[7]

503 32 36
                                    

Udah jebol commentnya, lanjut ya berarti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udah jebol commentnya, lanjut ya berarti

30+ VOTE
30+ COMMENT

°°°

"Hngghgg... hoamhhh..."

Pagi ini, Sandi nampak lebih dulu membuka mata — sudah kenyang dengan lelapnya tidur semalam. Meski tak bergulat panas di ranjang, bagi Sandi tidur dalam keadaan bertelanjang dada itu nikmat dan membuatnya pulas semalaman. Agar tidak kedinginan, Sandi segera mengambil kaos putih polos yang ada di sampingnya. Ia melihat Yovita masih nyaman untuk memejamkan matamya.

Sandi tidak ingin mengganggu sisa mimpi indah Yovita. Ia memilih untuk memanaskan air dalam teko listrik sembari menuang kopi ke dalam cangkir yang jadi fasilitas di dalam kamar. Setelah kopi hangatnya siap, Sandi membuka pintu yang membuatnya berpindah tempat ke area balkon — menikmati udara pagi yang segar ditemani kopi hitam yang baru ia buat.

Slrrupppss...

"Morning... Om..."

Niat Sandi memang tidak mengganggu Yovita. Gadis itulah yang tak terduga melingkarkan kedua tangannya ke pinggang dan perut Sandi. Mendekap Sandi, merasakan otot-otot perutnya yang masih bisa Yovita rasakan mengingat kaos yang Sandi gunakan sangat tipis kainnya.

"Kamu udah bangun, Vit?"

Dipeluk dari belakang oleh Yovita, tentu Sandi merasa nyaman. Namun demi menjaga agar tak ketara kalau cuma Sandi yang merasa senang, Sandi sengaja membuat Yovita bergerak untuk melepas pelukannya. "Kalau kamu udah bangun, berarti kita harus siap-siap check out dari sini."

Sudah menduga, Sandi tahu Yovita akan melepas rangkulan kedua lengannya di pinggang dan perut Sandi. "Lho kok ngedadak gitu sih, Om!" Ucap Yovita kecewa. "Bukannya kita liburan di sini sampe lusa ya, Om?" Yovita merajuk cemberut, "Kenapa tiba-tiba kita check out?"

"Saya ada urusan mendadak." Kata Sandi dingin.

"Yaaah Ooom... Om Sandi gimana sih, katanya selama Jere gak ada kita bisa liburan sepuasanya."

"Kenapa jadi gini sih, Om?!!!"

Sandi berbalik badan, menghadapkan matanya melihat wajah merajuk Yovita. Sandi belai pipi halus itu dengan lembut. "Maaf ya Vit, ini beneran mendadak. Lagian Jere juga pulangnya bakal dipercepat, dia gak lolos babak selanjutnya jadi gak harus tinggal lebih lama di Manila."

"Kamu gak mau Jere tahu kalau kita masih di Bali, kan?"

"Aaaah Oom... aku masih pengen liburan tapi!"

[M] Ani-AniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang