Enam tahun telah berlalu sejak pendakian mereka ke Gunung Suralaya.
Hari ini, mereka berkumpul untuk merayakan tujuh bulanan kehamilan Windy dan Jendral, yang akhirnya menikah setelah hubungan panjang mereka.
Acara diadakan di rumah Jendral dan Windy.
Ruangan penuh dengan dekorasi warna-warni dan meja-meja yang dipenuhi makanan tradisional seperti tumpeng, sate, urap, dan aneka kue tradisional.
Suasana hangat dan penuh keakraban, mengingatkan mereka pada kenangan masa lalu.
Para tamu mulai berdatangan dan memberikan ucapan selamat.
"Selamat ya, Windy dan Jendral.." kata Muhammad sambil tersenyum. Ia kini bekerja sebagai insinyur mesin di sebuah perusahaan multinasional. "Semoga proses persalinannya lancar."
Rahmad, yang kini seorang dokter, ikut memberi selamat, "Senang lihat kalian bahagia. Semoga anaknya sehat selalu."
Chandra, yang sukses menjadi pengacara, menambahkan, "Kalian benar-benar pasangan yang hebat. Tidak sabar untuk melihat bayi kalian."
Hendra, yang kini menjadi seniman terkenal, memeluk Windy, "wah couple goals di kelompok kita. Semoga anak kalian bisa mewarisi kebahagiaan dan cinta kalian."
Setelah selesai salam-salaman dan ucapan selamat, mereka duduk bersama dan mulai mengobrol.
Meskipun mereka semua sukses di bidang masing-masing, bayangan hilangnya tiga rekan pendakian mereka, Jamal, Wahyu, dan Jusuf, masih menghantui mereka.
"Jamal, Wahyu, dan Jusuf... Mereka sudah enam tahun hilang." kata Muhammad dengan suara serak, menatap ke kejauhan.
Nah loh.
Yang tersesat di Desa Gaib kan Jamal dan Wahyu. Lantas kemana Jusuf?
Dia juga hilang?
"Betul." Rahmad menambahkan, "Aku selalu merasa bersalah karena kita nggak bisa menemukan mereka waktu itu. Rasanya seperti ada yang hilang dalam hidup kita."
Chandra mengangguk setuju, "Setiap kali aku menangani kasus yang sulit, aku selalu ingat mereka. Bagaimana kalau kita kembali ke Gunung Suralaya lagi untuk mendoakan mereka?"
Jendral, yang kini menjadi guru olahraga, meremas tangan Windy dengan lembut, "Aku setuju. Mungkin ini saatnya kita menghadapi kenangan itu dan memberi penghormatan terakhir untuk mereka."
Windy, yang kini tengah mengandung tu, dengan mata berkaca-kaca berkata, "Aku juga setuju. Mereka adalah bagian dari kita, dan mereka pantas mendapatkan doa kita."
Hendra menghela napas, "Mari kita nyekar ke Suralaya. Untuk Jamal, Wahyu, dan Jusuf. Kita harus melakukannya bersama-sama."
Mereka semua berdiri, saling merangkul dan berpelukan, merasakan kebersamaan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk menghadapi masa lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Tersesat Ke Desa Gaib Gunung Suralaya ✓
Teen FictionMuhammad buka jasa open trip ke Gunung. Dia pergi bersama delapan teman kampusnya. Perjalanan naik gunung yang di gadang - gadang bakalan menyenangkan malah jadi menyeramkan ketika mereka terjebak di perkampungan gaib. Apakah mereka bisa kembali? ⚠...