Bab 05 Teori milik Zira

661 21 1
                                    

"Emang gue harus sekolah? "

"Yaiyalah, masa lo disini cuma numpang makan ama tidur doang, " Ejek Rahmi dibalas dengkusan oleh Zira.

***
Mentari telah bersinar menerangi bumi. Semua orang mulai melakukan aktivitas mereka. Di pesantren Ar-Rasyid kini semua santri telah berada di kelas mereka, kecuali seorang santriwati yang kini sedang berdiri diluar kelas sambil melihat keadaan kelas yang sedang sibuk belajar.

"Ck sekarang gimana? Kalo gue masuk apa dihukum gak ya?" Batinnya.

Sementara didalam kelas Rahmi yang melihat Zirah berdiri diluar seperti itu menjadi sedikit takut jika nanti Zira dihukum. Namun tanpa ia sadari seorang pria muda yang sedang mengajar disana memperhatikan Rahmi lalu menatap kearah luar dimana tatapan Rahmi tertuju.

Tap tap tap

Ia pun melangkah menuju keluar kelas. Rahmi yang melihat itu menjadi panik seketika.

"Duh bodo amat sih gue! Harusnya jangan gue tatap!" Batinnya kesal.

Sementara pria itu menatap seorang gadis yang kini sedang menutup matanya sambil mulutnya komat kamit entah membaca apa.

"Mau jadi dukun kamu!?" Serunya mengagetkan Zira.

"Eh kodok lompat!"

"Yang benar astaghfirullah, " ucapnya lagi. Zira yang panik melihat pria itu langsung saja mencari akal agar tak dihukum.

"Eh ada anaknya Kyai yang paling ganteng, ada apa Gus kangen sama tubuh saya yang digendong ya?" ucap Zira asal sontak hal itu membuat semua  orang menahan tawanya.

"Kamu sadar sekarang jam berapa?" Tanya Gus Zizan yang sekarang ini sedang mengajar di kelas mereka.

"Sadar kok Gus, sekali ini sudah jam.. " ucapnya terhenti kala melihat jam tangan miliknya.

"Jam berapa? Kenapa hari pertama udah telat?"

"Maafkan saya Gus, tadi itu saya udah datang pagi pagi sekali loh Gus tapi sayang karna tadi saya liat kucing kelaparan jadi saya kasih makan dulu, " Jawab Zira.

"Baik sekali hati kamu itu, " Kata Gus Zizan.

"Hehe iya dong, " ucapnya malu malu.

"Bangga ya karna udah bohong gitu?" Tanya Gus Zizan.

"Iya Gus saya bangga, " ucapnya keceplosan sontak segera ia menutup mulutnya dan menatap Gus Zizan yang tersenyum kecil.

"Gus kalo senyum gini tambah ganteng deh, " Goda Zira berharap ia tak dihukum.

"Emang saya udah ganteng kok, kamu saja yang gak sadar, " ucapnya lagi.

"Iya benar ya, "

"Dih pede amat ni orang! " Gumamnya dalam hati.

"Sekarang kamu masuk ke kelas, " ucap Gus Zizan membuat Zira senang karna mengira ia tak akan dihukum. Baru beberapa langkah kakinya memasuki kelas ucapan Gus Zizan sontak membuat dirinya menghentikan langkahnya dan menatap tajam Gus Zizan.

"Setelah kelas berakhir kamu segera bersihkan masjid, " ucapnya.

"Tapi Gus, "

"Gak ada tapi tapian, atau kamu mau hukumannya saya tambah hum?" Tawar Gus Zizan. Segera Zira menarik napas dalam dalam lalu menghembuskannya kasar.

"Gak terimakasih Gus!" Kesalnya lalu duduk dibangku kosong samping Rahmi.

"Makanya disuruh jangan tidur lagi eh malah tidur kan jadi telat, " ucap Rahmi.

Santri Kesayangan Gus Zizan ( The End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang