Bab 5

348 40 4
                                    

Anna tengah berada di sebuah kamar mewah, di rumah mewah Vaga. Pria itu membawanya setelah tahu jika Anna tidak punya pilihan lain, apalagi untuk sekedar menolak.

Pria itu tahu, jika Anna sudah masuk dalam perangkapnya. Dia menatap sekeliling rumah mewah itu. Desain rumah mewah itu, Anna yakin tidak akan ada yang berani menolak untuk tinggal di sana.

Semua wanita, jika diiming-imingi tinggal di sana tidak akan ada yang menolak. Apalagi terjebak dengan pria seperti Vaga.

Anna masih ingat bagaimana saat itu para wanita yang hendak melamar menjadi sekretaris pria itu bergosip. Bagaimana mereka begitu tidak sabar untuk mendengar siapa yang akan pria itu pilih.

Itu adalah pertama kalinya pria itu memilih seorang sekretaris secara pribadi. Banyak yang berharap jika mereka bisa menarik perhatian pria itu. Tanpa mereka tahu, bagaimana temperamental pria itu sesungguhnya. Tanpa mencari tahu, bagaimana pria itu akan memperlakukan pasangannya.

Jika saja dulu, pria itu masih sama. Mungkin, akan sangat beruntung wanita yang menjadi pasangan pria itu. Akan sangat bahagia wanita yang hidup bersamanya. Tapi, semua tak lagi sama.

Pria berbeda. Ada banyak hal yang berubah dari pria itu. Termasuk semua hal tentangnya.

"Sudah selesai mengamatinya?!" pertanyaan bernada sinis dan datar dari pria yang duduk di sofa seketika menarik perhatian Anna.

Dia menoleh, menatap pria yang duduk di sana dengan satu kaki bertumpu di kaki lainnya. Kedua lengan itu terlipat di dada. Memamerkan bagaimana lengan itu tampak keras dan berurat. Tatapan angkuh jelas terlihat dari tatapan mata itu saat Anna menatap kedua mata itu.

Anna hanya mampu diam. Semua kosa kata miliknya tak lagi mampu ia keluarkan sejak pria itu mengatakan apa kedinginannya.

Anna bahkan hanya bisa pasrah saat pria itu membawanya, menarik lengannya keluar dari ruangan pria itu. Menimbulkan banyak pasang mata menatap mereka penasaran.

Dia mungkin tidak peduli. Walau akan ada banyak berita keluar di luar sana. Tentang wanita yang keluar dengan pria itu untuk pertama kalinya.

"Mendekatlah!"

Anna menelan ludah, ragu untuk mengikuti apa yang pria itu katakan.

"Kamu tidak mendengarku, Anna?!"

Anna menyerah, dia mendekat. Kakinya terasa berat saat kedua mata itu terus menatapnya dingin, tapi dia tetap melangkah. Melangkah mendekat hingga lima langkah jarak diantara dirinya dan Vaga. Dari sini, dari tempatnya berdiri, Anna bisa merasakan bagaimana aura pria itu kian terasa tak bersahabat.

"Sekarang buka pakianmu!"

Anna membeku. Kedua matanya menatap Vaga dengan sorot mata tak percaya.

Tapi, seakan tak peduli. Pria itu hanya menatap datar Anna. Membuat Anna mengepalkan kedua tangannya erat.

Sampai beberapa menit hanya diam. Tubuh itu bangkit, berdiri dan melangkah ke arahnya. Anna memundurkan langkahnya. Menjaga jarak.

"Kenapa, kamu takut?"

Tangan itu berhasil meraih sikunya. Mencengkramnya kuat sampai Anna kesulitan untuk kembali menjaga jarak.

"V-vaga.."

"Aku sudah memberikan pilihan padamu, bukan?!"

Benar, pria itu telah memberikan pilihan padanya. Memilih menyerahkan hidupnya seperti yang pria itu mau. Atau mengembikan semua yang pria itu berikan. Tak terkecuali pada semua uang yang telah diterima adiknya untuk melunasi semua biaya sekolahnya. Juga uang biaya pengobatan ibunya.

Mengurai Benang Merah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang