang lalu. Mamah tidak bekerja sebab kesehatannya menurun. Masih ada juga adik bungsu yang masih SMP. Apalagi abangnya sudah menikah dan punya anak balita. Lebih parah lagi Intan belum juga kelar kuliah dan harus membayar uang semester. Sungguh bingung memikirkan ini.

Intan juga mengerti itu, tapi sungguh selama ini dia juga berusaha untuk menyelesaikan skripsinya.

Mamah melirik sebentar anak sulungnya sebelum menatap Intan. "Mamah pengen menjodohkan kamu dengan anak kenalan Mamah. Biar ada yang membiayai kamu. Mau ya, In?"

Intan tahu mamah, abang, dan kakak iparnya sekarang tengah menunggu persetujuannya.

"Gak mau!" Andai saja dia bisa mengatakan itu. Realitanya dia terpaksa mengangguk.

Dia akan dijodohkan gara-gara skripsi yang belum kelar, sungguh sial!!


Tbc
Friday, 12/07/2024

SkripshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang