Jumat, sudah 4 hari Azrina masih memikirkan uang 70 ribu yang harus ia bayar ke pria yang saat itu membayarkan belanjaannya. Karena sejak terakhir di minimarket tersebut, Azrina sama sekali tidak pernah bertemu atau berpapasan dengan pria berjubah itu.
"heh na! ngapain ngelamun sih?" ucap seorang gadis yang bernama Mayra.
Mayra adalah sahabat Azrina sejak kelas 1 SMA, mereka dulunya kenal karena berpatisipasi menjadi anggota OSIS. Walau mereka beda kelas, mereka tetap nempel satu sama lain. Tak heran jika Azrina ke kelas Mayra sudah pasti jawabannya akan mencari Mayra, begitupun sebaliknya.
"hah? gapapa may, tapi aku ada satu hal yang ganjel banget di pikiranku"
"apatuh?"
"hari senin kemarin aku ke minimarket depan rumah buat beli permen sama jajan, terus pas aku mau bayar uangku kurang. terus tiba-tiba ada mas mas pake jubah, dia bayar belanjaannya sendiri dan bayarin belanjaanku, terus pas aku mau ganti dia bilang gausah. enaknya bayar ke dia apa ngga ya may?"
"hmmm kalau itu nge ganjel banget di hati, mending ganti deh na. daripada kepikiran terus"
"oke deh aku ganti, tapi masalahnya gapernah ketemu may sama masnya itu. mana senyumnya masyaAllah banget lagi" ucap Azrina sambil senyum senyum tidak jelas.
"yeeee bayar dulu duit orang tuh!" ucap Mayra dengan sedikit mendorong badan Azrina.
"ahahahah iya iyaaaa"
tapi serius ya Allah, senyumnya masih kebayang...
❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀
KRINGGGG KRINGGGGG
Tepat pukul 11.00 siang bel yang para siswa siswi tunggu tunggu pun telah berbunyi, semua murid berhamburan meninggalkan kelas. Tidak dengan Azrina, ia tetap di kelas menunggu Mayra menghampirinya sembari menyelesaikan catatan ekonomi yang kemarin sempat tertinggal.
"azri, lo gak pulang?" tanya Zidan yang tiba-tiba menghampiri Azrina.
"ngga, lagi nunggu Mayra sama masih nyatet ini"
"yaudah gue tungguin" ucap Zidan yang langsung duduk di bangku kosong sebelah Azrina.
"ngapain sih? pulang sana, di kelas ada cctv kalau ketahuan sebangku berdua nanti bisa timbul fitnah" kata Azrina sedikit ngegas dan melihat Zidan dengan sinis.
"lah? kita kan ga ngapa ngapain zri, duduk doang masa ga boleh" balas Zidan yang terus menerus menatap wajah Azrina.
Azrina merasa risih, dan berharap Mayra segera datang menghampirinya. Tidak lama, handphone Azrina berbunyi dan tertera nama 'maymay' disana.
"Assalamu'alaikum may, kamu dimana?"
"wa'alaikumussalam, na maaf ya kayanya cerita ceritanya besok aja deh. bunda nyuruh aku buat jemput adekku"
"ohh gitu, iya may gapapa. ini aku juga udah mau pulang kok, kamu hati hati ya di jalan"
"iyaa na, kamu juga. aku tutup ya, assalamu'alaikum"
"wa'alaikumussalam"
setelah menerima telepon dari Mayra, Azrina dengan segera merapikan bukunya agar segera pergi dari kelas, ia sangat risih dengan keberadaan Zidan di sebelahnya.
"buru buru amat sih zri astaga"
Azrina tidak menggubris, ia menggendong tasnya lalu pergi dari kelas tanpa berpamitan pada Zidan. Ia heran, padahal laki laki tersebut sudah mempunyai pacar kenapa masih saja suka mengganggu dirinya?
sementara Zidan yang ditinggal oleh Azrina sendiri di kelas hanya terkekeh.
"Azrina Azrina, semakin lo cuek dan menghindar gue semakin tertarik"
❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀
Di saat perjalanan pulang pun Azrina masih memikirkan uang 70 ribu itu. Ia berpikir bagaimana caranya ia membayar ke pria tersebut? sedangkan ia sama sekali tidak kenal.
Jalanan sangat macet karena banyak orang yang berangkat untuk menunaikan shalat Jum'at. Itu membuat perjalanan pulang Azrina sedikit lama, tidak sengaja dari kejauhan Azrina melihat seorang pria tinggi berjubah hitam dan memakai sorban hitam putih sedang berjalan menuju masjid yang ada di seberang. Ya! pria tersebut adalah pria yang ia temui di minimarket.
dengan segera Azrina memarkirkan motornya di pinggir jalan dan cepat cepat menyebrang. Saat ia sudah berada di halaman masjid dengan tingkah konyolnya ia berteriak.
"MAS MAS MINIMARKET YANG PAKE JUBAH ITEM!!!"
Sontak semua pria yang berjubah hitam yang ada di halaman masjid pun menoleh, terutama pria tersebut. Azrina yang sadar ia menjadi pusat perhatian di halaman masjid, ia pun segera menurunkan kaca helmnya. Ya, Azrina belum melepaskan helm karena ia terburu buru dan takut pria tersebut langsung menghilang.
Ia pun menghampiri pria tersebut dan segera memberikan uang 70 ribu.
"mas ini saya bayar ya, gaenak kalo saya ga bayar. nge ganjel di hati ehehe"
pria tersebut tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"sudah saya bilang, anggap saja itu traktiran dari saya. dan lagi, ini mau jumatan antum ga malu diperhatikan banyak laki laki disini?" ucap pria tersebut dengan lembut
"o-oh gitu ya, yaudah makasih ya mas. semoga masnya besok langsung jadi kaya ehehe, saya duluan ya Assalamu'alaikum"
"wa'alaikumussalam"
Pria tersebut tidak habis pikir, se berani itukah seorang ukhti memasuki masjid yang akan segera melaksanakan sholat Jum'at?
ukhti yang satu itu memang beda ya, hahah ada ada saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty Letters for Adam
Teen Fiction"mas ini uang 70 ribu saya, gaenak kalo ga dibayar nge ganjel di hati ehehe" "serius senyumnya masyaAllah banget" "ukhti yang satu ini memang beda ya hahah ada ada saja"