Babb 76: Kesusilan Zira

142 3 0
                                    

"Nama keluarga?" Tanya Zizan oada istrinya itu.

"Iya, soalnya aku jadi bingung? Nama hubby kan Assegaf Zizan Fauzi tapi kenapa nama Nurul dan Gus Fakir Miskin berbeda?" Tanya Zira lagi.

"Okey sini hubby jelasin." ucap Zizan seraya membawa Zirah kedekapannya.

"Sebenarnya waktu itu nama Falqri adalah Muhamad Falqri Almansyah Fauzi."

"Buset! Yaampun hubby itu nama atau rel kereta? Panjang banget loh." Potong Zira terkejut.

"Itu dia, Falqri pernah bilang sama abi jika ia ingin menghapus nama Fauzi karna dia bilang terlalu panjang juga dia bilang agar namanya berbeda dengan nama hubby, awalnya abi sama umi tolak tapi karna gak mau jika liat Falqri ngambek dan mogok makan jadinya mereka mengubahnya." Jelas Zizan.

"Ckck dasar Gus Fakir Miskin bikin repot aja huh! Trus kalo Nurul?" Tanya Zira lagi yang kepo dengan alasan apa yang membuat Nurul juga mempunyai nama berbeda.

"Nama Nurul itu adalah wasiat dari nenek hubby, karna dulu sebelum nenek hubby meninggal dia pernah bilang jika ia ingin memberikan nama Huda yang merupakan naman anak pertama nenek pada Nurul."

"Kok gitu? Emang anaknya nenek gak keberatan?" Tanyanya.

"Gak kok, karna anak pertama nenek yang merupakan bibi hubby itu udah meninggal ketika umur 6 tahun akibat kecelakaan." Jawab hubby.

"Yaallah kok aku jadi sedih ya?" Tanya Zira senduh.

"Udah udah kamu gak usah sedih." ucap Zizan memeluk erat Zira dan mengelus pelan puncuk kepala Zira untuk menenangkan istri kecilnya itu.

"Oh iya sayang besok pagi kita ke pesantren ya, soalnya besok hubby ada urusan disana." ucap Zizan yang masih memeluk istri kecilnya itu.

"Baiklah hubby, lagian aku udah kangen juga sama Rahmi, Nurul, ustadz Hasyim dan Gus Fakir Miskin dan paling utama aku kangen umii." ucap Zira yang berada dipelukan suaminya. Rasanya nyaman itulah yang dirasakan Zira entah sudah berapa lama ia tak merasakan ketenangan seperti ini ketika bersama dengan suaminya ia harap tak ada masalah lagi yang akan datang dalam bahtera rumah tangga mereka ini.

Keesokan paginya...

Di pesantren tepatnya di sebuah kelas yang saat ini sedang diajar oleh Falqri kini terlihat para santriwan yang terus menunduk menatap lembaran soal ujian dadakan yang diberikan oleh Falqri. Beberapa dari mereka ada yang senang juga ada yang kesal bahkan ada juga yang hampir menangis akibat tingkat soal ujian yang diberikan sangat sangat sulit bagi mereka.

"Njir! Ini soal apaan dah? Udah kayak hadapin ujian hidup aja huhu~" Rengek santriwan bernama Adam.

"Heh mulut lo! Kotor amat sih, didengar Gus baru tau rasa nanti." Peringat Bintang pada salah satu temannya.

"Kok kamu santai banget? Kamu udah tau jawaban semua soal ya?" Tanya Adam pada Bintang. Ya setelah beberapa hari dirumah sakit Bintang dinyatakan dibolehkan untuk pulang, awalnya kedua orang tuanya ingin membawa anaknya keluar dari pesantren namun berkat permohonan dari Bintang ia tidak jadi keluar dari pesantren.

"Ya jelas lah, kan otak aku gak kayak kamu." Bangganya.

"Mid mid! Jawaban nomor dua belas apa?" Bisik Bintang pada Ahmid yang ada disampingnya yang membuat Adam mendelik pada Bintang.

"Sok amat bicaranya ujung ujungnya juga kita samaan."

"Hehek~"

"Fokus pada ujian kalian! Jangan ada yang berbisik atau berbicara biasakan untuk tenang!" Suara bariton dari Gus Falqri langsung membuat Adam dan Bintang terdiam seketika bahkan beberapa santri yang saling membagi jawaban langsung mengambil kembali contekan yang ingin diberikan.

Santri Kesayangan Gus Zizan ( The End ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang