7. ukhti yang sama?

82 61 0
                                    

Sabtu jam 18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sabtu jam 18.00 malam tepatnya setelah maghrib, Azrina sudah siap siap untuk mengikuti kelas hafalan pertamanya bersama Hamzah.

"eh cen, ini mas Hamzah ke rumah kita kan?" tanya Azrina kepada Husain.

"iya kak, soalnya mas Hamzah ngasih tau abi sementara di rumah kita. in syaa Allah senin di masjid deket rumahnya dia" jawab Husain dengan tenang yang sembari mencari cari halaman terakhir ia menghafal.

15 menit mereka menunggu kedatangan Hamzah di ruang tamu sembari menghafalkan hafalan mereka masing masing. Tidak lama kemudian, Arin keluar membukakan gerbang untuk Hamzah. Kemudian Hamzah pun telah memarkirkan mobilnya di depan rumah Azrina.

"langsung masuk aja ya mas Hamzah, anak anak amah udah pada nungguin itu. anggap aja rumah sendiri" ucap Arin kepada Hamzah.

"iya amah" jawab Hamzah ramah.

Hamzah pun memasuki dengan membawa satu keresek yang berisi kotak persegi panjang berukuran sedang.

"assalamu'alaikum" ucap Hamzah dengan senyumannya.

"wa'alaikumussalam" jawab Azrina, Husain, dan Afiq serempak.

"ini mas Hamzah bawain kalian brownies" ucap Hamzah kepada mereka bertiga.

"woahhh makasih mas Hamzahh" jawab Afiq girang.

"tapi inget, walau saya ngasih kalian camilan kalian harus setoran hafalan ke saya dulu oke?"

"SIAP MAS HAMZAH!!!" jawab Husain dan Afiq bersemangat.

Azrina sedari tadi tidak bergabung dengan obrolan mereka, ia sibuk menghafalkan hafalannya. Sampai ia dipanggil oleh Hamzah.

"Azrina? sudah siap setoran ke saya?" tanya Hamzah kepada Azrina.

"belum mas masih lupa lupa dikit ehehe" jawab Azrina dengan cengirannya.

"terakhir kamu hafalan sampai mana?"

"sampai surah Ali Imran mas"

"hmm, kalau mau murajaah saya saranin dari al baqarah aja dulu ya, biar ga lupa" timpal Hamzah dengan senyumannya.

"oke massss"

Mereka pun melanjutkan hafalan mereka sampai isya tiba. Dan Azrina pun sudah menyetorkan murajaah nya kepada Hamzah.

"alhamdulilah buat hari ini udah selesai ya adik adik, tapi untuk Afiq besok senin setor ulang ke saya lagi oke? karena tadi masih banyak yang lupa" ucap Hamzah.

"kalo gitu mas Hamzah pami-" ucapan Hamzah terpotong oleh Barraq yang tiba-tiba datang.

"loh kok pamit? ini sudah isya lebih baik kita ke masjid dulu, setelah itu makan malam sama kami" potong Barraq.

"aduh gausah repot repot ustadz" balas Hamzah dengan senyuman kikuk.

"gapapa nak Hamzah, itu amah Arin udah masakin soalnya. Oh iya maaf tadi saya ga sempat nyambut kamu, karena tadi saya masih ada zoom dengan ustadz ustadz dari Bandung" kata Barraq kepada Hamzah.

"iya gapapa ustadz" jawab Hamzah ramah.

"kalau begitu ayo yang laki laki ke masjid semua"

Barraq, Hamzah, Husain, dan Afiq pun ke masjid bersama. Lalu setelahnya melanjutkan makan malam bersama di rumah Azrina dengan candaan candaan kecil.

Setelah selesai makan malam, Hamzah pun ingin berpamitan kepada keluarga Azrina. Setelah berpamitan dengan kedua orang tua Azrina dan adik adiknya, ada satu hal yang ingin ia sampaikan kepada Azrina.

"hmm Azrina saya boleh minta no wa kamu? buat jaga-jaga kalau ustadz Barraq dan Husain slow respon" tanya Hamzah kepada Azrina dengan hati hati.

"oh? boleh kok mas" jawab Azrina sembari menyodorkan hpnya yang sudah bertampilkan nomor handphone nya.

"oke, sudah. terimakasih Azrina" ucap Hamzah kepada Azrina.

"amah, ustadz saya pamit pulang dulu.. assalamu'alaikum" ucap Hamzah kepada keluarga Azrina dan mereka menjawab salamnya debgan serempak.

Mobil Hamzah pun sudah keluar dari halaman rumah mereka, Barraq dengan segera menutup kembali pintu gerbangnya. Mereka pun memasuki rumah kembali dan melakukan kegiatan mereka masing-masing.

❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀

Adam yang sedang main PS fokusnya teralihkan oleh Hamzah yang masuk ke dalam kamarnya.

"kenapa mas?" tanya Adam kepada Hamzah.

"pengen main PS juga dam" jawab Hamzah, lalu duduk disamping Adam dan mengambil stik PS nya.

"ohh iya iya. oh iya bang mau nanya dong" ucap Adam.

"hmm tanya apa?"

"gimana tadi jadi guru ngaji anak anak, ustadz Hamzah?" tanya Adam dengan nada jahil.

"hahah, pada lucu lucu dam. mereka juga hafalannya lumayan cepet, jadi ga terlalu buang energi buat nasihatin" jawab Hamzah.

"gimana rasanya jadi guru ngaji buat ukhti yang antum kagumi bang?" tanya Adam lagi dengan nada jahilnya.

"gajelas kamu dam, tapi anaknya ga pendiem banget. lumayan periang, hafalannya cepet juga, cocok jadi adek perempuan sih" jawab Hamzah.

"cocok jadi adek apa cocok jadi catri bang?" lagi lagi pertanyaan jahil.

"hahahah aku mikirnya ga sampai situ juga kali dam. ada ada aja kamu" ucap Hamzah dengan tawa kecilnya seraya memukul pelan dahi Adam.

"oiya dia namanya Azrina ya bang? tau nama panjangnya ga bang?" tanya Adam lagi.

"iya namanya Azrina. kalau nama panjangnya kurang tau sih. ada apa emang dam?"

"aku pernah kenalan sama anak namanya Azrina juga bang, ketemu di minimarket" jawab Adam

"ohh kok bisa kenalan?"

"gara gara belanjaan dia ku bayarin karna uang dia kurang, tapi dia minggu kemarin nyariin aku terus buat ganti uangnya padahal sudah kubilang gausah tapi dia kekeuh. gataunya ketemu lagi pas hari rabu kemarin jadinya kenalan deh" jelas Adam.

"ohh gitu, namanya kebetulan sama mungkin?"

"iya juga sih ya"

tapi masa kebetulan?, Azrina yang diomongin bang Hamzah ukhti dan yang ku temui di minimarket juga ukhti. sadar adam! nama Azrina banyak!.

Thirty Letters for Adam Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang