Ch.21 Ghosting

250 24 1
                                    

Charilyn menghempaskan badannya ke kasur kesayangannya. Hari ini sungguh melelahkan. OSIS adalah babu sekolah. kalimat ini tidak mengandung kebohongan. Setelah dihantam dengan proyek besar dari sekolah, kalimat singkat "terima kasih" tidak ia terima, melainkan kata- kata merobek hati dan kesabaran. Bukan hanya  itu gadis para guru itu juga tidak tanggung-tanggung memberikan tugas. Rasanya ia ingin menggigit kepala orang-orang yang banyak omong tadi. 

Setelah berhenti menghela nafas yang tak terhitung jumlahnya, Charilyn pergi mandi untuk mendapatkan kesegaran kembali. Sesudah mandi gadis itu turun ke bawah untuk mencari beberapa camilan dan di bawa ke kamarnya. Ia butuh makanan yang manis-manis agar otaknya dapat bekerja dengan lancar saat mengerjakan tugas maut ini. 

Beberapa menit telah berlalu namun ia masih belum selesai mengerjakan barang lima soal sekalipun. pikiran gadis itu berada di tempat lain. tiba-tiba saja ia secara random memikirkan hal-hal yang aneh. Di antaranya, ia memikirkan alasan kenapa saat ia berusaha mengingat dan menggali ingatan kehidupan lampau-nya, ia tidak bisa. Bahkan terkadang bisa menyebabkan sakit kepala yang tak bisa ia tahan. Dari pada terus berusaha mengingat masa lalu, bukankah lebih baik menerima dan menjalani kehidupan ini tanpa mengkhawatirkan masa depan atau pun masa lalu.  

"Dia lagi ngapain,ya?" gadis itu bergumam tanpa sadar. Charilyn memainkan penanya dan salah satu tangannya menopang dagu-nya. Kilas balik momen yang mereka habiskan belakangan ini terlintas di kepalanya. Tanpa sadar gadis mungil itu tersenyum kecil, senyuman yang muncul begitu saja saat pikirannya mengembara. Hatinya menghangat hanya dengan memikirkan pria itu. 

Sadar dengan apa yang ia pikirkan dan lakukan, Charilyn menampar kedua pipinya dengan kedua tangannya. Ia menggelengkan kepalanya kuat. Gadis itu bercermin, terlihat jelas di pantulan rona merah di wajahnya.  Ia menggerutu kesal, "apaan sih!" 

Charilyn memejamkan matanya, ia menarik napas dalam-dalam, dan melepaskannya dengan perlahan. ia melakukan itu berulang kali hingga pikirannya berhasil menetralisir dari pikiran-pikiran seperti tadi.  Setelah tenang, ia berusaha memfokuskan diri pada kertas-kertas tugasnya. 

Kali ini, Charilyn berhasil fokus dalam waktu yang lama hingga tinggal sedikit lagi ia bisa menyelesaikannya.  Tapi, satu bunyi notifikasi yang masuk berhasil membuyarkan konsentrasi-nya. Gadis itu meraih Handphone-nya dengan tergesa-gesa, jantungnya berdegup kencang, seakan menunggu sesuatu yang penting. Layar terang menyorot wajahnya yang penuh rasa penasaran dan antusias.  Dalam satu detik, wajahnya berubah lempeng. Ia memukul kepalanya, "Gue ngapain sih!"

"Ini ga kayak gue sumpah!" Charilyn lagi-lagi menggerutu kesal. Ia kini dengan benar-benar serius berusaha fokus mengerjakan tugasnya. Ia juga melakukan tindakan pencegahan agar perilaku seperti ini tidak terulang lagi, gadis itu mengaktifkan mode hening. Setelah memberikan tanda baca titik di kertas, ia telah menyelesaikan tugasnya. 

Charilyn melompat lalu mencari posisi yang nyaman di kasur. Gadis itu membuka aplikasi chat, entah kenapa ia merasa kesal saat tidak ada satu pun chat dari Althan yang datang. Terakhir kali itu pun tadi siang. 

Tanpa sadar Charilyn menggigit ujung kuku jari jempolnya. Jemarinya juga mengetik beberapa kata, namun ia menghapusnya tanpa sempat mengirimkannya ke lelaki itu. Charilyn mematikan handphone-nya dan menaruhnya di nakas di samping tempat tidurnya. Gadis itu memejamkan matanya, ia berusaha tidur. Tidak tau kapan, mungkin karena sudah kelelahan menunggu, Charilyn akhirnya tetap bisa tidur. 

Sudah lima hari berlalu, gadis itu seperti akan mati kapan saja karena kebosanan. Keluarganya masih belum pulang. Punya pacar ia kira hidupnya akan jauh dari kata bosan,  tapi kenyataannya berbeda  sampai saat ini tidak ada kabar dari Althan. 

Yang ia lakukan di hari minggu ini hanyalah duduk dan rebahan di depan TV atau laptop dengan berbagai macam camilan. Sembari menyuap se-sendok es krim, ia membuka room chat nya dengan Althan. Charilyn bergumam, "kenapa akhir-akhir ini gue kepikiran sama dia, ya?"

I Trapped In A Cliche StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang