Raisya menatap sayu wajah lelah Yolan. Semalam Papa nya tidak tertidur, baru beberapa menit bisa tidur dengan damai. Semalam entah bagaimana bisa setelah pergi membeli minuman, Kairi kembali drop. Dia sempat mimisan juga, membuat kondisi nya sangat buruk, jauh dari kata baik.
Dokter bilang Kairi mengalami koma itulah kenapa Yolan tidak bisa tidur semalaman. Mungkin akibat kelelahan dia tertidur sekarang, Raisya melihat tubuh yang sudah di penuhi berbagai alat medis di tubuh kakak kembarnya.
"Kakak pasti capek, slalu di hantui rasa sakit. Setiap saat kakak tidak bisa tenang, adek takut suatu saat kakak lelah terus memilih menyerah."
"Kalau adek minta kakak bertahan lagi, apa adek termasuk egois? Adek belum siap merasakan kehilangan kakak."
Matanya memandang kosong ke arah tubuh yang hanya bisa terbaring lemah. Tatapan hampa seakan-akan waktu akan berhenti berputar, perlahan bulir bening mulai menetes dan membasahi tangan yang sejak tadi digenggam.
Suara lembut dan serak banyak menangis itu terdengar pelan. "Kakak jangan lelah dulu ya, adek mohon sebentar lagi. Kita bawa Mama pulang dulu, aku janji aku bakal bujuk Mama. Kita harus merasakan keluarga lengkap, impian kita belum sempat tercapai kak." ucap Raisya merasa waktu telah berhenti berputar.
*
*
*Setelah berbicara bersama Ghania Kairi langsung berlari kencang menjauhi tempat itu. Tidak, dia tidak ingin melihat wajah Ghania untuk saat ini. Teramat menyakitkan kata-kata yang baru saja terucap dari mulut nya.
Kalau di pikir-pikir dia juga anaknya, berhak dapat kasih sayang. Mengapa Ghania seolah menganggapnya hanya angin lalu. Tidak pernah diperhatikan secara khusus, malah di suruh menjauhi Azfar adik nya.
Kairi berhenti sejenak memegang dada nya, tidak jangan lagi. Perjalanan menuju kamar Azfar masih sangat jauh, kenapa harus kambuh sekarang. Sedangkan dia sama sekali tidak membawa obat apapun, obatnya ada di dasbor mobil Yolan.
Berhenti, mengatur napas berupaya mengurangi rasa nyeri pada dada bagian kanan. Bukan semakin membaik, malah semakin sesak.
"Hahh. Kenapa harus sekarang, aishh! Ayolah aku belum sampai kesana," Kairi memaksa untuk tetap kuat berjalan.
Beberapa kali dia hampir limbung jika tidak berpegang pada dinding. Semakin kesini, sesak bertambah sakit kalau tidak ia paksakan bisa-bisa dia pingsan di sini.
Sedikit lagi tinggal melewati satu kamar akan sampai untuk menemui Yolan. Kairi tidak bisa berjalan dengan benar, berusaha menahan segala kesakitan.
Ceklek
"Kak udah beli minumnya," belum sempat menjawab Kairi sudah terjatuh. Yolan berjongkok melihat keadaan Kairi, menepuk pundak anaknya beberapa kali.
"Astaga. Kak, kamu mimisan!" Yolan melihat darah mengalir deras keluar dari hidung anaknya. Lantai yang tadinya bersih menjadi kotor, seketika Kairi sudah tak sadarkan diri dengan napas tipis-tipis.
Yolan cepat-cepat memanggil dokter membawa Kairi ke ICU dokter langsung membawa dan memeriksa Yolan menunggu diluar dengan perasaan tak tenang. Ada Raisya di sampingnya, dia memeluk tubuh ayahnya.
"Papa, tidak perlu khawatir. Kakak bakal kembali membaik, percaya sama aku." Raisya memberi kata penenang lainnya tapi tidak berpengaruh apapun untuk Yolan. Rasa takut kembali mendera, Yolan membuang jauh pikiran negatif yang sangat membuat dia semakin cemas.
"Pa–"
"Keluarga pasien Kairi?"
"Saya ayah nya,"
"Pasien hari melakukan operasi miektomi, atau disebut prosedur pembedahan untuk membuang jaringan otot yang sudah abnormal. Jika tidak di lakukan akan semakin membahayakan kesehatan pasien kedepannya,"
"Apa bapak menyetujui dengan operasi ini. Jika iya, tolong tanda tangan di berkas yang sudah rekan saya siapkan."
Tanpa pikir panjang Yolan langsung menanda tangani berkas tersebut. Apapun akan dia lakukan demi kebaikan Kairi, dia harus sehat. Tidak boleh terus seperti ini, Yolan ingin melihat Kairi sembuh bukan terus menerus sakit dan berakhir dirawat sampai beberapa hari.
Operasi akan dilakukan malam ini juga, Yolan tidak bisa beristirahat tenang di dalam ruang operasi ada putranya sedang bertaruh nyawa antara hidup dan mati. Dia tak henti-henti untuk berdoa pada sang pencipta alam semesta, memberikan kelancaran proses operasi Kairi.
Semoga memberikan hasil baik, Yolan tidak bisa diam dia berdiri, duduk begitu terus sampai Raisya pusing melihat nya.
"Papa duduk aja ngga bisa. Adek pusing lihat papa ngga bisa diem,"
"Ngga bisa dek, kakak kamu lagi di dalam mana mungkin bisa tenang. Hati papa terus resah, berharap operasi berjalan lancar." balas Yolan
"Adek ngerti, coba papa duduk tenang, tarik napas pelan. Terus berdo'a yang khusyuk atau kita sholat sekarang, kebetulan disini tersedia musholla juga,"
Betul juga dari pada hanya berdiam diri menunggu kabar yang masih belum pasti. Mending dia melakukan Sholat, berdo'a dengan khusyuk di mushola memberikan keselamatan untuk anak nya.
****
"Sayang kamu sudah bangun. Kamu laper?" Yolan baru membuka mata melihat Raisya sedang menggenggam erat tangan Kairi seolah tidak ingin siapapun melepaskannya.
"Adek ngga laper tuh," setelah berucap seperti itu malah perut keroncongan membuat Raisya memalingkan wajah ke samping. Malu, udah bilang ngga laper tapi perutnya malah berbunyi.
"Tuh, siapa yang bilang ngga laper? Buktinya perut udah bunyi gitu," ledek Yolan sembari tertawa kecil.
Raisya merajuk wajah nya sudah memerah menahan malu. Kenapa sih mau berbohong sebentar aja kenyataan malah tidak bisa di ajak kerja sama. Udah lah kena dia abis di ledek sama Yolan, mana punya papa jahilnya minta ampun.
"Ngga perlu malu-malu, cepat kita ngantin. Nanti papa tinggal," Yolan pergi ke kamar mandi bentar sekedar mencuci muka agar keliatan lebih segar. Jangan keliatan bau iler, malu sama orang lain. Keliatan banget nanti nelangsanya, malu bro.
"Ihh. Papa jangan tinggalin adek, cepet banget sih jalannya," Raisya harus berlari kecil menyusul Yolan. Sebenarnya sepanjang apa sih papa melangkah kok bisa dia ketinggalan jauh, berasa sedang lomba lari saja.
"Lama kamu mah. Cepetan atuh, katanya laper!"
"Kapan adek bilang gitu? Ngga ada tuh," elaknya.
"Halah mulut kamu bisa bantah, tapi perut kamu tidak bisa diajak kerja sama. Mau makan ngga?" Raisya mengangguk, mana mungkin nolak lagi sudah kelaparan sekarang.
Happy reading
Jangan lupa votmen.TBC.
28-07-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You To Be Happy [END]
Fanfiction"Papa, Mama kok ngga pernah pulang lagi?" Kairi Caka Diratama seorang anak ingin merasakan kasih sayang seorang ibu. Ibunya ada tapi perannya sudah hilang sejak lama, tidak tahu dia pergi kemana. Bersama Papa dan adek dia bertahan sampai saat ini. ...