7

55 3 0
                                    

Brukk

Suara seseorang jatuh membuat Yolan dan Raisya kaget saat melihat ada Kairi sedang terduduk di lantai, Yolan berlari penuh kepanikan seperti nya sakit Kairi kambuh lagi.

"Kak, apa yang sakit?" tanya Yolan

"Napas Kakak sesak, Pa. Dada bagian kanan Kakak sakit ..." ringis Kairi terus menekan dadanya semakin terasa sakit.

"Kita kerumah sakit sekarang!" Yolan menggendong tubuh Kairi untuk masuk ke dalam mobil. Raisya sudah siap dengan seragam mengikuti ayahnya. Tidak perduli pada sekolah, terpenting sekarang adalah kakak kembarnya.

"Kak, sabar ya kita bakal cepat sampe rumah sakit. Jangan tutup mata kamu," Raisya menyingkirkan rambut yang menutupi mata Kairi. Wajah kakak sudah pucat sekali, napas nya juga keliatan sulit untuk di hembuskan.

"Sa–sakit ..." rintih Kairi jantung nya berdebar kencang membuat dia semakin kesulitan bernapas. Ini menyakitkan, Kairi ingin menutup mata namun ucapan Raisya membuat dia berusaha tetap mempertahankan kesadaran nya.

"Kak bertahan ya sedikit lagi kita sampe di rumah sakit. Sedikit lagi aja kak," bisik Raisya tepat di telinga Kairi.

Setelah menghabiskan waktu tiga puluh menit Yolan bersama Raisya menunggu dokter pun keluar.

"Keadaan Kairi sudah membaik, kalian bisa menjenguk tapi saya mohon jangan ganggu istirahat pasien,"

"Dia bisa drop karena terlalu stres berat. Membuat pikiran kacau mungkin itu yang membuat keadaan sempat memburuk, tolong pasien terus dijaga ya."

"Terimakasih, dok."

Yolan membuka pintu nampak putranya sedang terbaring lemah di brangkar rumah sakit dengan infus dan oksigen di hidungnya. Yolan menggenggam tangan kecil Kairi. Perubahan berat badan anaknya sangat meningkat, semakin hari semakin terlihat kurus dia seperti sangat tersiksa oleh ini semua. Sakitnya membuat dia tak bisa melakukan apapun dengan bebas, bahkan dikala diam saja bisa kambuh.

"Kakak pasti capek ya? Kakak pasti lelah nahan sakit nya, maaf Papa ngga bisa bantu banyak untuk Kakak. Papa juga ingin melihat kakak sembuh, kakak sehat biar bisa bermain seperti anak lain sesuai keinginan kakak sejak kecil,"

"Papa tahu ini sangat menyiksa diri kamu, tapi Papa mohon bertahan sampai Papa menemukan cara agar kamu bisa kembali sembuh. Kamu mau kan?" Yolan tahu Kairi tak mungkin mendengar ucapan nya. Ia hanya ingin putra nya tahu bahwa dia sebagai seorang ayah, ingin melihat putra nya sembuh. Rela melakukan segala cara agar Kairi sembuh, tidak peduli kalau harus nyawa yang jadi taruhan demi kesembuhan Kairi.

§§§

Jam pelajaran telah dimulai dari lima belas menit lalu, semua mengeluh karena kali ini adalah pelajaran matematika yang sangat tidak di sukai semua orang kecuali anak-anak pintar dikelas. Jevan, Davendra, serta Valerio rasa ingin berteriak minta tolong untuk di bawa kabur dari kelas, mana guru matematika adalah guru paling galak.

"yaAllah, aku ngga paham dengan angka-angka ini." keluh Jevan sudah pusing melihat puluhan angka saat dia membuka halaman buku.

"Kiww. Gua minta contekan dong!" bisik Valerio pada Davendra berada beda satu bangku saja di sampingnya.

"Apaan anjay! Gua aja kaga ngerti, ngeliat angkanya aja kepala gua rasa mau pecah." Sudahlah tidak pandai malah ketemu pelajaran matematika yang sangat sulit bagi mereka bertiga.

Masalahnya Davendra tuh jago di kimia, Jevan sejarah, sedangkan Valerio jago di Inggris. Masalah matematika mah kaga ada yang paham satupun, melihat puluhan angka saja sudah bikin kepala panas.

I Want You To Be Happy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang