Anna tiba di sebuah rumah yang terlihat asing baginya. Rumah itu tidak mewah, tapi tidak bisa dikatakan sederhana.
"Kita ... " Dia ragu untuk bertanya. Tapi, juga penasaran itu rumah siapa. Jadi, dia menatap ke arah pria yang kini membuka matanya. Bersiap untuk turun dari mobil yang kini mereka naiki.
"Vaga, ini rumah siapa?" Tanyanya yang berhasil membuat pria itu menolah. Hanya beberapa detik sebelum pria itu melengos. Turun dari mobil begitu saja tanpa menjawab pertanyaan Anna, tanpa menjelaskan apa-apa.
Anna menghela nafas kasar karna itu. Dia ikut turun, menatap sekeliling sampai sesuatu yang terparkir di depan rumah itu, tepat di pojok teras menarik perhatiannya.
Ada sepeda butut di sana, sepeda yang tidak asing di matanya. Hanya sepeda itu yang tidak asing, sisanya. Mobil dan motor yang berjejer rapi. Terasa asing. Ia tidak mengenali dua kendaraan itu.
"Nona, ayo masuk." Teguran tuan Mack membuat Anna menoleh. Dia menatap ragu pada pria yang selalu terlihat ramah itu. Jauh berbeda dengan Vaga. Pria itu selalu berhasil membuat Anna merasa pria itu sangat mengerikan dan menakutkan.
"Ini rumah siapa, Tuan Mack?"
"Nanti anda akan tahu, Nona. Ayo, silahkan masuk."
Jawaban itu sama sekali tidak membantu. Anna hanya mampu menahan semua rasa penasarannya. Dia memilih masuk ke dalam rumah lebih dulu karna Tuan Mack telah mempersilahkan. Sedang Vaga, pria itu tertahan di sisi mobil karna ponsel pria itu berbunyi.
Sibuk sekali dia!
Itu adalah gumaman Anna dalam hati sebelum masuk ke dalam rumah. Yang kini berhasil membuat Anna kesulitan meneruskan langkahnya.
Seorang wanita yang menyambutnya dengan senyuman, yang duduk di kursi roda itu berhasil membuat seluruh aliran darah Anna mengalir cepat di seluruh tubuh.
Dia masih menatap kedua mata itu tak percaya. Terutama saat mendapati senyum itu terukir ke arahnya.
"Anna, kamu sudah pulang, Nak?"
"Mama," Anna menatap sekeliling. Kebingungan, heran bercampur dengan tak mengerti kini membingkai wajahnya.
Apa yang terjadi? Rumah siapa ini? Kenapa Mamanya berada di rumah ini?
Pertanyaan-pertanyaan itu terus memenuhi kepalanya. Jadi, dia mengambil alih, berdiri di belakang ibunya dan mendorong kursi roda itu agar menjauh.
Mereka berdiri di sebuah ruangan-yang mungkin.. ruang tengah di rumah itu? Rumah itu rumah minimalis yang indah. Ada kaca besar di bagian samping ruangan itu. Yang menghadap langsung ke arah taman samping yang di luar terlihat asri. Suasananya terasa hangat dan nyaman. Anna suka dengan suasana rumah itu. Tapi-
Apa yang terjadi? Kenapa tidak ada yang mencoba menjelaskan apa pun pada Anna?!
"Kekasihmu tidak mengatakannya?"
Kekasih?
Anna masih terlihat kebingungan, masih tidak mengerti ke mana arah pembicaraan ibunya.
Memangnya Anna punya kekasih?
Menunduk, pandangan Anna mengikuti arah pandang ibunya. Tubuhnya terasa di dorong ke jurang yang dalam. Dia membeku, terdiam seribu bahasa saat melihat siapa orang yang ibunya kira adalah kekasihnya.
"Mama sudah tahu semuanya. Tentang kekasihmu dan bagaimana kamu bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk pengobatan Mama dan membayar semua biaya sekolah adikmu."
Anna diam. Masih terdiam seribu bahasa dan berusaha mencerna segalanya.
"Tadi, ada orang yang datang. Dia mengatakan orang suruhan Tuan Vaga. Meminta Mama dan Agas untuk bersiap dan ikut dengan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengurai Benang Merah Cinta
RomantikHarap pintar dalam memilih bacaan!! *** Segala cara Vaga lakukan untuk mendapatkan Anna. Termasuk mengurungnya di istananya yang mewah. Tak mengijinkan siapa pun untuk melihat wanita itu barang hanya bayangannya. Vaga peduli. Tapi, dia tidak akan...