4

94 7 0
                                    

Suasana taman pada sore hari terasa sangat segar membuat Kairi menghirup udara bebas. Beberapa hari terkurung dalam ruangan dia merasa sesak, tidak bebas melakukan sesuatu. Yolan senang melihat senyum kembali terbit di wajah tampan milik putranya.

"Bisa kali lain waktu kita piknik disana. Kaya mereka," tunjuk Raisya pada satu keluarga yang sedang piknik di bawah pohon rindang dekat dengan danau.

"Kamu mau? Bisa nanti waktu libur, oke. Besok Papa harus masuk kerja lagi,"

"Boleh,"

"Kapan ya kita bisa lengkap kaya mereka. Kakak pengen deh, ngerasain piknik dengan formasi keluarga lengkap." Gumam Kairi merasa iri pada keluarga yang lewat didepan mereka terlihat harmonis sekali. Ada sedikit rasa keirian di dalam hatinya, setidaknya dia ingin sekali dalam seumur hidup merasakan kumpul bareng bersama Mama juga adik laki-laki nya.

"Berisik bego. Ini tempat umum!" Suara ribut terbuat dari ketiga pemuda sedang berjalan bersama kaya trio macam. Udah saling ribut saling gebuk juga membuat pandangan aneh dari orang-orang di buat geleng-geleng tingkah laku ajaib ketiga trio macan ini.

"Idih. Siapa lo? Suara gua kaya Haruto treasure dibilang berisik, rusak kuping lo!" Dia smirk bibir nya bukannya terlihat keren malah kaya orang gila di mata mereka berdua.

"Stres,"

"Haruto treasure juga kaga sudi disamain ama anak kaya lo. Udah sok ganteng, tukang julid pula." Imbuh anak laki-laki mempunyai wajah tegas.

Disetujui pula sama temen yang berwatak seperti kelinci sambil tertawa meledek membuat dia emosi kecil.

"Jevan, Valerio, Devendra. Kalian ada disini?" Kairi menghampiri trio macan masih sibuk berdebat hal tak berguna. Langsung menoleh, ternyata ada Kairi disini sedang bersama paman mereka.

Benar sekali mereka ada saudara sepupu Papa Kairi adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Jevan itu mempunyai saudara kembar, tapi sekarang sedang berada dirumah nenek di desa.

Davendra adalah anak kedua dari adik Papa Kairi, sedangkan Valerio adalah anak ketiga dari Kakak Papa Kairi. Mereka saudara tapi rasa teman, jadi sudah sejak kecil juga mereka bareng-bareng.

"Laper nih jajan yuk, kita mukbang disini. Lihat banyak tukang makanan," Valerio menatap binar para penjual makanan perutnya merasa keroncongan.

"Makan mulu dipikiran lo." Jevan geleng-geleng kepala saja.

Valerio nyengir kuda menggaruk kepala tak gatal. "Ya gimana kalau ngga makan mati dong," balas Valerio begitu santai.

"Ayuk atuh, keburu mati kelaparan gua disini. Mau kaga, ditraktir deh." ajak Valerio kembali.

"Banyak duit lo. Abis ngebegal ya? Oh, atau abis ngambil duit tante diam-diam?" curiga Davendra tumben banget seorang Valerio mau mentraktir makan. Biasanya dia cuma mikirin diri sendiri, mana mau ikut beginian.

"Sialan! Abis dapet tambahan uang jajan dari ayah ini. Anak sesholeh gini, dikata ngerampok!"

"Najis,"

"Babi sia."

Kairi yang melihat cuma diam kaga ada niat mau ikut perdebatan mereka bertiga. Tidak berguna, buang tenaga aja.

"Eh lo ikut sama kita aja. Biarin tuh om Yolan sama adek lo disini, kita mukbang besar di traktir bocah doyan makan ini!"

"Nah sekalian juga kita kuras tuh duitnya. Biar dia bangkrut," tambah Jevan.

"Papa, boleh?" Kairi menghadap Yolan mendapat persetujuan dari Papa membuat Kairi merasa senang. Dia ikut bermain bersama para Sepupu nya, seperti kata mereka tadi mereka semua banyak beli makanan dan berujung nongkrong di pinggir danau menikmati senja di sore hari menuju waktu Maghrib.

"Kak, kalo udah mainnya pulang. Ingat jangan terlalu malam, udara malam biasanya lebih dingin. Jadi harus cepat pulang," Kairi mengangguk paham dia kembali bercanda dengan trio macan membuat suasana hati lebih baik dari sebelumnya.

*
*

"Kak, sudah merasa baikan? Kalau ada yang sakit bilang sama Papa, jangan di pendam sendiri." Yolan mengelus rambut hitam Kairi yang sedang berbaring di kasur. Kairi tersenyum manis, dia menggeleng merasa baik-baik saja.

"Kakak udah baikan. Besok boleh sekolah?"

"Yakin udah kuat, kalau masih sakit ngga perlu dipaksain. Lagian Papa udah minta izin sama guru kamu,"

"Kakak ngga mau terus izin, udah sehat kok ini. Buktinya tadi udah bisa main, pokoknya mau sekolah!" Rengek Kairi mendramatisir ini membuat Yolan hanya bisa pasrah.

"Oke-oke, udah gede masih ngerengek kaya bocah kamu." ucap Yolan

"Kakak emang masih bocah, belum legal. Papa yang udah tua mending diam!" Yolan melorot sempurna tak pernah terpikirkan dia mendengar Kairi berbicara agak kurang ajar padanya. Bicara masalah umur, dia belum tua-tua amat.

"Heh! bicara yang sopan. Papa masih umur tigapuluh-an, belum tua asal Kakak tahu!"

"Udahlah tua mah tua aja. Mending diem, kakak mau tidur. Jangan berisik!" Kairi malah memejamkan mata merasa kelelahan terlalu lama bermain. Yolan masih mengelus rambut putranya sampai memastikan dia benar-benar tertidur pulas.

Setelah sudah tertidur dia keluar menutup pintu dengan pelan. Sebelum masuk ke dalam kamar nya, dia menyempatkan masuk ke kamar Raisya sebentar dia sudah tertidur sejak tadi.

....

"Abang tadi abis dari mana? Main kerumah temen ya," tanya wanita setengah baya menanyai kegiatan hari ini yang di lakukan putranya.

"Iya, Abang dari dari rumah temen cewek. Ngga sendiri kok, rame-rame. Takut Mama mikir kejauhan nanti," jelasnya.

"Bang Azfar punya berapa temen sih. Banyak banget perasaan," Hasya adik perempuan beda ayah itu ikut bertanya padanya.

"Banyak lah, emang kamu terlalu kudet. Minimal bergaul," balas Azfar

Hasya mendelik tak terima dibilang kurang bergaul. Apaan dia sudah banyak bergaul cuma malas aja untuk main keluar rumah. Dirumah lebih asik, bisa rebahan seharian daripada buang tenaga main diluar.

"Cocotmu mau ku sumpel kaos kaki, biar diem?" Tanya Hasya lebih tepatnya sedang kesal pada kakak kurang ajar ini.

"Kau yang ku sumpel cabe duluan."

"Aduh. Kalian kalo sehari ngga ribut meriang ya? Kali-kali akur dong, kaga ada harmonis nya pisan!" Ujar Ghania selaku ibu dari mereka berdua.

"Syutt. Urusan anak muda Mama mending diem!" Hasya menaruh jari telunjuk di bibirnya menyuruh sang Mama untuk diam. Ghania mengelus dada sabar, ini anak kelakuan nya mirip siapa sih. Perasaan dia waktu kecil ngga gini banget.

"Heh! Durhaka kamu, kutuk aja dia jadi batu, Ma." Azfar malah mengompori keadaan membuat Hasya makin kesal. Ini punya kakak cuma bisa bikin emosi, mana bisa diajak romantis dikit.

"Apalah! Dia apalah!"

🌸🌸

Happy reading TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading
TBC.

19-07-2024

I Want You To Be Happy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang