50

234 10 1
                                    

"Akhirnya datang juga ya kau," ucap Zira lalu segera berbalik dan melihat Nurul diatas tangga kini berdiri memandang mereka.

"Nurul, ayok turun," Ajak Zira saat menghampiri Nurul.

"Gak Zir, aku gak berani," ucap Nurul.

"Udah ayok!" Serunya lalu menarik tangan Nurul untuk turun ke lantai bawah.

Sementara di ruang tamu kini Zizan, Falqri sedang berbincang dengan Jordan. Sesekali mereka tertawa bersama hingga akhirnya perkataan Jordan membuat mereka mulai serius dalam perbincangan.

"Jadi, apa benar kau akan melamar Nurul?" Tanya Zizan yang didengar oleh Nurul dan Zira yang kini berada dibalik dinding antara ruang tamu dan ruang keluarga.

"Cieek yang mau dilamar," Bisik Zira dengan nada menggoda.

"Udah diam,"

"Jadi kedatangan saya disini mau mengantarkan undangan ini," ucap Jordan yang sontak membuat mereka terkejut. Zira yang ada dibalik dinding yang kini langsung keluar dan mengambil undangan tersebut.

"Yaelah ngelamar aja pake undangan segala!" Celetuk Zira yang langsung terdiam setelah membaca nama yang tertera pada undangan itu.

"Ma-maksud semua ini apa? Jelasin Jordan!" Seru Zira yang kini ayo membaca undangan itu. Zizan segera mengambil undangan dari tangan Zira dan membacanya lalu menghela napas pelan.

"Kakak kenapa sih?" Tanya Falqri lalu melirik undangan itu dan matanya membolak seketika melihat nama yang tertera pada undangan itu.

"Ini serius Jordan?" Tanya Falqri tak percaya.

Nurul yang ada dibalik dinding masih diam tak bergerak dirinya masih bingung akan situasi yang kini terjadi. Apa isi undangan itu dan kenapa suara Zira terdengar menahan amarah? Begitulah pikirnya.

"Maafkan saya, saya sendiri tidak tau mengenai ini semua," ucap Jordan.

"Kami tau gak? Selama dua bulan ini Nurul selalu nunggu kamu loh, bahkan dia sampe gak mau ngelanjutin pendidikannya," ucap Zira menahan emosi yang akan segera keluar. Nurul yang mendengar itu mulai merasakan hal yang tak enak dihatinya.

"Udah sayang sabar, mungkin ini belum waktunya buat Nurul bertemu jodohnya," ucap Zizan berusaha menenangkan sang istri.

"Gak! Ini gak bisa dong, kalo emang seperti ini kenapa dia kasih harapan sama Nurul?"

Rahmi yang sedari tadi menyimak kini segera mengambil kartu undangan itu dari tangan suaminya lalu membacanya. Dirinya sontak terkejut dan menatap Jordan meminta penjelasan.

"I-ini ma-maksudnya gimana? Kok bisa sih!?" Bingungnya.

"Maaf Jordan, jika boleh apa kau bisa menjelaskan semuanya agar tak ada kesalahpahaman," Pinta Zizan sambil memeluk istrinya yang sedang marah.

"Benar itu kak, tolong jelaskan dulu Jordan," ucap Falqri.

"Jadi seperti yang tertera diundangan itu bahwa minggu depan adalah hari pernikahanku," ucap Jordan sontak membuat Nurul yang mendengarnya langsung memegang dadanya yang terasa sesak.

"Yaallah, apa semua ini? Kenapa sangat sakit?" Batin Nurul dengan air mata yang tanpa aba aba langsung terjatuh membasahi pipinya yang mungil.

"Kenapa Jordan, bukankah saat kau pergi kau pernah berjanji akan melamar Nurul?" Celetuk Rahmi kesal.

"Benar, awalnya aku berniat melamar Nurul setelah pekerjaanku selesai namun..., setelah dua minggu aku pulang kedua orang tuaku telah menetapkan sebuah perjodohan untukku, awalnya aku tolak namun mereka terus memaksa hingga aku harus menerimannya dan bulan lalu aku dan dirinya sudah bertunangan," Jelas Jordan yang langsung menaruh luka tak berdarah namun sakit di hati Nurul yang mendengar itu.

"Hiks," Perlahan isak tangis mulai keluar dari Nurul namun dengan langkah pelan ia berlari masuk ke kamar nya.

"Aku tidak sempat memberitahu karna kesibukanku di kantor, dan ayahku meminta untuk mengundang kalian dan aku meminta agar aku sendiri yang mengantarkan undangan ini sekaligus meminta maaf pada kalian secara langsung," ucap Jordan menundukkan kepalanya.

"Tidak apa kami paham, dan doa kami semoga kau bisa bahagia dengan wanita pilihan orang tuamu," ucap Zizan.

"Benar, dan insyaallah kami semua akan datang ke pernikahan mu," ucap Falqri yang langsung mendapatkan tatapan tak percaya di mata Rahmi.

"Maafkan aku, sekali lagi aku meminta maaf pada kalian terutama Nurul," ucap Jordan.

"Tidak masalah, mungkin kalian tidak ditakdirkan untuk bersama jadi kami mengerti ini semua adalah takdir yang kuasa," Kata Zizan.

"Maafkan aku sekali lagi dan aku izin pamit karna masih ada beberapa undangan yang harus aku antar, sekali lagi aku minta maaf," ucap Jordan setelahnya mengucapkan salam dan pergi dari sana.

Brugh!

Zira langsung ambruk dilantai memikirkan keadaan Nurul yang pasti sakit hati, memikirkan soal Nurul segera Zira berdiri dan berlari kearah dinding namun tak menemukan Nurul dengan cepat ia bergegas menuju kamarnya. Zizan yang juga melihat Zira berlari segera mengikutinya karna khawatir akan kondisi Zira yang sedang hamil.

"Maksudnya Aa apa? Kenapa bilang kita akan datang?" Tanya Rahmi.

"Adek, Jordan udah datang mengundang kita dan tak enak jika kita menolaknya," ucap Falqri.

"Tapi Aa, apa Aa gak mikirin perasaan Nurul? Dia pasti merasa sakit jika melihat seseorang yang ia cintai menikah dengan orang lain!" Seru Rahmi.

"Aa tau dek, tapi-"

"Udah deh Aa," ucap Rahmi lalu pergi meninggalkan Falqri yang melongo ditempat.

"Kok jadi aku sih yang kena getahnya? Bingung Falqri sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Cleek

Pintu kamar Nurul terbuka dan menampilkan Nurul yang kini sedang menangis diatas ranjang dengan wajah yang ditekuk ke bahu. Zira yang tak tega segera menghampiri Nurul dan memeluknya erat.

"Hiks kenapa ini terjadi Zira? Kenapa! Apa kekurangan ku? Aku sudah sangat menanti dan berharap kepadanya tapi kenapa semuanya jadi seperti ini? Hiks! Kenapa hiks!" Racaunya.

"Menangislah Rul, tuangkan semua rasa sakit itu agar kau legah, lalu ikhlasin ya Rul mungkin Jordan bukanlah orang yang Allah siapkan dalam hidupmu," Nasehat Zira pada Nurul.

Halo gaess selamat soreee semoga kalian suka dengan bab ini ya dan kira kira siapa sih yang bakal nilah sama Jordan? Terus ikuti cerita ku yaa!:)

Oh iya jangan lupa votes ya soalnya kalo kalian global vote aku jadi sedih:( dan silakan komen apa pun saja bebas mungkin ada bagian cerita ku yang kurang menarik atau apa? Silahkan dikritik ya gaess biar aku bisa membuat cerita lu lebih baik lagi mungkin ada yang mau kasih ide buat bab selanjutnya juga bisa kok:)

Sampai jumpa di bab selanjutnya byee sayonara:) 👋

Santri Kesayangan Gus Zizan ( The End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang