Chapter 17. Match in Crime

1.8K 309 299
                                    

Kalau kamu ugal-ugalan komennya kayak tingkah Keb, aku senang dan cepet update, kan?
Wkwk...
Yang ini juga sama ya aturannya. Komen yang banyak dan jangan malu2. Beberapa part lagi bakal ada part lebih panjangnya di karyakarsa, ya. Buat aku jajan 🥰 tapi entar aja kalau udah ada part syur-nya 🤣🤣🤣
Kayak bakal ada aja.

 Buat aku jajan 🥰 tapi entar aja kalau udah ada part syur-nya 🤣🤣🤣Kayak bakal ada aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 17

Match in Crime

Kami duduk di meja makan segi empat Mami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Kami duduk di meja makan segi empat Mami. Aku di sebelahnya. Cowok-cowok di seberang kami.

Keb sengaja sering-sering mengerling padaku setiap kali mami atau Om Nugros bicara, lalu kalau aku menangkap lirikan matanya, atau siapapun menyadari curi-curi pandangnya, dia akan menggunting tatapan itu  sambil pura-pura salah tingkah. Kadang ditambah senyum malu-malu. 

Inginnya aku putar bola mata karena tahu itu palsu. He looks handsome tonight, by the way, sehingga kadang-kadang waktu dia menatapku intens secara diam-diam, pancaran kehangatan tatap matanya terasa olehku.

Alih-alih mencibir atau mengepretinya, aku akan menoleh atau melirik, dan pura-pura tersipu.

Awalnya memang pura-pura. Malahan kupikir nggak perlu, paling juga nggak ada yang ngelihat. Kan Om Nugros sama mami harusnya lagi lovey dovey. Nyatanya, mereka malah suka lebih fokus ke tingkah kami. Selain itu, di tengah obrolan, diam-diam Keb mengirimiku pesan. Dia bilang aku kelihatan lebih cantik di sini, daripada di kamar tadi.

Aku mengulum senyum saat membacanya. Sipu-sipu palsuku pun jadi betulan, deh....

Oh iya... itu kejadiannya sebelum kemudian pesan susulannya kuterima, 'Jangan lupa, aku agak rabun jauh.'

Cape.

Om Nugros, begitu dia minta aku manggil dia, yang dengan sopan selalu lebih memperhatikanku dibanding Mami, atau putranya sendiri, bertanya, "Kenapa, Cassie?" Dia ngelihat perubahan ekspresiku saat membaca pesan pungkasan putranya yang brengsek.

"Nggak apa-apa, Om. Cuma masalah kerjaan."

"Kerjaan jangan sering-sering dibawa ke meja makan, Cas," sahut Keb. Dia lalu melirik sang Papa di sampingnya. "Nanti jadi kebiasaan."

Unmatch The ParentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang