Bab 8

459 44 4
                                    

Anna kembali ke rumah itu. Rumah tempat tinggal pria yang sejak mereka meninggalkan rumah ibunya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Masuk ke dalam rumah dengan Anna mengekori pria itu di belakangnya.

Supir dan asisten pria itu, Tuan Mack telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Begitu lah yang Anna dengar tadi. Meninggalkan dirinya hanya berdua dengan pria itu di sana.

Mereka masuk, melangkah ke dalam rumah tanpa ada yang membuka suara sedikitpun.

Pria itu telah menutup pintu, menguncinya, dan langsung naik ke lantai atas. Sedang Anna hanya mengikutinya dari belakang.

Dia perhatikan bagaimana punggung itu dari belakang. Bagaimana punggung tegap itu yang terus berjalan di depannya. Diam-diam, ingatannya melayang pada kejadian di rumahnya tadi.

"Nak Vaga, apa Ibu boleh bertanya sesuatu padamu?"

Anna menatap ibunya cemas. Takut-takut jika ibunya salah bicara dan membuat pria yang awalnya sibuk menikmati hasil masakan ibunya pun mengangkat wajahnya.

"Tentu." Kepala itu mengangguk, mempersilahkan. Yang semakin membuat Anna cemas di tempatnya.

Ibunya tidak akan mengatakan hal-hal yang berlebih-

"Apa Nak Vaga berniat menikahi Anna?"

Anna membeku. Wajahnya tertegun sejenak.

Mengerjab, dia berusaha memasang wajah biasa saja meski kini jantungnya nyaris saja lompat dari tempatnya. Terutama saat dia melirik wajah itu.

Ya, Tuhan.

"Bu-"

"Maaf, jika ibu mengatakan hal seperti ini. Mungkin ini berlebihan. Tapi, ibu hanya khawatir. Anna bilang, dia akan tinggal di salah satu tempat tinggal di dekat kantor. Yang sudah disediakan perusahaan-"

"Sebenarnya Anna tinggal di rumah saya, Bu."

Anna menahan nafas. Jantungnya tidak lagi terdengar debarnya. Lalu, dia bisa merasakan bagaimana rasa dingin di sekujur tubuhnya menyerang mulai dari kaki. Naik hingga ke kepalanya. Membuatnya sama sekali tidak bisa bernafas dengan benar.

Ibunya bahkan langsung menatapnya. Ada wajah syok bercampur terkejut di sana. Yang sama sekali tidak bisa di tutupi. Lengkap dengan tanda tanya. Mungkin seperti 'benarkah?'

"Dan, untuk pernikahan..."

Anna menggigit bibir bawahnya semakin resah. Tidak! Jangan. Anna tidak berharap pria yang kini menatapnya lurus akan mengatakan-

"Kami sudah membicarakannya. Dan, mungkin dalam waktu dekat akan terjadi. Karna itu juga hari ini saya datang."

Anna bisa melihat bagaimana wajah ibunya berangsur-angsur tampak lega. Tampak begitu bahagia bercampur haru. Berbeda dengan wajahnya yang kini pucat pasih. Kebohongan ini terlalu menakutkan. Dan bagaimana nanti Anna harus menjelaskan pada ibunya suatu hari nanti jika saja pria itu tidak lagi menginginkan hidupnya?

Anna hampir menangis memikirkan semua itu. Otaknya dipaksa untuk berpikir keras tentang semuanya saat ini.

"Benarkah?"

"Jika ibu mengijinkan tentunya."

"Tentu... Tentu.." wajah itu semakin terlihat bahagia dan senang. "Ibu tidak akan pernah mencegah hal baik itu. Terutama saat kalian telah mempersiapkannya secara matang."

Tangannya diraih, digenggam erat oleh Ibunya. Sedang Anna, hanya mampu menatap wajah itu. Yang hanya mengangguk ala kadarnya, lalu kembali sibuk dengan makanannya. Sama sekali tidak peduli dengan Anna yang kini sudah tidak lagi bisa memasukkan apa pun ke dalam mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengurai Benang Merah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang