"Kak, bangun yuk. Kita sarapan dulu," Yolan mencoba membangunkan putranya namun tidak ada respon apapun. Tubuh anak masih terdiam mata itu masih terpejam tak ada sedikitpun untuk terbuka.
"Sayang," Yolan memeriksa suhu tubuh putranya ternyata demam nya semakin tinggi.
Tak berapa lama dia mengangkat tubuh putranya berlari masuk ke dalam mobil. Raisya yang melihat Yolan begitu buru-buru mengikutinya dibelakang.
"Papa, Kakak kenapa?" Tanya Raisya sudah ikut masuk ke dalam mobil untuk pergi ke rumah sakit. Kairi ada dipangkuan nya, dengan lamat dia menatap wajah pucat seperti mayat ini.
"Kakak kambuh lagi dek. Mungkin efek kemarin kehujanan," jawab Yolan terus fokus melihat jalan padat didepan. Meskipun panik dia harus tetap fokus agar tak terjadi kecelakaan, malah akan membahayakan semua orang.
"Suster. Tolong anak saya!" Suster berlari membawa brangkar membawa Kairi ke dalam ICU yang artinya memang sudah sangat gawat.
Yolan duduk di bangku ruang tunggu, termenung matanya terdapat bulir bening yang siap jatuh. Dengan jari-jari yang terus ia mainkan mengurangi rasa paniknya. Raisya mendekati sang Papa dia membekap tanpa mengucapkan apapun.
Dirinya menyenderkan kepalanya ke ujung bangku, napasnya sudah tak beraturan semua terasa begitu menyakitkan. Kenyataan bahwa sang putra harus menderita akibat penyakit nya, kenapa? Kenapa harus putranya.
Dia hanya anak kecil yang tak berdosa dia harus melewati masa-masa berat seperti ini. Kalau ia bisa ingin meminta pada Tuhan agar memindahkan seluruh penyakit dalam diri putranya ke dalam tubuh milik nya.
"Papa, adek takut. Kakak tidak akan pergi tinggalin kita kan? Kakak akan terus disini bersama kita kan,"
Yolan mengusap pipi Raisya bibirnya tersungging senyuman untuk menenangkan pikiran putri nya. Padahal hari dia sendiri sedang tidak karuan, dia juga merasa cemas.
"Semua bakal baik-baik aja. Kakak kuat, kita sudah lihat perjuangan Kakak selama ini. Kali ini pasti Kakak akan sembuh," kata Yolan dengan nada lembut.
"Semua pasti baik-baik saja,"
Dokter berjalan keluar memanggil namanya sebagai wali Kairi, dia berdiri untuk mendengar penjelasan dokter.
"Kondisi jantung pasien sempat bermasalah tapi sudah kami tangani dengan baik,"
"Pasien menderita penyakit Arrhythmogenic Right Ventricular Dysplasia (ARVD)."
"Kelainan otot jantung satu ini merupakan yang jarang terjadi dibandingkan dengan jenis lainnya. Arrhythmogenic right ventricular dysplasia atau ARVD terjadi karena adanya jaringan parut pada otot ventrikel kanan jantung. Tipe ini sering ditemukan pada pria. Kondisi ini diketahui bisa menyebabkan gangguan detak jantung atau aritmia."
"Saya mohon tetap di jaga kesehatan atau kondisi tubuh pasien. Dia tidak boleh terlalu kelelahan, jangan terlalu banyak melakukan aktivitas. Agar sakitnya tidak terlalu parah kedepannya," jelas seorang dokter yang sudah biasa menangani Kairi disini.
Yolan mengangguk mengerti. Mendengar seluruh penjelasan panjang juga sebuah nasihat atau semacam pengingat untuknya tetap menjaga Kairi.
Raisya menatap kosong tembok putih mendengar itu membuat semua semangat hilang. Raga nya seolah pergi terbang jauh, Kairi sudah terlalu banyak menderita dia pantas dapat kebahagiaan.
"Tuhan, tolong beri kakakku kebahagiaan yang kau janjikan. Kenapa hanya penderitaan yang kau berikan, dimana bahagia itu?" Batin Raisya
"Sayang, ayo kita lihat Kakak. Kamu masih mau disini?" Tanya Yolan
![](https://img.wattpad.com/cover/373106635-288-k19186.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You To Be Happy [END]
Fanfiction"Papa, Mama kok ngga pernah pulang lagi?" Kairi Caka Diratama seorang anak ingin merasakan kasih sayang seorang ibu. Ibunya ada tapi perannya sudah hilang sejak lama, tidak tahu dia pergi kemana. Bersama Papa dan adek dia bertahan sampai saat ini. ...