"Terima Kasih, Tuan Mack."
"Tidak perlu sungkan, Nona."
Anna turun dari mobil setelah bergumam terima kasih sekali lagi. Ragu-ragu, dia menoleh ke arah pria yang kini menutup pintu mobil untuknya.
Tubuhnya berbalik, tersenyum saat Mack menatapnya.
"Kalau begitu, saya permisi, Nona."
"Tuan Mack, sebentar."
Gerakan tubuh Mack yang hendak berbalik terhenti. Dia menoleh dan menatap Anna.
"Tolong sampaikan terima kasihku pada Tuan Vaga. A-aku... Benar-benar berterima kasih untuk semua bantuannya."
"Akan saya sampaikan nanti."
"Terima kasih."
Mack mengangguk sopan, menganggukkan sedikit kepalanya sebelum masuk ke dalam mobil. Mobil itu meluncur, pergi. Meninggalkan Anna yang masih mematung di tempatnya. Menatap kepergian mobil dengan wajah kaku.
"Jadi, kakak benar-benar bekerja di klup malam?!" ucapan adiknya itu terdengar begitu Anna masuk ke dalam rumah.
"Jadi, uang yang selama ini aku gunakan untuk membayar sekolah adalah uang hasil kerja di sana?"
"Aga,"
"Lebih baik aku berhenti sekolah, Kak! Lebih baik aku tidak sekolah dari pada aku harus sekolah tapi dari uang yang-"
"Yang apa?!"
Aga menatap kakaknya marah, menatap kakak perempuannya yang kini menatapnya dengan kedua mata berkaca. Ada wajah kecewa, tatapan terluka di sana.
"Yang apa, Aga?"
Aga tak menjawab, dia berbalik dan pergi.
"Aga?" panggil Anna, yang sayangnya tak membuat Aga berbalik dan kembali.
Anna menunduk, menyembunyikan tangis dan air matanya.
"Ponselmu terus berbunyi."
Anna menerima ponsel yang disodorkan oleh pria yang kini duduk di sofa, membelakanginya. Tanpa menatapnya. Tapi, Anna merasa aura yang pria itu tunjukkan seakan pria itu menatapnya, mengulitinya.
"Anda membacanya?"
"Aku bahkan mengangkat panggilan itu!"
Anna ingin marah. Begitu tubuh itu berbalik. Menatapnya. Anna kesulitan untuk marah.
"Anda tidak berhak untuk menyentuh barang-barang saya!"
"Akh, jadi hanya pria-pria di clup malam itu yang boleh menyentuh tubuhmu?!"
Anna menatap marah wajah itu. "Anda tidak berhak ikut campur urusan saya!"
"Jadi begini caramu mengucapkan terima kasih pada orang yang telah menyelamatkanmu dari para pria hidung belang itu?!"
"Saya tidak pernah meminta anda untuk menyelamatkan saya!"
"Apa itu artinya kamu menyesal karna tidak menjadi piala bergilir para pria itu?!"
Anna menatap marah pria di depannya itu. Marah dan kecewa. Tapi lebih pada dirinya sendiri.
Anna membekap mulutnya, menahan isak tangisnya agar tidak keluar lebih keras. Tidak. Bukan begini yang dia mau. Bukan seperti ini.
****
"Tuan,"
Vaga memutar kepalanya sedikit, menatap asistennya yang baru masuk ke dalam ruangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengurai Benang Merah Cinta
RomanceHarap pintar dalam memilih bacaan!! *** Segala cara Vaga lakukan untuk mendapatkan Anna. Termasuk mengurungnya di istananya yang mewah. Tak mengijinkan siapa pun untuk melihat wanita itu barang hanya bayangannya. Vaga peduli. Tapi, dia tidak akan...