3. Surat Wasiat.

5 1 0
                                    








Sejak perdebatan panas tadi Syera tak banyak bicara,ia jadi lebih pasif apalagi Alres juga memperlakukannya dengan baik. Bahkan Syera tak menyangka jika Alres mempersiapkan segalanya dengan sempurna,memang ya Alres tak pernah meninggalkan kesan berkelasnya itu.

Bagaimana tidak,Syera dibuat melongo saat Alres mengajaknya makan disebuah resto mewah dengan pelayanan super serta makanan yang sangat enak. Meski terlihat masih enggan namun saat berbincang lama dengan Alres,Syera tampak mau memahami cowok itu dan paham dengan maksud Alrescha mengajaknya makan,karena cowok itu ingin minta maaf dan berterima kasih karena kejadian kemarin.

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam,sejak tadi ponsel Syera berdering sebab ayah dan bundanya terus menerus menghubunginya membuat Syera tidak enak dengan Alres sehingga Syera mau tidak mau harus mematikan ponselnya,mungkin orang tuanya takut Syera tak kembali. Jujur saja,Syera sendiri malah lupa jika ia akan ada makan malam bersama calon nya itu.

"Asli lo bener-bener nguntit gue?". Syera menghela nafas saat Alrescha menghentikan mobilnya tepat didepan pagar rumah Syera.

Alres tersenyum,ia keluar dari mobil,mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Syera membuat gadis itu kembali mengerutkan dahinya sebab sejak tadi Alrescha memperlakukannya benar-benar lembut jadi tidak ada alasan lagi untuk Syera marah-marah tidak jelas.

"Sampai rumah gue pun lo tahu". Sambung Syera,ia turun dari mobil."Makasih".

Alrescha hanya menghendikkan bahunya,hutangnya menjadi lunas karena ia sudah menjelaskan kepada Syera tentang kejadian kemarin agar tak  terjadi masalah kedepannya dan Alres juga tak ingin meninggalkan kesan buruk dengan orang lain.

"So,senang berkenalan dengan kamu,Nasyera". Ujar Alres,ia menatap gadis SMA itu dengan lekat."Urusan kita selesai disini".

"Oke". Gumam Syera,setelah mendengar itu entah kenapa Syera merasa ingin tinggal lebih lama dengan Alres.

Rasanya saat Alres berbicara tentang urusan yang sudah usai membuat hati Syera ganjil,entahlah Syera merasa sedikit nyaman sebab Alres benar-benar memberinya sikap yang hangat dan lembut jadi Syera merasa seperti nyambung bersama Alrescha.

"Kalau gitu gue mas-".

"Syera!!". Teriak Fahri saat melihat putrinya yang berada di depan rumah bersama dengan seorang laki-laki.

Syera dan Alres sontak menolah,mata gadis itu melotot melihat keluarga besarnya dan beberapa orang yang baru saja keluar dari dalam mobil. Tentu saja Syera langsung meringis sebab sepertinya ia tahu siapa orang-orang yang baru saja keluar dari mobil putih itu.

"Mampus". Gumam Syera,ia tersenyum kikuk menatap orang tuanya."Eh,ayah".

"Syera,kamu dari mana saja?". Tanya Nala,ia menghampiri putrinya lalu memeluk anak gadisnya itu."Hp kamu dimana,bunda gak bisa telepon kamu".

"Oh i-iya bun,habis baterai". Wajah Syera sudah kebingungan,karena tadi ia harus pergi dengan Alrescha jadi ia belum mempersiapkan rencana yang sudah Zidny susun tadi."Bunda,Syera mau bicara sebentar sama bunda".

"Kenapa sayang?".

"Syera gak mau dijodohin,bunda". Ujar Syera sedikit berbisik,ia menggengam lengan Nala dengan erat."Bunda,masa depan Syera masih panjang".

"Syera,kita sudah membahas ini. Sebenarnya bunda juga tidak mau tapi surat wasiat eyang harus kita penuhi". Tukas Nala,ia menatap putrinya dengan prihatin."Sekarang berhubung kamu sudah ada disini,kamu harus berkenalan dengan calon suami kamu".

"Syer,ini om Fendy,tante Lita dan juga anaknya,Lucas. Dia yang akan jadi calon suami kamu". Ujar Fahri,pria paruh baya itu tersenyum riang menatap keluarga sahabatnya,ia sambut dengan hangat dan bahagia.

ALSYERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang