4. Finally Sempro!

43 5 5
                                    

Aku yakin Ben tidak tua-tua amat, kami hanya beda 4 tahun, tapi kenapa tingkahnya sudah seperti bapak-bapak! Selalu saja mengirimi video atau postingan orang-orang yang akhirnya wisuda meskipun tidak tepat waktu.

Jangan harap chat darinya itu ada basa-basi bertanya kabar atau apalah itu. Semua isinya link postingan kisah inspirasi dan motivasi. Bisa-bisa aku mabuk kalimat bijak.

Belakangan aku baru tahu bahwa dia bersikap begitu karena ada saran dari Bang Arfan, kakak tersayangku yang sepertinya sudah di fase garuk-garuk kepala melihat aku yang belum juga wisuda. Bisa-bisanya mereka bersekongkol di belakangku. Dasar!

Meski begitu aku memantapkan tujuan. Bersama Nadia dan Fira kami berusaha fokus. Nadia sudah ujian. Fira sudah dapat acc dari dua dosen pembimbingnya. Dia akan mendaftar ujian untuk minggu depan. Sementara hari ini aku baru dapat acc dospem 2. Huft ....

"Semangat, besok pasti bisa dapat acc dospem 1." Begitulah komentar Ben. Menyebalkan! Bukannya memberi selamat atas keberhasilanku mendapat acc dari dospem 2, dia malah ngelunjak. Ibarat pepatah, sudah dikasih hati maunya jantung.

"Kamu mohon-mohon aja sama dospem 1, In," saran dari Fira. "Jangan lupa masang muka melas. Ntar dospem kasian terus di acc deh. Pengalaman gue sih gitu."

"Tapi muka lo waktu itu emang udah nggak bisa dideskripsikan, Fir. Ibaratnya kalau pake level, muka lo udah nggak bisa diukur. Salahnya gue nggak sempet foto, padahal bagus buat jadi stiker wa," timpal Nadia. Dia sempat menemani Fira saat minta acc kemarin. 

"Ya jangan diungkit bagian itu lagi. Gue juga malu sih, tapi udah telanjur. Udah semester tua gini kita wajib buang malu." Fira malah tertawa geli.

"Jadi gue harus pasang muka melas gitu?" tanyaku.

"Dan jangan lupa bilang sama dospem lo kalau lo ngejar ujian minggu depan. Biar kita berdua bisa sama-sama ujian."

Aku mengangguk. Ayo, kamu pasti bisa, Intan!

Hwaiting!

***
Sepertinya bulan Desember ini berlalu begitu cepat. Tiba-tiba saja di hari Jumat ini aku mengenakan pakaian hitam putih dengan jas hitam lalu mempresentasikan proposalku dihadapan dosen penguji dan dosen pembimbing. 

Aku sempat kena bantai di ruang sidang, tapi seperti kata Fira, kalau pun kena bantai, yang penting kita udah lewatin!

Aku dan Fira berhasil sempro di siang yang cerah ini. Kami tahu ini masih seminar proposal, baru satu langkah, tapi setidaknya kami punya peningkatan.

Ben tahu-tahunya datang ketika kami sudah hampir turun ke lantai 1. Dia membawa sebuket bunga dengan wajah songongnya itu.

"Selamat ya, udah sempro," kata Ben dengan wajah datar.

Nadia dan Fira sudah seperti cacing kepanasan menggodaku, kenapa malah jadi mereka yang baper! Di situ juga aku memperkenalkan secara resmi dua bestie-ku ini pada Ben.

"Salam kenal, gue Fira."

"Gue Nadia."

"Salam kenal juga. Gue Ben, calon suami Intan."

Nadia dan Fira sontak mengerling nakal padaku. Aku memutar bola mata jengah. Malah heran dengannya yang sok-sokan menekan kata 'calon suami'. Pengen banget diakuin, Bang??

Tak hanya itu, Ben memaksa foto berdua. Katanya harus absen sama maminya. Sepertinya kedatangannya ke sini karena mami. Dasar anak mami!

Ben kemudian berbisik yang menyebalkan. "Gue bilang juga apa, lo pasti bisa."

Aku mengangguk saja. Malas meladeninya.

"Ya udah, Nad, Fir, gue balik duluan bareng calon suami gue ya. Dah."

Aku sengaja menekan kata calon suami, niat hati ingin menyindir Ben. Eh dia malah santai-santai saja.

"Nanti malam kerjain revisian," katanya.

Wtf!!

Baru aja menghirup udara segar, eh udah dibikin sesak napas. Lama-lama gue beneran kena asma nih bareng ni orang.

Dia sudah seperti dosenku. Menyebalkan!

Tbc
Sunday, 21 July 2024

SkripshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang