01

91 25 2
                                    

Teriknya matahari tak mematahkan semangat seorang remaja dengan pakaian lusuh yang berjalan menuju suatu tempat. Matanya berbinar-binar membayangkan pertemuannya dengan keempat teman onlinenya yang sudah ia kenal selama satu tahun terakhir.

"Iki alamat bener kan?" Tanya remaja tersebut dengan logat Jawa yang sangat kental.

Mata remaja tersebut menelisik rumah sederhana yang tampak tak terurus, banyak ditumbuhi tanaman dan dedaunan kering yang berserakan.

"Lek iki penipuan yoopo?" Raut khawatir Kana sangat kentara saat membayangkan dirinya ditipu.

Di saat kebingungan menunggu sendiri, remaja tersebut dikejutkan dengan kedatangan seseorang berpakaian yang lebih parah darinya. Kana menelisik penampilan orang tersebut yang nampak lusuh dengan pakaian berwarna pudar, celana sobek-sobek, dan membawa kantong kresek berwarna merah yang berisi pakaian.

"Woy?" Sapa orang tersebut sambil menaruh kantong kresek berwarna merah yang berisi pakaian miliknya.

'Wong iki kok koyok gembel seh,' batin Kana.

"Lo pasti Kana kan?" Tanya Yogi, remaja berpenampilan lusuh.

Yogi menyapa Kana dengan wajah yang mengesalkan untuk dilihat, wajah seperti preman yang ingin memalak membuat Kana sedikit ketakutan.

Dengan ragu-ragu, Kana menjawab ucapan Yogi, "Iya, lo Bang Yogi kan?"

"Iya, baguslah kalau lo langsung ngenalin gue," ucap Yogi, pasalnya ia jarang memperlihatkan fotonya selama mereka berkomunikasi lewat online.

Setelah basa-basi, suasana kembali canggung tanpa ada percakapan. Mereka hanya saling diam memainkan ponselnya masing-masing, hingga tak lama dua orang datang dengan napas terengah-engah dan keringat yang bercucuran.

Setelah menenangkan diri dan duduk di teras rumah, mereka berdua menawarkan rambutan yang diambil dengan penuh kerja keras.

"Mau rambutan gak?" Tawar Saga sambil mengeluarkan semua rambutan yang berada dalam tas.

Tanpa rasa sungkan, Yogi langsung saja mengambil buah yang disodorkan tersebut dan langsung memakannya.

"Penuh perjuangan gue ngambil ini," Tera menceritakan betapa susahnya ia mengambil rambutan tersebut, yang berakhir dikejar-kejar warga karena ketahuan mengambil rambutan tanpa izin, tapi untung saja ada Saga yang menolong Tera untuk bersembunyi.

"Untung aja gue ngenalin wajah lo, awalnya gue ragu soalnya wajah lo beda jauh sama yang difoto," ucap Saga sambil mengotak-atik ponselnya untuk menunjukkan perbandingan foto Tera dengan yang aslinya.

"A elah, gue cuman pake efek dikit," cemberut Tera yang tak suka dengan Saga yang terlalu melebih-lebihkan.

"Jadi kita cuman tinggal nunggu Bintang?" Yogi menyadari jika satu orang lagi yang belum datang.

Mereka terus menunggu Bintang di depan teras sambil merebahkan tubuhnya yang lelah. Mereka berada di teras rumah bukan tanpa alasan, pasalnya yang mengurus pembelian rumah dan yang membawa kunci rumah ini adalah Bintang.

Saat melihat sekeliling rumah, mereka pikir ini tempat yang cocok karena jauh dari tetangga dan dibeli cukup murah untuk ukuran rumah di pinggir kota besar.

Tak lama, orang yang sedari tadi ditunggu datang dengan membawa banyak barang, membuat badan yang tak terlalu tinggi tersebut kesusahan untuk membawanya.

Bintang, orang yang sedari ditunggu tersebut, tersenyum lebar. Ia tak menyadari kesalahannya yang datang telat tak sesuai perjanjian mereka. "Udah lama nunggu ya?"

"Menurut lo?!" Kesal Tera yang sedari tadi sudah kelelahan sehabis dikejar-kejar warga.

"Yaudah, ayo masuk-masuk." Bintang segera membuka pintunya sebelum mereka semua mengomel padanya.

Mouse TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang