10

60 18 2
                                    

Semua orang kini menatap sinis pada Bintang, mereka berlima terdiam sambil melihat nama kontak bertuliskan "om". Lagi-lagi Bintang ketahuan atas kecerobohannya yang menaruh ponsel sembarangan, yang membuat ponsel Bintang bisa dilihat oleh semua orang saat ada telepon masuk.

"Jadi gini... ini tuh om gue alias adek ibu panti," ujar Bintang memberikan penjelasan pada mereka berempat.

"Beneran!" Bintang menunjukkan dua jarinya agar mereka percaya jika Bintang berkata benar.

"Ok, kita percaya, tapi sebagai gantinya lo traktir kita semua," ucap Tera yang sebenarnya belum percaya sepenuhnya.

"Ok, kalau begitu gue ambil dompet dulu," Bintang menyetujui permintaan Tera agar tak terjadi perdebatan panjang lagi.

Alhasil, mereka pun langsung bersiap pergi menggunakan mobil dengan posisi Bintang berada di kursi penumpang depan, Yogi menyetir, sedangkan Saga, Tera, dan Kana berada di kursi penumpang bagian belakang.

"Jadi kita mau ke restoran mana?" tanya Yogi yang langsung membuat Bintang melongo.

Bintang tak menyangka jika harus mentraktir mereka berempat di restoran, Bintang kira mereka akan makan di pinggir jalan seperti biasa. Sungguh, ia tak akan lagi-lagi mentraktir keempat temen bangsatnya tersebut jika ujungnya akan menguras habis isi dompetnya.

"Restoran yang paling mahal," jawab Tera yang langsung membuat Bintang semakin syok.

"Baru aja dompet gue ada isinya, masa langsung habis cuma buat makan," Bintang mendumel tak jelas yang membuat keempat temannya tersenyum puas.

"Yaudah kita berangkat," Yogi pun menjalankan mobilnya keluar dari pekarangan rumah.

Selama perjalanan menuju tempat yang akan dituju, mereka pun menonton drama yang sedang trending di media sosial.

"Gila lo..." Kana menirukan cara bicara dari drama yang dilihat, membuat mereka semua tertawa.

"Apa jangan-jangan dia dipelet ya sama cowok bentukan kutil badak itu?" curiga Saga yang sudah dari lama mengikuti drama tersebut yang semakin membuatnya kesal.

Kok bisa ya dia sampai kek gitu? timpal Tera yang tak habis pikir dengan tingkah pemeran utama dalam drama tersebut yang teriak-teriak saat dijemput oleh ibunya.

"Tobatlah wahai kalian, tidak baik menggosipkan orang," ujar Bintang yang terlihat sok suci.

"Bukan menggosipkan orang, tapi lagi lihat cerita Malin Kundang versi perempuan," jelas Saga yang tak salah juga, tapi tak benar.

"Dari kemarin gue sibuk ngurusin drama dan gosip artis," ucap Yogi. Pasalnya, dari semalam ia begadang untuk memantau gosip-gosip yang berlalu lalang.

Saat sedang asyik membicarakan tentang drama dan gosip, tanpa mereka sadari ada seorang pemulung yang tiba-tiba menyebrang jalan, membuat Yogi yang menyetir mobil tersebut terkejut.

Untung saja Yogi dengan cepat menginjak rem tepat waktu, sehingga seorang pemulung tersebut tak sampai tertabrak.

Mereka berlima pun keluar dari mobil dengan panik untuk melihat keadaan seorang pemulung tersebut.

"Bapak nggak kenapa-napa?" tanya Saga sambil melihat keadaan pemulung tersebut.

"Maaf, saya tadi tidak melihat kalau ada mobil," ucap pemulung tersebut menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Saya juga minta maaf. Sebagai gantinya, ini saya kasih uang untuk memeriksa keadaan bapak jika terjadi sesuatu," ucap Yogi sambil memberikan lima lembar uang berwarna merah pada pemulung tersebut.

"Gak usah, nak," tolak pemulung tersebut.

"Gak papa, pak, ambil saja. Tapi sebagai gantinya, bapak doakan kita selalu selamat di keadaan apapun," ucap Tera yang membuat pemulung tersebut mengangguk dan menerima uang pemberian Yogi tersebut.

"Kalian anak-anak baik, semoga kehidupan kalian tak seberat kehidupan bapak," ucap pemulung tersebut yang hanya diangguki mengerti oleh kelimanya.

"Saya lihat-lihat, kalian seperti orang yang saya kenal dulu," lanjut pemulung tersebut sambil meneliti wajah Yogi, Saga, Bintang, Tera, dan Kana.

"Emang siapa teman bapak?" Tanya Bintang dengan sopan.

"Dulu saya kenal sekelompok mahasiswa, mereka sangat pintar. Tapi kepintaran mereka juga yang membuat mereka menderita. Mereka sangat menentang kejahatan termasuk korupsi, mereka selalu menyuarakan suara-suara mereka," jelas pemulung tersebut yang mengingat masa-masa jayanya dulu.

"Dulu saya termasuk dalam kelompok tersebut. Tapi setelah kasus penculikan mahasiswa, saya memilih hidup damai tanpa meneruskan jalan mereka. Tapi, sayang sekali bapak tak bisa mencegah mereka yang sampai akhir hayatnya masih terus bersuara tentang kebenaran," lanjut pemulung tersebut, tapi mereka sedikit tak percaya.

"Gini-gini saya sudah menyelesaikan S3, saya memilih jadi pemulung karena pilihan saya sendiri. Saya tak ingin hidup sengsara dikejar-kejar orang seperti teman-teman saya yang lain," ucap pemulung tersebut yang teringat dengan semua temannya yang sudah tiada karena pembantaian, pembunuh, hingga ada yang menghilang tanpa kabar.

"Hehe iya pak," ucap Saga sambil tersenyum, walau dalam hatinya Saga tak mempercayai ucapan pemulung tersebut.

"Yasudah kalau begitu saya lanjut kerja lagi," pamit pemulung tersebut lalu pergi meninggalkan mereka berlima yang tampak bingung dan aneh mendengar ucapan pemulung tersebut.

"Kalian percaya?" Tanya Kana.

"Enggak!" Jawab keempat abang Kana dengan kompak.

"Yasudah lah, lagian dia sudah tua, mungkin imajinasinya udah mulai liar," celtuk Yogi lalu masuk ke dalam mobil.

Mereka pun setuju dengan ucapan Yogi, lalu mereka pun kembali melanjutkan perjalanan mereka.

"Dari ucapan pemulung itu kayak meyakinkan gak sih?" celtuk Bintang yang masih terngiang dengan cerita dari pemulung tersebut.

"Mungkin dia seorang penulis," jawab Tera meremehkan.

"Jangan terburu-buru meremehkan, kan siapa tahu dulu orang itu beneran selesai S3," ucap Kana yang selalu berpikir positif apapun keadaannya.

"Udah lah, kalian hobi banget ngegosip orang," kesal Yogi, pasalnya saat mendengar gosip fokus Yogi akan teralihkan.

Tapi tetap saja mereka menggosip tanpa mempedulikan ucapan Yogi, hingga tak terasa mereka sudah sampai di restoran yang dituju.

"Ini restoran mewah, tapi pakai kita kayak gini," Kana menyadari pakaian mereka seperti pakaian ingin bermain.

Mereka hanya memakai kaos biasa dan celana pendek saja, membuat mereka kini mulai berpikir.

"Kita belum ditakdirkan makan di sini, mending kita cari warung makan aja," ucap Bintang kegirangan, pasalnya uangnya tak jadi terkuras habis.

"Yaudah lah mau gimana lagi," pasrah Yogi.

Mereka pun akhirnya pergi mencari tempat makan yang cocok, hingga tak jauh dari sana mereka menemukan tempat makan. Tak pikir panjang lagi, mereka pun memutuskan makan di sana.

Mereka memesan semua menu yang terlihat enak, membuat Bintang lagi-lagi tercengang dengan pesanan mereka berlima yang memenuhi meja.

Mereka berempat memakan pesanan tersebut dengan tenang, sedangkan Bintang terlihat sangat tertekan dengan semua makanan tersebut.

Setelah selesai makan, Bintang membayar makanan tersebut. Lagi-lagi ia terkejut dengan semua makanan yang harus dibayar.

"Gila lo... Anjing lo..." ucap Bintang saat melihat bil pembayaran yang terdapat nominal angka 2 juta.

Dengan terpaksa Bintang mengeluarkan uang dalam dompetnya yang baru kemarin dia tarik tunai dari mesin ATM.

"Makasih ya," ucap mereka saat sudah keluar dari tempat makan tersebut.

Bintang yang mendengar kata terima kasih tersebut, hanya bisa mendumel dalam hatinya, karena uang yang berada di dompet tersisa dua lembar uang berwarna abu-abu saja.














Jangan lupa Vote dan Komen.

Ingat ingat part ini ya.

Mouse TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang