3

104 7 0
                                    

"PAPA BANGUN! KAKAK SADAR!" Teriak Raisya sudah mengheboh pagi-pagi. Yolan baru saja tidur terlihat kaget, dia mengelus dada sabar.

"Mana? Kak, ada yang sakit?!" Tanya tahu yang terjadi dia langsung bertanya. Bahkan nyawa masih belum terkumpul sepenuhnya mata ini masih terpejam.

"Buka dulu ih matanya," celetuk Raisya

Yolan mengucek mata wajah lempeng khas orang bangun tidur. Rambut berantakan tak teratur, baju sudah kusut.

Kairi yang sudah sadar hanya bisa menggeleng heran. Kelakuan adik dan Papa nya sama saja, suka mengagetkan orang lain. Mulut mereka sama-sama tidak bisa diam dan ngomong dengan santai.

"Adek, bangunin Papa bisa pelan gak sih? Kalau Papa jantungan gimana? Ingat Kakak tuh ngga boleh dengar suara keras." Tegur Yolan saat sudah sadar sepenuhnya.

Raisya mencibir tak mendengar cerocos sang Papa lebih milih mengobrol dengan Kairi.

"Astaghfirullah. Adek dengar ucapan Papa kan? Ngga sopan kalau di ajak ngobrol malah ngabaikan gitu,"

"Iya-iya adek denger kok. Adek juga punya kuping, lagian tadi adek udah bangunin pake cara biasa Papa ngga bangun. Ya makanya adek teriak," Raisya beralasan menghindari omelan Yolan kelewat bawel ini.

"Yaudah, Papa mau pulang sebentar. Kamu jagain Kakak," tak banyak bicara Yolan membuka pintu keluar untuk pergi pulang ke rumah.

"Kamu ngga boleh gitu. Kasian Papa, dia pasti belum istirahat. Nanti harus minta maaf ya?" Ucap Kairi sudah tahu bahwa Papa pasti sedang kesal. Raisya menjadi merasa bersalah, sudah kelepasan teriak saat membangun kan Yolan tidur.

Dia juga tahu semalaman Yolan tak bisa tidur. Dia slalu melek memastikan keadaan Kairi baik-baik saja. Kantung mata hitam juga membuktikan dia memang kurang tidur semalaman.

"Maaf, adek ngga sengaja. Papa pasti marah sama adek?"

"Papa ngga akan bisa marah sama kamu. Mungkin dia pulang untuk mandi, kalau Papa datang lagi adek harus minta maaf. Adek salah jadi harus apa?"

"Minta maaf," jawab Raisya dengan pelan.

"Pintar. Adek mandi sana, udah bau gini. Mana masih ileran itu!" Bercanda Kairi menjahili adiknya. Raisya menabok pelan lengan Kairi, Kairi sengaja mendramatisir keadaan berpura-pura sakit.

"Kakak? Kakak ngga apa-apa?" khawatir Raisya dalam hati Kairi dia tertawa kecil.

"Ngga tuh. Udah sana mandi,"

"Kakak nyebelin," Raisya pergi masuk kamar mandi di ruang rawat Kairi.

"Mau pulang,"

Yolan memapah Kairi masuk ke rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yolan memapah Kairi masuk ke rumah. Karena keadaan sudah membaik jadi bisa pulang hari ini juga. Tapi tetap Kairi tidak boleh yang namanya kelelahan, dia harus tetap menjaga kondisi nya agar tetap stabil.

I Want You To Be Happy [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang