Bagi murid murid nilai semester 6 di bangku kelas 3 SMA tidaklah begitu penting, karena menurut mereka ujian semester 6 hanya menggenapkan hitungan semester saja. Jika siswa lain menganggap remeh hal tersebut, Azrina tidak peduli dan terus belajar untuk ujian semester 6 itu, bisa saja nilai semester 6 itu akan diminta oleh kampus nantinya.
"mik ngapain belajar sih? lagian nih nilai cuma buat genapin itungan semester. kamu kan udah masuk 5 besar paralel" ucap Nora kepada Azrina.
"gaboleh kaya gitu, siapa tau pas kuliah nanti nilai semester 1 sampai 6 diminta sama kampus. gada yang tau kan? juga hari ini terakhir kok ra, walau mingdep masih ada ujian sekolah sih hahahah"
"ih serius aku males belajar mikk, tapi mau gimana lagi kan"
"udah sana balik ke bangkumu bentar lagi ujiannya mulai loh"
Nora pun kembali ke bangkunya, seisi kelas terlihat sangat santai karena mereka memang meremehkan ujian ini, apalagi ini adalah hari terakhir mereka ujian semester 6, semangat mereka yang ingin cepat cepat selesai sangat terlihat di wajah mereka.
❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀
Ujian semester 6 hari terakhir pun telah usai, semua siswa kelas 12 berhamburan keluar kelas. Kebanyakan dari mereka jika setelah ujian membuat konten dan meng upload nya di sosmed. Begitupun kelas Azrina yang saat ini sedang membuat konten.
"AZRI SINI IKUT BIKIN KONTEN LEMPAR KARTUUU" teriak seorang gadis berkulit hitam manis yang bernama Tara.
"iya iyaaa aku ikut"
Semua siswi IPS 5 berkumpul di lapangan tengah sekolah membentuk lingkaran untuk membuat konten.
"1 2 3 LEMPAR KARTUNYA!!!!" teriak Tara keras.
Semua siswi IPS 5 bersorak senang karena ujian semester 6 telah selesai, akan tetapi Azrina secara tiba-tiba nyeletuk.
"hey jangan seneng duluu, minggu depan masih ada ujian sekolah" ucap Azrina dengan watados, dan segera lari dari teman temannya itu takut akan kena marah oleh mereka. Azrina di kelas memang terkenal rajin belajar, tetapi menurut Azrina dia tidak begitu, ia aslinya sama saja dengan teman temannya bedanya ia lebih sigap jika ada ujian semester ataupun ujian harian.
❀⊱┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄⊰❀
"Ya Allah panas banget hari ini" gumam Azrina seraya memakan eskrim mochi vanilla kesukaannya di kursi yang telah disediakan minimarket.
Setengah jam sudah berlalu, Azrina pun tidak sadar jika ia sudah menghabiskan waktu selama 30 menit di minimarket hanya untuk makan jajanan kesukaannya dan bermain handphone.
Dan dia baru menyadari sesuatu jika kursi ketiga dari sebelahnya ada seorang pria berpakaian kaos biasa dan celana panjang tengah bermain handphone sambil mengunyah permen karet.
Azrina tidak asing dengan wajah itu, ia mencuri curi pandang sedikit ke arah pria tersebut, lalu dengan semangat ia memanggil pria itu
"loh masnya ini mas mas minimarket kan?" tanya Azrina kepada pria itu.
Pria tersebut yang merasa terpanggil pun menoleh "oh iya, antum ukhti 70 ribu ya?"
Azrina mendengar sebutan itupun menahan malu seraya mengangguk.
"antum mau kasih saya uang lagi?"
"hah? eng-enggak kok!!"
"hahah saya cuma bercanda, oh iya afwan tadi saya sempat salah fokus sama bungkus jajanan antum banyak banget" kekeh pria tersebut.
"H-HAH CEMILANKU EMANG SEGINI KOK!!" balas Azrina dengan suara sedikit ditinggikan.
"hahah iya iya, kalau boleh tau nama antum siapa?" tanya pria tersebut dengan senyuman manisnya.
"A-azrina Tsamara mas" balas Azrina canggung dengan senyuman kecilnya.
"panggilannya?"
"Azrina"
"ohh Azrina, antum jangan panggil saya dengan sebutan mas ya, saya ngerasa tua banget. panggil nama saya aja"
"emang namanya siapa?"
"Adam Ghaziullah. panggil adam aja"
"oh iya a-adam, terimakasih ya udah traktir belanjaan ku waktu itu" ucap Azrina tersenyum.
"ga masalah na. oh iya saya balik duluan ya, sudah ditelepon sama kakak saya. sekali lagi salam kenal Azrina, assalamu'alaikum" pamit Adam kepada Azrina dengan senyumannya.
"wa-wa'alaikumussalam iya adam" balas Azrina tersenyum ramah sambil menahan rasa aneh yang ada di dalam hatinya.
Setelah melihat kepergian Adam, Azrina dengan segera mengambil cermin kecil yang ia simpan di dalam tasnya. Ia ingin mengecek apakah wajahnya tadi memerah karena sedari mengobrol dengan Adam ia merasakan wajahnya sangat panas.
"hufttt...ya Allah kenapa harus jadi merah sih ini pipi" gumam Azrina sambil menutup wajahnya.
Di satu sisi, Adam yang sedang mengendarai motor pun terbesit satu ingatan. Ingatan saat ia kenalan dengan Azrina tadi, ia melihat wajah Azrina memerah padam.
Dia sakit? kenapa jadi merah wajahnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Thirty Letters for Adam
Teen Fiction"mas ini uang 70 ribu saya, gaenak kalo ga dibayar nge ganjel di hati ehehe" "serius senyumnya masyaAllah banget" "ukhti yang satu ini memang beda ya hahah ada ada saja"