10

65 5 0
                                    

"Elio Azfar kemana tumbenan tuh anak ngga ngintilin lo. Biasanya kalian berdua tuh slalu kemana-mana berdua," tanya Davendra tidak melihat keberadaan Azfar dimana pun. Dikelas nya juga tidak nampak, kemana dia? Ngilang kah

"Sakit,"

"Bisa sakit juga tuh orang,"

Davendra begitu gemas pada Jevan langsung menggetok kepala nya pake sendok.

"Dia juga manusia anjir. Lo pikir dia apaan?"

"Ya kali dia kebal sama gituan. Keliatan selama ini jarang sakit tuh anak, jadi agak terkejut aja." Benar juga seperti imun Azfar cukup bagus diantara mereka. Jarang keliatan sakit, paling kalo sakit cuma sekedar pusing itupun sama pelajaran bukan karena sakit yang lain.

"Yaudah nanti pulang sekolah kita jenguk dia gimana?" usul Ciara

"Oke, deal."

>>>>

"Sabar anjir. Ngapain dorong-dorong, ini dirumah orang woy lah!" kesal Valerio disaat Jevan bersama Davendra begitu rusuh, mendorong dia hampir terpeleset untung ngga sampe nyungsep.

"Lama, dobrak ajalah!" sahut Jevan tidak santai sekali. Ingin mendobrak rumah orang, bisa-bisa mereka kena tabok satu-satu sama orang tua Azfar.

"Assalamualaikum,"

Ketukan pintu begitu ricuh sampe digedor-gedor keras. Anak cewe hanya bisa menghadap belakang, menahan malu. Sumpah bukan temen mereka, kaga tahu malu astaga.

"Waalaikumsalam? Siapa?" suara perempuan begitu mayu sekali di perdengaran mereka semua. Lalu keluar perempuan berambut panjang berponi keluar dari dalam rumah, Jevan terpesona sebentar sampai mulut nya terbuka lebar.

Davendra menutup mulut Jevan takut ada lalat lewat terus masuk, kan ngga lucu.

"Cari siapa?" tanya anak perempuan itu melihat ramai sekali yang datang kerumah.

"Azfar,"

"Kalo gitu silahkan masuk," semua masuk kedalam rumah Azfar. Kalau boleh jujur mereka tidak tahu anak perempuan ini siapa? Tapi kayanya adik Azfar sendiri, soalnya dia pernah bilang kalau punya adik perempuan.

"Mau minum apa?"

"Ngga usah repot-repot, jus mangga boleh!" jawab Jevan tidak tahu malu. Senyum bodoh dia keluarkan, para anak cewe disana ingin sekali menabok wajah konyol temannya. Mereka yakin si anak itu pasti trauma ketemu lelaki modelan begini. Lebih serem dari setan, apalagi si tukang rusuh dimana pun.

"Gua ke kamar Azfar duluan. Lo pada disini dulu," Elio berlari ke lantai dua melihat sahabat karibnya. Mungkin lagi istirahat ganggu dikit ngga apa-apa kali. Siapa tahu dengan ketemu dia langsung sembuh, dikira apaan.

"Bro Azfar sahabat mu yang tampan ini datang. Tolong bukain pintu dong, atau mau gua dobrak?" Beberapa menit tidak ada jawaban. Sekali lagi Elio mencoba tetap sama, ini anak tidur atau simulasi mati sih. Minimal jawab kek, boleh masuk apa ngga.

"Masuk aja kali ya? Lah kaga di kunci, sialan! Tahu gitu dari tadi gua masuk," perlahan pintu terbuka lalu nampak lah kamar bernuansa abu-abu dan banyak sekali lukisan di dinding, lukisan yang dibuat Azfar sendiri.

Sepengatahuan nya selama berteman Azfar sejak kecil sangat menyukai hal berbau seni. Apalagi melukis adalah rutinitas yang wajib dia lakukan kapanpun.

"Far, lo dimana?" panggil Elio dia menelusuri seluruh kamar. Dia menemukan keberadaan temannya sedang duduk sambil menunduk di pinggir kasur, dia tidur kah?

"Woy bangun. Gua dateng bukan disambut malah tidur, pake tidur dilantai lagi." Elio menggoyangkan tubuh Azfar.

Terus menggoyangkan tapi kenapa tidak bangun-bangun. Dia sedikit mendorong malah tubuh Azfar limbung dan jatuh ke lantai.

I Want You To Be Happy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang