Dijodohkan?
Di abad ini sepertinya kata itu dianggap konservatif. Namun, sebagai guru sejarah, aku cukup menghargai pemikiran tradisional seperti itu. Mungkin sisi ego merasa orang tua terlalu mengatur, tapi kurasa itu juga tidak buruk.
Namaku Arbenial, tidak cukup jelek untuk diselingkuhi oleh pacarnya tiga bulan yang lalu. Meski faktanya seperti itu. Pacarku yang dua tahun ini begitu baik, ternyata sama baiknya juga pada pria lain yang jadi pacar keduanya. Aku marah dan kami putus.
Padahal sebelumnya aku yakin sekali bahwa kami cocok. Bahkan aku sudah bilang pada Mami Papi bahwa tahun ini aku ingin melamarnya. Kini semuanya hancur.
Lalu ... parahnya aku sudah tidak tahu caranya PDKT. Aku yakin orang-orang di umur dua puluhan yang entah baru putus atau sudah lama single, seperti lupa caranya memulai obrolan dengan orang baru. Bahkan rasanya aku tidak mampu mengulang lagi semuanya dari nol, dari pertanyaan kamu tinggal di mana dan berapa bersaudara? Astaga ... skill basa-basi itu terasa sulit.
Orang tuaku tahu itu, mereka khawatir. Bang Bani, abang tertuaku malah menyarankan agar Mami Papi mencarikanku jodoh. Tak lama ada kabar bahwa Mami ingin menjodohkanku.
Dijodohkan ... itu seperti angin segar dalam kondisi seperti ini.
***
Namanya Intan, mahasiswa akhir yang belum kelar skripsian. Kami pertama bertemu di kafe sekalian sebagai perkenalan. Dia cukup berbeda dari mantan-mantanku. Entahlah ... sikap membandingkan itu masih ada.Dia suka mencibir. Kelihatannya sering protes, tapi tetap penurut. Aku jadi penasaran, sepemalas apa gadis ini hingga skripsinya belum kelar juga? Lalu kuajaklah dia bertemu lagi dengan alasan Mami memintaku menemaninya mengerjakan skripsi.
Aku pura-pura sibuk bermain ponsel saat kami bertemu kedua kali. Diam-diam kuamati dirinya yang mulai tenggelam di layar laptop. Bahkan dia berhasil mengerjakan revisiannya.
Wow ... aku takjub. Aku sempat memandang rendah dirinya, tapi dia bahkan bisa kelar revisian hanya sekali duduk. Dari situ pandanganku berubah. Aku kemudian makin yakin dengannya dan meminta Mami Papi segera mengatur tanggal pernikahan.
Intan ini tipe anak penurut dalam keluarga, tipe teman setia dan positif dalam lingkup pertemanan, dan dia tahan dengan keabsurdanku
Kami akhirnya menikah. Well, kurasa dia belum menyukaiku padahal sebelum menikah, aku sering kali senyum-senyum sendiri setelah bertemu dengannya. Dia tipe gadis yang tidak manja seperti mantan-mantanku, sikapnya yang pantang menyerah itu membuatku jadi ingin membantunya mewujudkan apa yang dia mau.
Berdua bersama dengannya jauh lebih menegangkan setelah menikah, sebab rasanya gugup dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku tidak berani bahkan untuk memegang tangannya, takut tidak mendapat izin dan dia akan marah. Apalagi kurasa dia malah merasa nyaman dengan aku yang menjaga jarak.
Kami tidur terpisah dan tidur di lantai sebenarnya tidak masalah buatku. Namun, Intan sepanjang hari tidak mau melepas jilbabnya. Itu permasalahan besar. Aku yakin dia pasti gerah meski dinginnya Ac mampu menyejukkan ruangan. Kuputuskan untuk pindah rumah dan kami berbagi kamar.
Intan tidak rewel. Aku selalu nyaman saat pulang kerja dan dia menyambutku dengan meja makan yang kalau menunya enak, pastilah itu makanan yang dia pesan. Aku tahu sebab dia pernah memasak telur goreng dan rasanya sangat asin.
Dia juga meski sering protes, tapi selalu menurut. Malah tingkahnya itu lucu. Aku suka sekali melihatnya serius mengerjakan sesuatu, contohnya saat duduk di depan laptop dan menekuri skripsinya. Dia terlihat serius dan keren di saat yang bersamaan.
Dia suka nonton sinetron dramatik yang entah bagaimana aku juga jadi terpengaruh untuk mengikuti setiap episodenya. Intan punya banyak pendapat dan dan suka sekali bicara bahkan tentang hal aneh dan random. Lagipula, yang paling penting adalah dia bersedia memijitku. Bayangkan, setelah pulang dari capeknya rutinitas mengajar di sekolah, malamnya dia mau mengurangi beban ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Skripshit
ChickLitDemi apa pun Intan membenci skripsi. Gara-gara itu dia stress, kena mental dengan teman-temannya yang sudah lulus. Belum lagi pertanyaan tetangga dan keluarga yang tiada habisnya. Paling parahnya adalah dia juga akan dijodohkan gara-gara skripsi yan...