Happy reading~
*
*
*
*
*Tidak peduli seberapa lama Jungwon menatap pemuda tampan dihadapannya, ia sama sekali tidak bisa mengingat wajah itu.
"Saya yang menawari bantuan dicafè beberapa hari yang lalu sewaktu dompetmu ketinggalan, namun kau tolak"
Seketika ingatannya memutar insiden lupa bawa dompet yang mengharuskannya berlari terburu-buru, 3 hari yang lalu.
"Oh itu.." Ingin rasanya ia menghilang dari muka bumi detik ini juga.
"Sekali lagi maaf pak, pada saat itu saya sedang buru-buru ah bukan saya um.."
"Sudah, tidak perlu dibahas. Saya belum tau nama lengkapmu, siapa namamu?" Jay tidak ingin memperpanjang masalah itu lagi, melupakan rasa kesal yang selama beberapa hari mengganggunya.
"Jungwon pak, Yang Jungwon" Jawab Jungwon memperkenalkan diri sambil membungkuk sopan.
"Hmm baiklah, mohon kerjasamanya sekretaris Yang"
"Baik pak, kalau begitu saya permisi keruangan saya" Jungwon mengambil tumpukan kertas tadi dari meja atasannya, hendak membawanya keruangannya.
"Tanganmu masih sakit? Biar saya bantu bawakan"
"Tidak perlu! M-maksudnya tangan saya baik-baik saja, saya bisa membawanya sediri. Permisi pak"
Jay mengangguk pelan. Apakah wajahnya terlihat sangat menyeramkan hingga membuat sekretarisnya itu ketakutan.
Sepeninggal sekretarisnya, Jay kembali ke mejanya melanjutkan kerjaannya yang sempat tertunda. Ia berusaha untuk fokus tapi bayangan wajah sekretarisnya itu terus muncul dipikirannya.
"Nama yang cantik, seperti orangnya" Gumamnya, entah bagaimana seseorang bisa dengan mudah mengambil alih perhatiannya.
-----
Setelah berkenalan secara resmi, kini seluruh karyawan diperusahaan itu sudah mengetahuai siapa dan seperti apa wajah pimpinan baru mereka yang akhir-akhir ini jadi buah bibir dikalangan karyawan.
Wajah tampan dengan tinggi badan yang diperkirakan 185cm, hidung mancung sempurna dan rahang tegas, menambah kesan dingin pada wajah itu. Mata tajam miliknya yang menyerupai burung elang, membuat orang takut untuk bertemu tatap dengannya.
Aura dominan terpancar jelas dari dalam dirinya, siapa pun tidak akan tahan untuk sedekar berlama-lama didekatnya, apalagi harus berurusan dengannya.
Jika direktur sebelumnya dikenal dengan wibawa dan ketegasannya, berbeda dengan Jay. Jay dicap sebagai kulkas 2 pintu dengan tatapan tajam mengintimidasi. Mungkin mereka menilainya sedikit berlebihan, tapi begitu lah Jay dimata para karyawan. Semoga saja imej itu bisa berubah seiring berjalannya waktu.
"Baiklah, sekian perkenalan singkat dari saya, terima kasih atas waktunya dan mohon kerjasama kalian dimasa depan" Ucap Jay menutup sesi perkenalannya.
Dan disambut tepuk tangan kikuk oleh para karyawan.
Ni-ki menyikut lengan Jay kemudian berbisik pelan. "Hei tersenyumlah sedikit, kau membuat ruangan ini seperti rumah hantu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me In_ 🦅🐈
FanficMy life was black and white before i met you ‼️Hanya karangan penulis, tidak ada sangkut pautnya dengan dunia nyata.