12. Sweetheart

0 0 0
                                    










Syera termenung dan bersandar di tepi jendela mobil,memandang berjajar-jajar gedung pencakar langit di sepanjang perjalanan. Setelah cekcok dengan Sastra tadi,Syera jadi banyak diam. Anak itu hampir tenggelam dalam pikirannya sebelum Syera sadar ada sebuah lengan kekar sedang mengusap puncak kepalanya,membawa anak-anak rambutnya ke belakang telinga. Hal itu jelas menarik Syera ke alam sadarnya,ia lantas menoleh dan menatap Alrescha dengan tak enak hati.

"Kenapa sayang?". Tanya Alrescha,cowok itu tak menoleh dan ia hanya fokus menyetir meskipun sesekali ia melirik kearah Syera yang reflek menegakkan dirinya."Karena debat sama Sastra tadi?".

Syera menggeleng,ia tadinya yang bersandar di jendela langsung beralih bersandar di lengan Alrescha. Gadis itu tampak kembali memejamkan matanya.

"Saya sedang menyetir,Syera". Ujar Alrescha,tak ingin hilang fokus.

"Kak,gue berantakan banget". Katanya tanpa menghiraukan ucapan Alrescha,anak itu masih tetap bergelayut di lengan cowok itu."Gue gak fokus sama semua hal,nilai gue anjlok dan seminggu lagi ujian kelulusan akan dilaksanakan. Gue gak tahu gimana caranya gue bisa nerima semua materi yang ketinggalan. Sumpah ya,perjodohan itu bikin gue berubah drastis".

Alrescha tersenyum tipis mendengarnya,cowok itu masih sibuk mengemudikan mobilnya menuju rumah besar yang dari jalan sudah terlihat. Sampai di mansion pun Alrescha tetap terdiam walaupun Syera sudah mengomel di belakangnya. Anak itu sampai memekik kaget saat Alrescha tiba-tiba berhenti berjalan hingga ia menabrak punggung tegap pacarnya.

"Kak!".

"Gimana kalau ngedate?". Tanya Alrescha,cowok itu memandang Syera yang terlihat kebingungan.

"Kak,itu pengalihan yang bagus". Katanya sambil berlalu namun Alrescha malah mencekal lengannya dan membawa gadis itu kedalam pelukannya.

Alrescha mengangguk."Memang pengalihan yang baik. Kita ngedate di sana,kamu bawa semua buku kamu,kan?".

Syera menggeleng ragu."Kenapa sih tiba-tiba ngajak ngedate,gue kan-Oh astagfirullah,gue lupa kabarin Zidny".

Syera melepaskan pelukan Alrescha dan berusaha mencari ponselnya,ia berniat menelpon Zidny karena ia pulang bersama dengan Alrescha namun tarikan halus dari tangan kekar Alrescha mampu mengintrupsi Syera. Anak itu sampai tergagap memandang Alres yang menggiringnya menuju sofa.

"Nilai kamu bahkan sampai di bawah lima puluh". Ujar Alrescha,cowok itu melipat lengan kemejanya sampai ke siku lalu duduk disebelah Syera."Keluarin buku kamu,saya mau lihat berapa persen kamu paham tentang materinya".

"Hah?!". Syera melongo,ia memasang wajah bego saat Alrescha meminta mengeluarkan buku. Meski masih bingung namun ia menuruti perkataan Alres dan mengeluarkan bukunya."Katanya mau nge-date?".

"Iya ini nge-date". Ujar Alrescha santai,cowok itu membuka buku dan membaca materinya."Sambil belajar".

"Ih,gak mau. Pusing kak gue". Keluh Syera,anak itu langsung bersandar malas di sofa sambil menatap langit-langit ruang tengah mansion Alrescha."Sumpek banget,harus mikir ini itu,dimarahin sana sini belum lagi ngurusin kadal zumba itu".

"Kadal zumba?". Tanya Alrescha,ia menaikkan salah satu alisnya memandang Syera.

"Iya,Sastra maksud gue". Jelas Syera,anak itu jadi terdiam dan fokus menghadap ke atas. Terlihat ia sangat terbebani dengan semua hal yang terjadi pada hidupnya,kini hanya Alrescha yang masih mau mengalihkan kesedihannya."Ehh...".

Syera terkejut ketika tangan Alres tiba-tiba menarik tubuhnya hingga kembali tegak. Cowok itu berdiri lantas melempar kecil buku tebal yang baru saja ia ambil.

ALSYERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang