Kairi berdecak malas hari ini ada pelajaran olahraga yang paling enggang dia pelajari. Apalagi saat tahu kalau dia tak bisa kelelahan, menghindari pelajaran ini adalah jalan ninja nya. Mana dicampur sama kelas lain, makin malas untuk mengikuti.
Kebetulan hari ini kelasnya bersamaan dengan kelas Raisya adik perempuan atau lebih tepatnya adik kembarnya. Raisya tersenyum lebar sembari melambaikan tangan di barisan paling belakang.
"Oke kali ini kita bakal tanding basket, bagi yang tidak mau kalian ikut lari saja dua puluh putaran. Bisa istirahat, tapi jangan terlalu lama."
"Siapa yang mau tanding basket? Angkat tangan kalian," beberapa anak mengangkat tangan mereka tidak dengan Kairi malas sekali. Dia lebih milih lari, walaupun akhirnya bakal capek.
"Baiklah yang tidak ikut. Kalian silahkan lari sesuai yang saya perintahkan," guru tersebut menyuruh semua membuat barikan agar lebih teratur saat berlari nanti. Lapangan sekolah lumayan luas jadi tidak terlihat mudah, dua puluh putaran adalah hal sulit apalagi bagi mereka yang jarang olahraga pasti bakal kecapean.
"Satu, dua, tiga. Mulai!" Semua berlari sisa mereka pada tanding basket baru putaran pertama Kairi sudah kelelahan. Keringat bercucuran ditambah cuaca panas makin membuat dia berkeringat.
"Hah!"
Pada putaran kesepuluh Kairi memutuskan beristirahat kakinya sudah tak kuat berjalan lagi. Dia meremat dadanya terasa sesak, napas makin tak karuan. Mana inhaler obat yang slalu ia bawa ada di dalam tas.
Raisya yang sedang bertanding basket mencuri pandang ke pinggir lapangan. Kairi berusaha mengatur napas agar sesak nya tidak semakin menghambat pernapasan.
"Pak, saya keluar!" Raisya berlari mendekati Kairi muka Kakak kembarnya sudah pucat sekali. Dia terus memegangi dada sesekali memukuli, Raisya langsung menghentikan perbuatan sang Kakak bisa saja membuat semakin sesak nanti.
"Kak, obat kamu dimana?" Tanya Raisya sudah panik.
"A-ada di dalam tas. Hahh!"
"Kita ke UKS sekarang. Siapapun tolong! Tolong antarkan Kakak saya ke UKS!" Teriak Raisya terus memperhatikan kondisi Kairi yang hampir menutup mata.
"Jangan tutup mata kamu. Kita bakal ke UKS buat kamu istirahat disana," tutur nya teman lain berlarian membantu memapah Kairi ke UKS berada cukup jauh dari lapangan ini.
*
*"Bagaimana lebih baik? Masih sesak tidak?" Raisya melihat mata itu kembali terbuka menyesuaikan cahaya masuk dalam hazel berwarna kecoklatan itu.
"Sudah, maaf merepotkan kamu lagi." sesal Kairi
"Ngga sama sekali. Kakak itu udah tanggung jawab aku juga, kita adik kakak memang sudah wajib saling membantu!"
"Tidak perlu dipikirkan. Penting kan kesehatan kamu," pesan Raisya dia tahu pasti Kairi merasa slalu merepotkan orang lain. Kenyataan tidak, dia dengan senang hati membantunya. Untuk merawat Kairi saja dia tidak masalah, asal anak itu kembali sehat.
"Tolong rahasiakan ini dari Papa. Kakak ngga mau Papa jadi khawatir, dia pasti bakal kepikiran dan kerjaan nya malah jadi kacau." mohon Kairi. Raisya pula mengangguk, Yolan pasti bakal kepikiran terus membuat kerjaan malah berantakan.
Pernah satu kali dia panik mendengar Kairi drop, sampai kerjaan tak terkendali sehingga membuat semua kacau. Jadi cukup hari itu jangan lagi. Kairi sudah banyak merepotkan Papa selama ini.
"Sya, aku bawa makanan buat kamu nih. Belum sempat istirahat kan?" Thea datang bersama kedua teman yang lain.
Membawa sebungkus nasi goreng serta minuman sekalian. Mereka bertiga tahu kalau Raisya sibuk menjaga kakaknya, jadi inisiatif sendiri membawakan makanan siapa tahu laper.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You To Be Happy [END]
Fanfiction"Papa, Mama kok ngga pernah pulang lagi?" Kairi Caka Diratama seorang anak ingin merasakan kasih sayang seorang ibu. Ibunya ada tapi perannya sudah hilang sejak lama, tidak tahu dia pergi kemana. Bersama Papa dan adek dia bertahan sampai saat ini. ...