"Kalian janjian ya?" Tanya Arabella dengan penuh selidik. Gadis itu sudah keheranan sejak tadi kemana Charilyn akan membawanya, padahal di dekat pintu kantin tadi ada beberapa meja kosong.
"Iya. ni orang janji traktir gue," jawab Charilyn dengan bahagia. Siapa yang tak bahagia saat di traktir. Arabela memutar mata malas mendengar jawaban dari sahabatnya itu.
Altezza tertawa gemas melihat interaksi dua gadis di depannya. Sebagai lelaki sejati,Altezza men-scan QR menu kantin yang ada di meja lalu berkata, "kalian berdua mau makan apa?"
"Gue mau nasi goreng seafood special, kue tiramisu, dan.....hm... Minumannya cookies and cream satu. Udah itu doang, gapapa kan Al?" Tanya Charilyn usil.
"Apa yang ga buat lo, lo mau pesan apa? Biar gue yang traktir," tawar Altezza pada Arabella.
Pipi Arabella sedikit merona. Gadis itu mudah sekali berdebar saat ada pria tampan yang berbicara padanya. Dengan malu-malu Arabella bertanya, "eh, beneran?"
Altezza mengangguk sebagai jawaban. Arabella sedikit tersipu, lalu berkata dengan lembut, "makasi ya. Gue pesan nasi goreng biasa minumnya teh es aja."
"Biasa? Bukannya itu kata lo porsinya dikit banget. Porsi makan lo kan gede ra. Lo diet ya? Awas nanti ga kuat trus pingsan, gue ga mau ngurusin lo nanti," cerca Charilyn heran. Charilyn sebenarnya tau Arabella tengah menjaga image nya di depan Altezza, seperti yang selalu ia lakukan dengan laki-laki lainnya.
Arabella kesal mendengar mulut Charilyn yang membeberkan fakta sekaligus mencibirnya. Namun, gadis itu sangat baik dalam menyembunyikan ekspresinya. Diam-diam di bawah tangan Arabella mencubit paha Charilyn. Gadis itu tersenyum lembut sembari berkata, "lo salah ingat kali. Yang porsi besar kalo makan itu kan lo."
Altezza gemas melihat interaksi kedua interaksi gadis didepannya, "bener yang dibilang Charilyn? Lo ga perlu segan sama gue. Silahkan Pesan aja yang lo mau."
"Terimakasih. Tapi ga usah, gue udah makan tadi," tolak Arabella sopan.
Mereka bertiga berbincang dengan lancar. Tak perlu menunggu lama, makanan yang di pesan sudah tiba.
Charilyn salah fokus pada satu porsi makanan yang diletakkan Altezza disebelahnya. Charilyn memperhatikan makanan yang di depan Altezza dan di sampingnya itu seperti untuk orang lain. Charilyn menelan makanan di mulutnya, lalu bercanda, "lo rakus banget sih Al."
"Masih rakus-an lo kali, porsi makanan gue ini normal dibandingkan punya lo," jawab Altezza yang berhasil menohok Charilyn.
"Jadi lo ga ikhlas traktir gue?!" Seru Charilyn kesal.
Altezza mengangguk dan berkata dengan mantap, "Ya."
"Ya udah. Iklhas ga ikhlas gue ga peduli karena lo harus tetap bayarin gue," ujar Charilyn sembari tertawa ala-ala karakter antagonis di luar-luar sana.
Saat tawa Charilyn semakin menjadi, melihat mata tajam yang menduduki kursi di samping Altezza membuat gadis itu tersedak. Bukan menolongnya, Altezza dan Arabella malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Charilyn. Lain halnya dengan lelaki itu, ia bangkit dari duduknya lalu menghampiri Charilyn. Dengan sigap ia menyodorkan air sembari menepuk pundak Charilyn lembut.
Charilyn heran, tapi ia tidak menolak bantuan yang diberikan Althan. Dengan gugup dan sedikit ketakutan gadis itu berkata, "terimakasih."
Pria itu, yakni Althan kembali duduk di samping Althan dengan tenang seolah tidak terjadi apa-apa. Charilyn melototi kedua orang yang tak punya akhlak disekitarnya. Altezza sudah lebih dulu terdiam sekarang masih diam, ada yang aneh dengan lelaki itu. Padahal Altezza memiliki kebiasaan yang sama dengan Arabella, yaitu sulit menghentikan tawanya. Begitulah kondisi Arabella sekarang, ia kesulitan menahan tawanya. Karena kesal, Charilyn mencubit paha Arabella. Barulah Arabella berhenti tertawa, lalu membuat simbol damai (peace ✌️).
Arabella yang sudah tenang terkejut melihat rupa Althan, gadis itu berkata dengan semangat, "wow! Kalian mirip banget!"
"Gue ga bisa bedainnya," tambah Arabella. Baru kali ini, Charilyn setuju dengan Arabella tanpa paksaan kecuali saat sedang bergosip.
Altezza tertawa sedangkan Althan sama sekali tidak memberikan reaksi apapun. Altezza merangkul Althan lalu menunjuk tahi lalat yang berada di leher Althan, "mudah aja! Kalo Althan yang ada tahi lalat di leher, kalo gue ga ada. Mudah, kan?"
"Mudah apanya. Masa gue tiap mau nyapa harus lihat leher orang dulu, misalnya ada yang pakai baju turtle neck gimana?" Tutur Charilyn membantah perkataan Althan.
Altezza menyentil dahi Charilyn yang disambut tatapan maut gadis itu. Altezza tersenyum jahil, "itu mah pikir aja sendiri."
"Piipip lo!" Seru Charilyn kesal
"Hah?" Altezza bingung dan tak mengerti dengan apa yang dikatakan Charilyn.
"Itu gue lagi sensor ucapan gue," jelas Charilyn sembari menyuapkan suapan terakhir nya. Saat akan memakan manisan penutupnya, dengan marah Charilyn melihat ke Arabella karena kue Tiramisunya tinggal setengah padahal belum ia sentuh. Saat akan mengomeli Arabella, Altezza sudah lebih dulu menghentikannya.
"Apa yang lo sensor?" Jelas pria itu masih penasaran.
"Sialan lo!" Dengan tepat, satu batu mengenai dua target. Jika ini adalah sebuah komik, mungkin akan tampak di kedua target itu berdarah di sudut bibirnya.
*****
"Lin...wahai lilyn yang agung," rayu Arabella.
"Lo kaya lagi nyembah ke lilin njir," pernah Charilyn membaca buku sejarah yang di mana ada suku yang menyembah suatu lilin agung yang membuat anggota keluarga pemegang lilin itu mempunyai kekuatan ajaib.
"Ish lilyn mah gitu. Ga asik," Arabella bergelayut manja pada Charilyn. Sungguh Charilyn bisa merasakan seluruh tubuhnya merinding.
"Apaan sih lo, nama gue cantik-cantik Charilyn dipanggil lilyn, gue aduin ke ortu gue juga lo!" Gerutu Charilyn.
"Ga usah basa-basi. Lo mau ngapain sih?" Tanya Charilyn gusar. Dari tadi ia sudah payah menahan muntah melihat tingkah cacing kepanasan satu ini.
"Temenin gue ke kantin, ya. Gue laper banget nih..." Tanpa menunggu Charilyn menerima ajakannya, Arabella menarik Charilyn ke kantin.
Charilyn memutar matanya malas. Sudah bukan pertama kali Arabella seperti ini, gadis itu lebih mementingkan image nya daripada perutnya, "ck, siapa suruh lo so-sokan jaga image kan jadi kelaparan."
Seakan telinganya sudah tebal, Arabella tidak mendengarkan ceramah Charilyn. Walau bagaimanapun, ia tetap pada prinsipnya menjaga image di depan lelaki tampan lebih penting.
Arabella dengan cepat menghabiskan ayam geprek dengan nasi double nya, "gue ga mau pandangan awal tu si tampan ke gue jelek. Lo tau ga!"
"Halah, cuman si Altezza kok ga ada yang spesial dari tu orang."
"Kalo dia ternyata jodoh gue gimana? Nanti bakal diungkit sampe tua gimana," cerca Arabella.
Lagi-lagi Charilyn memutar matanya malas. Arabella selalu mengatakan hal yang sama, yakni selalu mencurigai lelaki tampan yang ditemuinya adalah jodohnya di masa depan. Sungguh pemikiran yang aneh.
"Terserah lo lah."
_*_*_*_*_*_
Terimakasih sudah membaca
Jangan lupa, vote dan comet
Sampai jumpa
KAMU SEDANG MEMBACA
I Trapped In A Cliche Story
Ngẫu nhiên"Klise banget!!!" "Widih....17 tahun tapi udah punya bisnis mendunia." "Ini mah menormalisasi perselingkuhan namanya!" "Ini juga, antagonisnya bodoh banget. Udah tau diselingkuhin gak sadar-sadar juga, hadeuh..." Me-roasting setiap novel yang tid...