Happy Reading-
-
-
-
-
-Aku lebih memilih menangis dan merasakan kesedihan, bagiku itulah yang seharusnya dilakukan. Bagiku kesedihan adalah hal yang tidak perlu ditutupi dengan senyuman, memang apa gunanya senyuman yang sebenarnya berisi kesakitan-kesakitan yang menyesakkan?
Aku tahu akan ada hari-hari membahagiakan setelah ini, tapi aku juga akan tetap menikmati kesedihan yang aku rasakan saat ini. Bagaimana bisa aku tetap tersenyum disaat keadaanku benar-benar hancur?
Bagaimana bisa aku berkata pada dunia bahkan pada orang lain bahwa aku ini baik -baik saja padahal yang sebenarnya terjadi pada diriku adalah patah yang rasanya sulit sekali untuk disembuhkan. Itu kata-kata yang selalu di pikirkan oleh pria tampan bermata elang, yang bernama Jay Axelle Dirgantara .
Di sekolah Axelle termasuk murid yang paling pintar di angkatannya, dia tidak pernah absen menduduki peringkat pertama paralel.
Maka tak heran seluruh siswi di sekolahnya mengagumi dirinya, dengan paras tampan, mata setajam elang dan tak kalah penting di sekolah itu Axelle menjabat sebagai ketua OSIS. Apalagi Axelle adalah cucu dari pemilik sekolah, membuat seluruh siswa-siswi segan kepadanya.
Sampai saat ini tidak ada satu pun orang di sekolah yang bisa menyaingi popularitas seorang Axelle. Wajar jika siswi-siswi disana ingin sekali menjadi pacarnya, pesona yang dibawa oleh seorang Axelle itu tidak tanggung-tanggung.
Harta, tahta, dan keluarga semuanya sempurna. Siapa yang tidak tahu keluarga Dirgantara, hampir semua orang tahu siapa keluarga Dirgantara.Mereka termasuk perusahaan paling kaya di kota ini, mereka juga memiliki beberapa yayasan dan mall terbesar di kota ini.
Maka tak heran Axelle mempunyai popularitas yang tinggi, tapi setampan, sekaya,dan sepopuler apapun orang itu pasti ada minesnya. Selama ini tidak ada satu orang pun yang berhasil masuk ataupun dekat dengan Axelle, dia itu bukan badboy ataupun playboy yang gampang deket sama cewek.
Axelle itu seperti kulkas berjalan, tapi dia itu bisa ramah pada waktu jadi OSIS ataupun pada waktu memimpin rapat saja. Diluar dari itu dia seperti kulkas berjalan, dia juga tidak peduli sama orang di sekitarnya, tapi walaupun begitu siswi-siswi disana tetap mengagumi paras sang ketua OSIS setiap harinya.
Dia saat ini sedang berada di depan gerbang sekolah untuk menghukum siswa yang telat.
" Ke halaman sekarang " Titahnya sambil mengiring tujuh siswa yang telat itu, dan diantara ke tujuh siswa yang telat itu dua diantaranya adalah sahabat Axelle, kedua sahabatnya itu dari tadi melirik Axelle tapi sialnya Axelle tidak menggubris keduanya dia tetap melihat ke arah depan.
Mereka itu cowok yang tingkat kepercayaan dirinya paling tinggi, namanya Albiru Alexander panggil saja Al.
Sedangkan disebelah Al ada cowok tampan yang kulitnya sedikit gelap, namanya Daniel Bimantara panggil saja Daniel. Cuma bereka berdua sahabat Axelle yang tahan dengan sikap dingin Axelle.
Al memperlambat jalannya dan menyamakan langkahnya dengan Axelle, " Xel tolongin kita napa, tadi ban motor gua bocor jadi kita telat, bebasin gw sama Daniel dari hukuman " Al berkata dengan wajah melasnya
" Lo masih bisa bareng Daniel seharusnya"
" Ya ga bisa xel, gw ga tega ninggalin mocci di bengkel sendirian. Kalo mocci hilang gimana? " Ucap Al, Mocci itu adalah motor kesayangannya Al yang berwarna biru
" Ck, yaudah siap-siap berjemur" Jawabnya enteng, Axelle benar-benar tidak berniat membantu sama sekali
" Sahabat macam apa kayak gitu" Sahut Daniel, mereka berdua berjalan disebelah kiri ada Al sedangkan Daniel disebelah kanan, Axelle ada di tengah antara mereka berdua

KAMU SEDANG MEMBACA
Jay Axelle Dirgantara
Genç KurguAku lebih memilih menangis dan merasakan kesedihan, bagiku itulah yang seharusnya dilakukan. Bagiku kesedihan adalah hal yang tidak perlu ditutupi dengan senyuman, memang apa gunanya senyuman yang sebenarnya berisi kesakitan-kesakitan yang menyesakk...