Jamal dan Wahyu saling menggenggam tangan saat mereka melangkah menuju basecamp.
Hari itu cerah, matahari bersinar terang, dan langit biru tanpa awan.
Sepanjang jalur, banyak pendaki lain yang juga turun, menciptakan suasana yang ramai dan menghibur.
Beberapa pendaki menyapa mereka dengan ramah, “Selamat pagi!” atau “Selamat turun, semoga perjalanan lancar!” sambil tersenyum.
Jamal dan Wahyu merasa tenang dan optimis. Mereka yakin bahwa mereka telah kembali ke dunia nyata.
Saat mereka mendekati basecamp, tiba-tiba mereka mendengar suara teriakan yang keras dan penuh keputusasaan, "TIDAK MUNGKIN!!"
Teriakan itu terus berulang, semakin lama semakin nyaring.
"Apa itu?" Wahyu bertanya pada seorang pendaki yang hendak naik.
"Di basecamp ada pendaki ngamuk, kelihatannya orang sakit jiwa." jawab pendaki itu, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.
Wahyu dan Jamal saling berpandangan, merasa sedikit cemas tetapi belum terkecoh.
Mereka melanjutkan perjalanan ke basecamp Gunung Suralaya, berharap teman-teman mereka masih ada di sana.
Kamu terlalu polos haha. Kalian sudah hilang enam tahun woy.
"Ayo kita segera turun." kata Jamal sambil tersenyum kecil kepada Wahyu, mencoba mencairkan ketegangan.
Namun, teriakan itu semakin keras dan jelas terdengar.
Banyak orang berkumpul di sekitar sumber suara tersebut, menciptakan kerumunan yang ramai.
Jamal menuntun Wahyu menerobos keramaian, ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Ketika mereka sampai di tengah kerumunan, mereka terkejut melihat sosok yang berteriak dan histeris itu adalah Jusuf.
"Jusuf?" Jamal berkata dengan nada tidak percaya.
Jusuf, yang melihat Jamal dan Wahyu, bagaikan melihat fatamorgana.
Tanpa ragu, ia berlari ke arah mereka dan memeluk mereka erat-erat. Air matanya mengalir deras, dan suaranya penuh dengan rasa lega dan kelegaan.
"Kalian… kalian masih hidup!"
Jusuf menangis dalam pelukan Jamal dan Wahyu, tangisannya penuh dengan kebahagiaan dan rasa syukur.
Jamal menepuk-nepuk punggung Jusuf, berusaha menenangkan temannya yang jelas sekali stres dan penuh ketakutan. "Kami di sini, Jusuf. Kami kembali. Kamu tidak sendirian."
Wahyu juga ikut menenangkan Jusuf, merasa lega bahwa mereka akhirnya bertemu kembali. "Kami tidak akan meninggalkanmu lagi, Jusuf. Kita akan bersama-sama keluar dari sini."
Jusuf meskipun yang paling muda tapi badannya sangat bongsor, Wahyu agak kaget melihatnya menangis meraung-raung seperti ini. Dia pasti sangat ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Tersesat Ke Desa Gaib Gunung Suralaya ✓
Teen FictionMuhammad buka jasa open trip ke Gunung. Dia pergi bersama delapan teman kampusnya. Perjalanan naik gunung yang di gadang - gadang bakalan menyenangkan malah jadi menyeramkan ketika mereka terjebak di perkampungan gaib. Apakah mereka bisa kembali? ⚠...